This study was motivated by the variation in load usage in radiographic examinations of the clavicle-acromioclavicular (AC) joint with stress projections, where the literature recommends a load of 3-5 kg, while practice at PKU Muhammadiyah Delanggu Hospital uses a load of 2 kg. This gap between theory and practice encourages an in-depth analysis of the techniques applied at the hospital. Therefore, this study focuses on describing the examination technique and uncovering the clinical reasons for using a load of 2 kg in cases of suspected AC joint rupture. This study used a case study method with a qualitative approach. Data collection was carried out through direct observation, interviews with three radiographers, one radiologist, and one referring physician, as well as documentation studies. The results showed that the examination procedure used bilateral Antero Posterior (AP) stress projections with a load of 2 kg on each arm. The main reason for using a load of 2 kg was to stabilize the shoulder position to prevent movement, as well as to effectively compare the acromioclavicular joint gap between the right and left sides. It was concluded that the technique with a 2 kg load at PKU Muhammadiyah Delanggu Hospital was considered adequate to identify abnormalities such as dislocation or differences in joint space. ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya variasi penggunaan beban dalam pemeriksaan radiografi clavicula acromioclavicular (AC) joint dengan proyeksi stress, di mana literatur merekomendasikan beban 3-5 kg, sementara praktik di RS PKU Muhammadiyah Delanggu menggunakan beban 2 kg. Kesenjangan antara teori dan praktik ini mendorong perlunya analisis mendalam terhadap teknik yang diterapkan di rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk mendeskripsikan teknik pemeriksaan dan mengungkap alasan klinis penggunaan beban 2 kg pada kasus suspek ruptur AC joint. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara dengan tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, dan satu dokter pengirim, serta studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pemeriksaan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) stress bilateral dengan beban 2 kg pada masing-masing lengan. Alasan utama penggunaan beban 2 kg adalah untuk menstabilkan posisi bahu guna mencegah pergerakan, sekaligus untuk secara efektif membandingkan celah sendi acromioclavicular antara sisi kanan dan kiri. Disimpulkan bahwa teknik dengan beban 2 kg di RS PKU Muhammadiyah Delanggu dianggap memadai untuk mengidentifikasi adanya kelainan seperti dislokasi atau perbedaan celah sendi.
Copyrights © 2025