Santri di pesantren menghadapi berbagai tantangan psikologis, namun akses terhadap layanan bimbingan dan konseling (BK) masih terbatas. Faktor psikologis seperti rasa malu, stigma sosial, dan persepsi terhadap efektivitas konseling menjadi kendala utama dalam mencari bantuan. Penelitian ini mengeksplorasi dinamika psikologis santri dalam mengakses layanan bimbingan dan konseling di pesantren melalui pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi dan wawancara mendalam kepada santri dan konselor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma budaya pesantren, pemahaman agama, dan kewibawaan Kiyai mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan santri mencari pertolongan. Mayoritas pelajar enggan menggunakan layanan konseling karena khawatir dianggap lemah atau kurang iman. Kajian ini menekankan perlunya reformasi layanan bimbingan dan konseling di pesantren agar lebih adaptif terhadap kebutuhan psikologis santri dan mengurangi hambatan struktural dan sosial yang menghambat aksesibilitasnya.
Copyrights © 2025