Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis simbol kearifan lokal dan aspek kebahasaan dalam lima buku cerita anak dwibahasa terbitan Balai Bahasa Jawa Timur tahun 2023, yaitu Nonton Festival Musik Lesung, Seni Jaran Kencak, Ladu Pelangi Noni, Festival Bandeng Kawak, dan Cokelat Saka Lempung. Penelitian menggunakan metode analisis isi kualitatif dengan pendekatan teori simbolisme budaya Clifford Geertz, semiotika Roland Barthes, linguistik budaya Palmer, serta literasi dwibahasa Baker. Data berupa kutipan teks naratif, dialog, dan kosakata kultural yang dianalisis untuk mengungkap makna denotatif dan konotatif simbol, serta fungsi kosakata dalam pelestarian budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap cerita memuat simbol budaya yang mewakili lima dimensi kearifan lokal Jawa: tradisi agraris (lesung), seni pertunjukan (jaran kencak), kuliner keluarga (ladu), perayaan ekonomi pesisir (bandeng kawak), dan inovasi lokal (lempung & cokelat). Simbol tersebut hadir melalui narasi, tokoh, dan latar yang sarat nilai seperti gotong royong, rukun, persaudaraan, kreativitas, dan keberlanjutan. Aspek kebahasaan memperlihatkan pemakaian kosakata kultural dalam bahasa daerah dan padanannya dalam bahasa Indonesia, sehingga berfungsi ganda sebagai sarana preservasi bahasa daerah dan jembatan pemahaman lintas budaya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa buku cerita anak dwibahasa dapat menjadi media efektif dalam internalisasi nilai budaya dan penguatan literasi multibahasa pada anak.
Copyrights © 2025