Abstrak Implementasi Kurikulum Merdeka mempunyai peluang dan tantangan dalam pembelajaran di SMK dengan mengutamakan kebutuhan peserta didik salah satunya melalui pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Capaian pembelajaran fase F menuntut siswa memiliki kompetensi dalam pengelolaan arsip digital. Namun, kenyataannya, kompetensi digital lulusan SMK masih rendah. Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru-guru Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis (MPLB) SMK se-Jawa Tengah adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam membuat media pembelajaran arsip berbasis digital dan arsip berdiferensiasi. Guru masih belum optimal dalam serta merancang pembelajaran berdiferensiasi yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Metode pelaksanaan kegiatan terdiri dari tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap persiapan, yang meliputi penyusunan materi, penyiapan sarana dan prasarana, serta pemilihan peserta pelatihan, yaitu sebanyak 42 guru MPLB dari SMK di berbagai wilayah Jawa Tengah. Tahap kedua adalah pelaksanaan, yang dilakukan dalam dua bagian yaitu pemberian materi dan praktik pembuatan media pembelajaran berbasis MS Access. Setelah pelatihan, dilakukan pendampingan lanjutan terkait implementasi media dan pembelajaran arsip berdiferensiasi. Tahap terakhir adalah evaluasi, yang mencakup penilaian terhadap kemampuan peserta dalam membuat media, kualitas media yang dihasilkan, keaktifan peserta selama pelatihan, serta tingkat kehadiran. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa guru memperoleh peningkatan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangkan media pembelajaran arsip berbasis digital yang sesuai dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi. Kegiatan ini memberikan kontribusi dalam peningkatan kompetensi profesional guru, sekaligus mendukung implementasi Kurikulum Merdeka di SMK melalui penggunaan media digital yang inovatif. Kata kunci: kompetensi guru; media pembelajaran; arsip; multi sistem;pembelajaran berdiferensiasi. Abstract The implementation of the Merdeka Curriculum presents both opportunities and challenges in vocational high schools (SMK), emphasizing student needs through differentiated learning approaches. Phase F learning outcomes require students to be competent in digital archive management. However, in reality, the digital competencies of SMK graduates remain low. A major issue faced by Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis (MPLB) teachers across Central Java is the lack of knowledge and skills in developing digital-based and differentiated archive learning media. Teachers have yet to fully implement differentiated learning, from planning to execution and evaluation. This community service activity was carried out in three main stages. The first was the preparation stage, which included material development, logistical arrangements, and the selection of 42 MPLB teachers from various SMKs across Central Java. The second stage was implementation, conducted in two parts, delivery of instructional materials and hands-on practice in creating archive learning media using Microsoft Access. This was followed by mentoring sessions to assist teachers in applying digital media and differentiated learning practices. The final stage was evaluation, which measured participants’ ability to create learning media, the quality of their output, engagement during the sessions, and attendance. The results showed improved teacher understanding and skills in developing digital archive learning media aligned with differentiated learning principles. This initiative significantly contributed to enhancing professional teacher competencies and supported the implementation of the Merdeka Curriculum in SMKs through the use of innovative digital media Keywords: teacher competence; learning media; archives; multi-system; differentiated learning.
Copyrights © 2025