Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

EVALUASI PROYEKSI AP DAN LATERAL CRANIUM PADA KASUS FRAKTUR ZYGOMATICUM DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG Parhantari, Zalwizri; Mufida, Widya; Astari, Fisnandya Meita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46496

Abstract

Os zygomaticum merupakan tulang kecil berbentuk segi empat yang terletak di bagian atas lateral wajah dan berperan membentuk dinding lateral orbita serta penonjolan pipi. Pada kasus fraktur zygomaticum, proyeksi radiografi yang umum digunakan menurut literatur adalah AP Axial (Towne Method), Submentovertex, dan Tangential. Namun, di Instalasi Radiologi RSUD Tidar Kota Magelang, pemeriksaan dilakukan menggunakan proyeksi AP dan Lateral Cranium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan serta peran proyeksi AP dan Lateral Cranium dalam mendeteksi fraktur zygomaticum. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melibatkan tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, dan satu pasien dengan fraktur zygomaticum. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis melalui transkripsi, reduksi, kategorisasi, koding terbuka, dan penarikan kesimpulan. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat persiapan khusus pada pasien selain melepas benda logam di area kepala. Proyeksi AP dan Lateral Cranium digunakan sebagai pemeriksaan awal (screening) untuk menilai struktur umum tengkorak dan mendeteksi adanya fraktur linier atau sekunder pada tulang zygomaticum. Proyeksi AP memberikan visualisasi dari aspek frontal, sedangkan proyeksi Lateral menampilkan struktur dari sisi lateral. Dapat disimpulkan bahwa proyeksi AP dan Lateral Cranium berperan penting sebagai pemeriksaan awal dalam mendeteksi fraktur zygomaticum di RSUD Tidar Kota Magelang.
STUDI KASUS TEKNIK PEMERIKSAAN OS COCCYGEUS DENGAN KLINIS TRAUMA DI INSTALASI RADIOLOGI RSI SUNAN KUDUS Widyastuti, Latifah; Mar’athus, Ildsa Maulidya; Astari, Fisnandya Meita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46582

Abstract

Tulang ekor (coccygeus) rentan mengalami cedera akibat jatuh dengan posisi terduduk. Menurut Lampignano & Kendrick (2018)dan Bruce W.Long, et all (2016) pemeriksaan radiografi coccygeus kasus trauma menggunakan proyeksi AnteroPosterior Axialdengan penyudutan arah sinar 10° kearah caudad dan proyeksi Lateral. Menurut Bruce W. Long et al (2016) pemeriksaan coccygeus menggunakan penyudutan 10° dan 15° caudad pada proyeksi AnteroPosterior Axial coccygeus. Di Instalasi Radiologi RSI Sunan Kudus pemeriksaan coccygeus menggunakan proyeksi AP dan Lateral pelvis. Penelitian ini bertujuan mengetahui teknik pemeriksaan coccygeus dengan klinis trauma dan alasan penggunaan proyeksi di Instalasi Radiologi RSI Sunan Kudus. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif jenis pendekatan studi kasus. Pada November 2024 - Mei 2025. Teknik pengumpulan data adalah observasi partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian terdiri dari tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, dan satu dokter pengirim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan coccygeus dilakukan tanpa persiapan khusus, hanya melepas benda logam. Alat yang digunakan pesawat sinar-x, meja pemeriksaan, detector, dan computed radiography. Proyeksi yang digunakan AP dan Lateral pelvis dengan arah sinar vertikal tegak lurus. Penggunaan proyeksi AP dan Lateral pelvis bertujuan untuk memperlihatkan gambaran secara luas didaerah sekitar coccygeus dan mendeteksi adanya fraktur atau dislokasi pada daerah selain coccygeus. Kesimpulannya pemeriksaan coccygeus klinis trauma menggunakan proyeksi AP dan Lateral pelvis. Proyeksi ini untuk memperlihatkan gambaran secara luas sekitar coccygeus dan mendeteksi adanya fraktur atau dislokasi pada area sekitar. Sebaiknya menggunakan proyeksi AP Axial dengan sudut 10° ke caudad untuk menghindari superposisi pada symphysis pubis, sehingga gambaran coccyegus yang dihasilkan lebih jelas dan detail.
Studi kasus prosedur pemeriksaan radiografi nasofaring dengan klinis hipertrofi adenoid Silfiyana, Dian; Anggraeni, Ari; Astari, Fisnandya Meita
Jurnal Inovasi Kesehatan Masyarakat Vol 5 No 2 (2025): Journal of Public Health Innovation (JPHI)
Publisher : Lembaga Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Garawangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34305/jphi.v5i2.1622

