Pendahuluan: Anemia pada remaja putri merupakan masalah kesehatan global, dan intervensi medis seperti pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) saja mungkin tidak cukup untuk menurunkan prevalensi anemia. Biji labu, yang kaya akan zat gizi, dapat digunakan sebagai dasar camilan sehat untuk membantu mencegah anemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan zat gizi dan penerimaan panelis terhadap kukis biji labu berdasarkan aspek warna, aroma, tekstur, dan rasa. Penelitian eksperimental ini dilakukan di laboratorium kuliner Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. Metodologi: Uji organoleptik pada 35 panelis yang merupakan mahasiswa. Penerimaan dinilai menggunakan skala hedonik, dan kandungan gizi dianalisis menggunakan Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa satu porsi (30 g) kukis biji labu memberikan 128,3% dari asupan harian zat besi yang direkomendasikan, 83% protein, dan 131,3% seng untuk remaja putri. Dalam hasil organoleptik, 45,8% panelis bersikap netral terhadap warna, 68,5% menyukai aroma, 65,7% menyukai tekstur, dan 74,3% menyukai atau sangat menyukai rasa. Nilai rata-rata daya terima kukis biji labu kuning secara keseluruhan untuk masing-masing atribut adalah: warna 3,2 ± 0,7; aroma 3,8 ± 0,7; tekstur 3,7 ± 0,9; dan rasa 4,0 ± 0,9. Kesimpulan: Penerimaan tertinggi ada pada aspek rasa. Meskipun rasa kukis biji labu menunjukkan penerimaan yang baik, peningkatan warna menggunakan pewarna makanan alami dapat meningkatkan daya tarik visual.  
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025