Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS KADAR BIOETANOL DARI LIMBAH CAIR PULP KAKAO MENGGUNAKAN ADSORBEN ABU SEKAM PADI La Harimu; Haeruddin; Wa Ode Mulyana; Cahyana Mandasari; Afrianti S. Lamuru; Mahirullah
Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya Vol. 7 No. 2 (2025): Literasi Artikel Penelitian Kimia
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/jc.v7i2.6211

Abstract

Pencarian sumber- sumber energi alternatif terutama berasal dari tumbuhan multiguna yang berbasis lokal dan berkelanjutan terus digalakan. Salah satu bahan bakar nabati (BBN) yang sangat prospektif dikembangkan di Indonesia adalah bioetanol, yaitu senyawa etanol yang dibuat dari tanaman yang mengandung komponen pati atau karbohidrat/gula seperti dari tanaman kakao. Salah satu komponen biji kakao adalah pulp yang mengandung glukosa 8-15% sehingga sangat potensial untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan etanol melalui proses fermentasi yang selama ini jarang dimanfaatkan cairan lendir pulp yang dihasilkan dari proses fermentasi satu ton biji kakao dapat mencapai 75-100liter dengan bau yang tidak sedap, sehingga dapat mencemari lingkungan. Kadar bioetanol hasil fermentasi pulp kakao dipengaruhi oleh factor pH, kadar ragi, dan lama fermentasi. Sebelum fermentasi dilakukan terlebih dahulu dibuat starter dengan tujuan untuk mengaktifkan enzim. Pemisahan dan pemurnian etanol hasil fermentasi dapat ditingkatkan kadarnya dengan penambahan adsorben abu sekam padi. Abu sekam adi terlebih dahulu dicuci sampai bersih dan terakhir dicuci dengan aquades dan dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C. Sampel pulp kakao hasil fermentasi yang mengandung etanol ditambahkan dengan abu sekam padi sebelum di destilasi. Destilat etanol yang diperoleh diukur kadarnya menggunakan Alcohol Meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu fermentasi dan kadar ragi mempengaruhi kadar bioetanol dari pulp kakao yang dihasilkan. Lama fermentasi optimal yang diperoleh adalah 6 hari dengan kadar bioetanol sebesar 4,73%. Kadar ragi optimal terhadap starter (berat starter adalah 1 % dari sampel pulp kakao yang difermntasi) diperoleh pada kondisi dengan perbandingan 1 gram ragi: 1% starter. Kadar bioetanol yang diperoleh dengan penambahan abu sekam padi menggalami peningkatan dari 5,06% menjadi 8,52%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan abu sekam padi pada sampel pulp kakao hasil fermentasi yang menggandung bioetanol dapat ditingkatkan dengan penambahaan abu sekam padi.
PENGARUH PRETREATMENT TERHADAP KUALITAS KARBON AKTIF DARI BATANG ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Abdul Azis; Afrianti S. Lamuru; Mahirullah; Andi Batari Angka; Nur Aisyah; Rahmila
Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan Terapannya Vol. 7 No. 2 (2025): Literasi Artikel Penelitian Kimia
Publisher : Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/jc.v7i2.6214

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas karbon aktif dari batang eceng gondok yang melalui proses pretreatment dan tanpa pretreatment. Eceng gondok dipilih karena merupakan limbah biomassa yang melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Metode pretreatment dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang menutupi struktur selulosa, sedangkan aktivasi dengan asam asetat bertujuan menghasilkan arang aktif yang memiliki luas permukaan besar. Proses pretreatment dilakukan dengan pemanasan terbuka dalam variasi konsentrasi larutan NaOH (3, 5, 7, 9, dan 11%) selama 60 menit lalu ditentukan kadar selulosanya secara gravimetri untuk mengetahui konsentrasi NaOH yang optimal dan digunakan dalam proses pembuatan arang aktif. Proses aktivasi menggunakan metode refluks dalam larutan CH3COOH 5% dengan variasi waktu (30, 60, 90, 120 dan 150 menit). Karbon aktif yang dihasilkan dikarakterisasi berdasarkan SNI No. 06-3730-1995 yang meliputi uji daya serap iod, kadar air, kadar abu. Selain itu dilakukan uji luas permukaan menggunakan metode Brunauer-Emmett-Teller (BET). Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan NaOH yang efektif untuk meningkatkan kadar selulosa yaitu 7%, sedangkan waktu optimal untuk aktivasi karbon dalam larutan CH3COOH 5% yaitu 120 menit. Kualitas karbon aktif dari batang eceng gondok dengan perlakuan pretreatment maupun tanpa pretreatment telah memenuhi standar SNI No 16-3730-1995 untuk uji kadar air dan kadar abu. Karbon aktif batang eceng gondok dengan perlakuan pretreatment untuk daya serap iod telah memenuhi standar SNI No 16-3730-1995, sedangkan tanpa pretreatment tidak memenuhi parameter uji daya serap iod. Luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan dari proses pretreatment lebih besar dibandingkan dengan tanpa pretreatment.