Abstract

Latar Belakang: Nasofaring mengandung jaringan adenoid yang jika membesar (hipertrofi) dapat mengganggu pernapasan, tidur, dan pendengaran. Radiografi proyeksi lateral digunakan untuk menilai ukuran adenoid dan derajat obstruksi. Di Instalasi Radiologi RSUD Banyumas, terdapat perbedaan prosedur pemeriksaan dengan teori, sehingga perlu dianalisis metode dan teknik yang digunakan untuk memastikan kesesuaian dan efektivitasnya.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus untuk menganalisis prosedur radiografi nasofaring pada hipertrofi adenoid di RSUD Banyumas, dengan data diperoleh melalui studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi, lalu dianalisis secara sistematis.Hasil: Pemeriksaan radiografi nasofaring dengan klinis hipertrofi adenoid di RSUD Banyumas menggunakan proyeksi kepala lateral, cukup untuk menilai pembesaran adenoid. Pengukuran adenoid menggunakan metode Fujioka, untuk menghitung rasio adenoid terhadap nasofaring.Kesimpulan: Pemeriksaan radiografi nasofaring di RSUD Banyumas menggunakan proyeksi kepala lateral tanpa persiapan khusus, efektif sebagai skrining awal. Pengukuran dengan metode Fujioka (rasio 0,6) menunjukkan hipertrofi, dan proyeksi tambahan soft tissue dilakukan jika diperlukan.
PROSEDUR PEMERIKSAAN URETROCYSTOGRAFI BIPOLAR PADA KASUS RETENSI URINE DI RSUD DR. SOESELO SLAWI Nabiha, Vania Salsabila Durrotun; Mukmin, Amril; Astari, Fisnandya Meita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.46874

