Adanya pemahaman ajaran atau konsep Tri Hita Karana yang tidak sejalan atau berbanding lurus dengan harapan atau tujuan, sehingga kemudian muncul berbagai persoalan dalam kehidupan sosial keagamaan dan adat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kearifan lokal Tri Hita Karana sebagai landasan kehidupan bermasyarakat di Banjar Suka Duka Sindhu Mertha. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu data reduction, interpretatif, data display, dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan wujud kearifan lokal Kendari yang relevan dengan ajaran Tri Hita Karana yaitu hubungan kepada O ombu (Tuhan) dan Dewa (sangia, upacara-upacara keagamaan, prinsip Inae Kosara Ie Pinesara Inae Lia Sara Ie Pinekasara, Teporombua (Musyawarah), Sama Turu dan Metealo-alo, Filsafat Mepokoaso, Tarian Mondotambe dan Upacara Mosehe. Kendala penerapan Tri Hita Karana di Banjar Suka Duka Sindhu Mertha Kota Kendari dikelompokkan menjadi dua kendala yaitu kendala internal meliputi kendala personal/individu warga banjar, adanya pernikahan beda agama, belum tersosialisasinya secara masif awig-awig banjar, program dan kegiatan banjar yang dirasa belum berdampak, banyak tokoh yang telah tiada/berpulang dan kondisi warga banjar yang beragam. Kendala eksternal meliputi beban banjar yang besar atas tanggung jawab Pura Penataran Agung Jagadhita Kendari. Simpulan penelitian menunjukkan budaya suku tolaki yang diwarisi secara terus menerus yang dianggap relevan dengan ajaran Tri Hita Karana yang merupakan keseluruhan sistem ide, gagasan, aktifitas atau perilaku dan hasil karya manusia dalam suatu kelompok masyarakat asli.
Copyrights © 2025