This study examines the multifaceted relationship between the Qur'an and the Hebrew and Aramaic languages, two cognate languages with a long history in the Near East. It aims to systematically analyze the linguistic evidence, including both cognates and loanwords, that demonstrates the profound connection between Quranic Arabic and its Hebrew and Aramaic counterparts. Using a comparative-linguistic and textual-historical approach, the research moves beyond the simple identification of loanwords to explore deeper morphological similarities, syntactic parallelisms, and narrative echoes. The findings indicate that while Quranic Arabic possesses a strong identity, it operates within a Semitic linguistic and religious continuum, particularly with Syriac-Aramaic, which served as the cultural lingua franca of the era. An analysis of core religious vocabulary, prophetic names, and narrative structures reveals a process of dialogue, correction, and theological reframing of pre-existing Jewish and Christian traditions. The paper concludes that this relationship is not one of mere passive borrowing, but rather a dynamic interaction that affirms the theological uniqueness of Islam while being firmly rooted in the broader Semitic landscape. Abstrak: Penelitian ini mengkaji relasi multifaset antara Al-Qur'an dengan bahasa Ibrani dan Aram, dua bahasa serumpun yang memiliki sejarah panjang di Timur Dekat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara sistematis bukti-bukti linguistik, baik berupa kognat maupun kata serapan, yang menunjukkan hubungan mendalam antara bahasa Arab Al-Qur'an dengan bahasa Ibrani dan Aram. Metode penelitian menggunakan pendekatan linguistik-komparatif dan analisis tekstual-historis, penelitian ini melampaui identifikasi kata serapan sederhana untuk mengeksplorasi kesamaan morfologis, paralelisme sintaksis, dan gema naratif yang lebih dalam. Temuan menunjukkan bahwa meskipun bahasa Arab Al-Qur'an memiliki identitas yang kuat, ia beroperasi dalam sebuah kontinum linguistik dan keagamaan Semit, terutama dengan bahasa Aram-Suryani yang berfungsi sebagai lingua franca budaya pada masa itu. Analisis terhadap kosakata keagamaan inti, nama-nama nabi, dan struktur naratif mengungkapkan adanya proses dialog, koreksi, dan pembingkaian ulang teologis terhadap tradisi Yahudi dan Kristen yang telah ada sebelumnya. Makalah ini menyimpulkan bahwa relasi tersebut bukanlah sekadar peminjaman pasif, melainkan sebuah interaksi dinamis yang menegaskan keunikan teologis Islam sambil berakar kuat dalam lanskap Semit yang lebih luas.
Copyrights © 2025