Abstract

Retensi urine merupakan komplikasi dari penyakit urologi yang mempengaruhi kandung kemih dan uretra. Urethrocystografi Bipolar merupakan teknik pemasukan kontras media melalui saluran urethra dan kandung kemih secara cystotomi. Pada pemeriksaan uretrocystografi bipolar media kontras dimasukkan satu kali melalui uretra dan satu kali melalui cystitis. Di RSUD dr. Soeselo media kontras dimasukkan dua kali melalui uretra dan satu kali melalui cystitis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prosedur pemeriksaan uretrocystografi bipolar dan alasan media kontras dimasukkan sebanyak dua kali melalui penis. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2024-Maret 2025. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisa dengan reduksi, kategorisasi, koding terbuka lalu ditarik kesimpulan. Prosedur pemeriksaan Uretrocystografi bipolar dengan kasus Retensi Urine di RSUD dr. Soeselo Slawi tidak ada persiapan khusus, alat dan bahan yang digunakan pesawat CR, kaset, spuit 50 cc, spuit 20 cc, abocath, kom, gel, handscoon, APD radiasi, aquabides dan media kontras. Pemeriksaan menggunakan proyeksi AP Plan, AP Post Kontras dan RPO. Perbandingan media kontras digunakan untuk pemeriksaan cystografi 3:1 sedangkan pemeriksaan uretrografi 1:1. Tujuan dilakukannya penyuntikan media kontras sebanyak dua kali untuk dijadikan perbandingan dan memastikan bahwa kontras tidak menembus kandung kemih. Pemeriksaan tidak memerlukan persiapan khusus. Pemeriksaan dimulai dengan pengambilan foto polos pelvis proyeksi AP, dilanjutkan dengan AP post kontras dan RPO. Alasan pemasukan media kontras dua kali adalah memastikan kelainan di area saluran uretra dan media kontras tidak menembus daerah kandung kemih. Selain itu dijadikan perbandingan hasil patologi anatomi antara pemasukan kontras pertama dengan pemasukan kontras kedua.
PENINGKATAN DAYA SAING UMKM N4A FRESH GARDEN MELALUI PENANAMAN SISTEM AQUAPONIK PADA BUDIDAYA SAYURAN DAN IKAN DI PERUMAHAN NINSYA ASRI 4 MAGELANG Astari, Fisnandya Meita; Mahanani, Ayu; Dyah Astuti, Tri
Hawa : Jurnal Pemberdayaan Dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025): Agustus 2025 Hawa : Jurnal Pemberdayaan Dan Pengabdian Masyarakat (HAWAJPPM)
Publisher : Yayasan Wayan Marwan Pulungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun, berdampak pada semakin banyaknya kebutuhan pangan sehingga dapat menimbulkan masalah ketahanan pangan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yakni dengan pemanfaatan lahan pekarangan dengan metode aquaponik. Tujuan memperkenalkan sistem aquaponik sebagai metode budidaya terpadu dan budidaya ikan lele yang cocok diterapkan di lingkungan perumahan dengan lahan terbatas. Kegiatan diawali dengan sosialisasi dan pelatihan pembuatan instalasi aquaponik, yang meliputi penanaman sayuran serta pemeliharaan ikan lele dalam satu sistem sirkulasi udara. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa dalam beberapa bulan, masyarakat berhasil memanen sayuran segar dan ikan lele diukur konsumsinya. Sebagai upaya meningkatkan daya saing produk, dilakukan inovasi pengemasan yang lebih menarik dan penambahan label identitas usaha. Produk hasil panen kemudian dipasarkan melalui media sosial, khususnya WhatsApp Group dan Instagram, sehingga menjangkau pasar yang lebih luas. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan masyarakat dalam bidang budidaya dan pemasaran, tetapi juga membuka peluang usaha berbasis rumah tangga yang mendukung ketahanan pangan keluarga. Program ini diharapkan dapat berkelanjutan dan menjadi contoh pengembangan usaha produktif di lingkungan perumahan.
EVALUASI RADIASI HAMBUR PADA PHANTOM THORAX DENGAN TEKNIK HIGH kV Putri, Alung Mutiara Hidayatika; Astari, Fisnandya Meita; Mukmin, Amril
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v5i3.6761

