Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk basa-basi dalam bahasa Jawa serta mengidentifikasi pelanggaran maksim percakapan berdasarkan teori Paul Grice dalam interaksi warga Desa Branjang, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan sumber data berupa tuturan alami dari lima informan yang mewakili dusun-dusun di Desa Branjang. Data diperoleh melalui observasi partisipatif dan teknik catat selama MaretMei 2025, kemudian dianalisis menggunakan model Miles Huberman yang mencakup reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan basa-basi masyarakat Desa Branjang banyak memuat sindiran halus, pengalihan topik, hiperbola, dan alasan emosional yang mencerminkan strategi kesantunan tidak langsung. Dari segi pelanggaran maksim, ditemukan bahwa keempat maksim Grice kuantitas, kualitas, relevansi, dan carasering dilanggar, namun pelanggaran tersebut tidak menunjukkan kegagalan komunikasi. Sebaliknya, pelanggaran maksim berfungsi untuk mencairkan suasana, menghindari topik sensitif, serta menjaga keharmonisan sosial. Penelitian ini menegaskan bahwa teori maksim percakapan tetap relevan untuk menganalisis pragmatik bahasa Jawa, selama ditafsirkan dalam konteks budaya lokal yang melingkupinya.
Copyrights © 2025