Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana politikus perempuan memanfaatkan media sosial dalam aktivitas politik serta bagaimana mereka menghadapi dan berusaha memecahkan fenomena glass ceiling. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, yang berfokus pada pengalaman hidup informan secara mendalam. Tiga informan dalam penelitian ini adalah Elim Tyu Samba, Dr. Andiwi Meilinda Meifilina, dan Henni Indarriyanti. Ketiganya memiliki latar belakang dan strategi berbeda dalam menggunakan media sosial. Elim menggunakan Instagram dan TikTok untuk menampilkan kerja nyata dan membangun citra sebagai pemimpin muda. Dr. Andiwi memanfaatkan Instagram dan Facebook untuk menyampaikan gagasan dan menjawab stigma sebagai single parent dengan intelektualitas. Sementara Henni menggunakan WhatsApp untuk komunikasi langsung dengan masyarakat dan menunjukkan kedekatan yang nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial digunakan bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai strategi untuk melawan batasan tak terlihat atau glass ceiling yang sering dialami oleh perempuan dalam politik. Meskipun bentuk hambatannya berbeda-beda, ketiganya menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang kuat dan dihargai melalui kerja nyata, komunikasi yang baik, serta sikap yang teguh
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025