Abstract

The high kV technique used in chest radiology aims to minimize the radiation exposure to the patient. However, the use of high kV usually involves a reduction in mAs to decrease the radiation dosage absorbed by the patient. In this case, the photon number decreases with higher kV, resulting in the total scattered radiation not consistently increasing proportionately. This study aims to determine the amount of scattered radiation generated during chest radiography tests utilizing high kilovolt (kV) settings. This research employed a quantitative experimental methodology. The subject of investigation was a thoracic phantom. The utilized exposure factors were 70 kV at 25 mAs, 80 kV at 12.5 mAs, 90 kV at 6.30 mAs, 86 kV at 4 mAs, and 65 kV at 16 mAs. Data analyses were conducted utilizing the Shapiro-Wilk normality test, descriptive statistical methods, and bivariate R regression values. The test findings indicated that the maximum scattered radiation value was recorded at 80 kV and 12.5 mAs, with an average 4.297 mSv. The minimum value was recorded at 86 kV and 4 mAs, totaling 1,458. The coefficient of determination demonstrates a strong relationship between exposure factors and scattered radiation, ranging from 65% to 69%. Increasing kV while decreasing mAs helps reduce scattered radiation. KV 86 and mAs 4 were identified as the most effective parameters for minimizing scattered radiation, making them an optimal selection for high-kV chest radiography, ensuring safety for both the environment and the patient. ABSTRAKTeknik high kV pada pemeriksaan radiologi thorax bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi pada pasien, namun penggunaan high kV biasanya disertai dengan penurunan mAs untuk mengurangi dosis radiasi hambur tidak selalu meningkat secara langsung. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi besarnya radiasi hambur yang dihasilkan pada pemeriksaan radiologi thorax menggunakan high kV. Penelitian ini menggunakan penilitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Objek penelitian berupa phantom thorax. Variasi faktor eksposi yang digunakan adalah 70kV 25 mAs, 80 kV 12,5 mAs, 90 kV 6,30 mAs, 86 kV 4 mAs, dan 65 kV 16 mAs. Hasil pengukuran, data dilakukan uji normalitas sig. Shapiro wilk, uji descriptive statistic dan análisis bivariat uji regresi. Dari hasil pengujian yang dilakukan, telah didapatkan nilai radiasi hambur tertinggi diperoleh pada kV 80 dan mAs 12,5 dengan rata-rata 4,297 mSv, sedangkan nilai terendah pada kV 86 dan mAs 4 yaitu 1,458. Nilai koefisien determinasi menunjukan hubungan kuat antara faktor eksposi dan radiasi hambur sebesar 65%-69%. Peningkatan kV yang disertai penurunan mAs dapat menurunkan radiasi hambur. Pada kV 86 dan mAs 4 dinilai paling efektif menghasilkan nilai radiasi hambur yang rendah, sehingga dapat menjadi pilihan optimal untuk penerapan pemeriksaan radiografi thorax  dengan tekni high kV yang aman bagi lingkungan dan pasien.
STUDI KASUS PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CLAVICULA PROYEKSI AP STRESS DENGAN KLINIS SUSPEK RUPTUR AC JOINT DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU Maurani, Malika Yesha; Astari, Fisnandya Meita; Nasokha, Ildsa Maulidya Mar’athus
KNOWLEDGE: Jurnal Inovasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/knowledge.v5i3.6768

Abstract

This study was motivated by the variation in load usage in radiographic examinations of the clavicle-acromioclavicular (AC) joint with stress projections, where the literature recommends a load of 3-5 kg, while practice at PKU Muhammadiyah Delanggu Hospital uses a load of 2 kg. This gap between theory and practice encourages an in-depth analysis of the techniques applied at the hospital. Therefore, this study focuses on describing the examination technique and uncovering the clinical reasons for using a load of 2 kg in cases of suspected AC joint rupture. This study used a case study method with a qualitative approach. Data collection was carried out through direct observation, interviews with three radiographers, one radiologist, and one referring physician, as well as documentation studies. The results showed that the examination procedure used bilateral Antero Posterior (AP) stress projections with a load of 2 kg on each arm. The main reason for using a load of 2 kg was to stabilize the shoulder position to prevent movement, as well as to effectively compare the acromioclavicular joint gap between the right and left sides. It was concluded that the technique with a 2 kg load at PKU Muhammadiyah Delanggu Hospital was considered adequate to identify abnormalities such as dislocation or differences in joint space. ABSTRAKPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya variasi penggunaan beban dalam pemeriksaan radiografi clavicula acromioclavicular (AC) joint dengan proyeksi stress, di mana literatur merekomendasikan beban 3-5 kg, sementara praktik di RS PKU Muhammadiyah Delanggu menggunakan beban 2 kg. Kesenjangan antara teori dan praktik ini mendorong perlunya analisis mendalam terhadap teknik yang diterapkan di rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk mendeskripsikan teknik pemeriksaan dan mengungkap alasan klinis penggunaan beban 2 kg pada kasus suspek ruptur AC joint. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung, wawancara dengan tiga radiografer, satu dokter spesialis radiologi, dan satu dokter pengirim, serta studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur pemeriksaan menggunakan proyeksi Antero Posterior (AP) stress bilateral dengan beban 2 kg pada masing-masing lengan. Alasan utama penggunaan beban 2 kg adalah untuk menstabilkan posisi bahu guna mencegah pergerakan, sekaligus untuk secara efektif membandingkan celah sendi acromioclavicular antara sisi kanan dan kiri. Disimpulkan bahwa teknik dengan beban 2 kg di RS PKU Muhammadiyah Delanggu dianggap memadai untuk mengidentifikasi adanya kelainan seperti dislokasi atau perbedaan celah sendi.
A Case Study of The Role of Ureter Tracking Reconstruction in Clinical Urology CT Scan Examination of Kidney Stones in the Radiology Installation of RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus Daniya, Tisya Yin; Astari, Fisnandya Meita; Mufida, Widya
TRANSPUBLIKA INTERNATIONAL RESEARCH IN EXACT SCIENCES Vol. 4 No. 4 (2025): OCTOBER
Publisher : Transpublika Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55047/tires.v4i4.1959

