Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas karbon aktif dari batang eceng gondok yang melalui proses pretreatment dan tanpa pretreatment. Eceng gondok dipilih karena merupakan limbah biomassa yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Metode pretreatment dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang menutupi struktur selulosa, sedangkan aktivasi dengan asam asetat bertujuan menghasilkan arang aktif yang memiliki luas permukaan besar. Proses pretreatment dilakukan dengan pemanasan terbuka dalam variasi konsentrasi larutan NaOH (3, 5, 7, 9, dan 11%) selama 60 menit lalu ditentukan kadar selulosanya secara gravimetri untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang optimal dan digunakan dalam proses pembuatan arang aktif. Proses aktivasi menggunakan metode refluks dalam larutan CH3COOH 5% dengan variasi waktu (30, 60, 90, 120 dan 150 menit). Karbon aktif yang dihasilkan dikarakterisasi berdasarkan SNI No. 06-3730-1995 yang meliputi uji daya serap iod, kadar air, kadar abu. Selain itu dilakukan uji luas permukaan menggunakan metode Brunauer-Emmett-Teller (BET). Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan NaOH yang efektif untuk meningkatkan kadar selulosa yaitu 7%, sedangkan waktu optimal untuk aktivasi karbon dalam larutan CH3COOH 5% yaitu 120 menit. Kualitas karbon aktif dari batang eceng gondok dengan perlakuan pretreatment maupun tanpa pretreatment telah memenuhi standar SNI No 16-3730-1995 untuk uji kadar air dan kadar abu. Karbon aktif batang eceng gondok dengan perlakuan pretreatment untuk daya serap iod telah memenuhi standar SNI No 16-3730-1995, sedangkan tanpa pretreatment tidak memenuhi parameter uji daya serap iod. Luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan dari proses pretreatment lebih besar dibandingkan dengan tanpa pretreatment.
Copyrights © 2025