Abstract

This study aims to determine the clinical urology CT scan procedure for kidney stones, analyze the justification for employing ureteral tracking reconstruction, and evaluate the ideal slice thickness for achieving accurate diagnostic images. This research employed a descriptive qualitative methodology utilizing a case study technique in the Radiology Department of RSUD (Regional General Hospital) dr. Loekmono Hadi Kudus. The subjects comprised of three radiographers, one radiologist, one referring physician, and three CT scan images of the urology. Data was obtained through observation, interviews, documentation, and literature review. The data were subsequently studied through reduction, presentation, discussion, and conclusion formulation. The examination was conducted without any specific preparation, merely by consuming 500-750 ml of water and refraining from urinating. The patient was placed in a supine position, feet-first, with arms elevated above the head, exposing the area from the xiphoid process to the symphysis pubis. A 5 mm slice thickness was employed for axial imaging, while 1.5 mm was utilized for tracking reconstruction. The ureteral tracking technique offers an extensive visualization of the urinary tract, facilitating in the detection of stones and obstructions. A reduced slice thickness improves image clarity and elucidates anatomical details. The application of a thin slice thickness (≤1.5 mm) is essential for enhancing picture clarity, facilitating in the identification of small, and minimizing interpretative inaccuracies. Consequently, the use of ureteral tracking reconstruction with a thin slice thickness is highly recommended as a standard practice for urological CT scans in kidney stone cases.
Prosedur Pemeriksaan Fistulografi Pada Kasus Fistula Periumbilical Di Unit Radiologi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo Maghfiroh, Hidayatul; Dewi, Sofie Nornalita; Astari, Fisnandya Meita
JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa Vol 4 No 2 (2025): JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa
Publisher : Yayasan Jompa Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57218/jkj.Vol4.Iss2.1852

Abstract

Fistulografi merupakan pemeriksaan radiologi menggunakan media kontras water soluble  yang diinjeksikan ke dalam lubang fistula untuk memvisualisasikan jalur fistula. Belum banyak laporan yang menjelaskan variasi prosedur radiologi di rumah sakit daerah  khususnya pemeriksaan radiologi pada kasus fistula periumbilical. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemeriksaan, alasan dilakukan modifikasi pada pemasukan media kontras, dan alasan dilakukan masing-masing proyeksi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada satu pasien dengan diagnosa fistula periumbilical yang menjalani pemeriksaan fistulografi di Unit Radiologi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo. Metode pengumpulan data meliputi observasi langsung, dokumentasi,  wawancara, dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan  cara reduksi data, penyajian data, dan ditarik kesimpulan. Prosedur pemeriksaan fistulografi pada kasus fistula periumbilical di Unit Radiologi RS PKU Muhammadiyah Wonosobo tidak memerlukan persiapan khusus dan dilakukan dengan menggunakan proyeksi AP pendahuluan, lateral dorsal decubitus post kontras, dan AP post kontras. Pemasukan media kontras dilakukan dengan menggunakan abocath ukuran 18 dan spuit 20 cc dengan total media kontras 60 ml yang dibagi menjadi 3 tahap pemasukan. Penggunaan proyeksi tersebut sudah mampu mengidentifikasi adanya fistula pada umbilical. Sebaiknya pemeriksaan fistulografi dilakukan dengan fluoroscopy untuk memperoleh gambaran secara real-time atau CT-Scan untuk memperoleh detail anatomi yang lebih baik.