Artikel ini menganalisis fenomena Citayam Fashion Week (CFW) dan peran TikTok sebagai bentuk transformasi digital dan dinamika sosial anak muda urban di Indonesia. Berangkat dari ekspresi spontan anak-anak muda pinggiran kota Jakarta yang kemudian menjadi viral, penelitian ini menggunakan pendekatan The Society dari Littlejohn, yang mencakup tiga pilar: Social Foundation, Social Critique, dan Social Change. Dengan metode Analisis Wacana Kritis (Fairclough), studi ini menelusuri bagaimana interaksi simbolik di TikTok membentuk identitas, merepresentasikan kelas sosial, serta mendorong perubahan sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa TikTok tidak hanya menjadi media ekspresi, tetapi juga ruang negosiasi makna dan kekuasaan simbolik, tempat anak muda pinggiran merebut narasi budaya urban. Namun, viralitas ini juga menghadirkan tantangan seperti komodifikasi, stereotip, dan kooptasi oleh media arus utama. Artikel ini menegaskan bahwa digitalisasi bukan sekadar kemajuan teknologi, melainkan arena baru dalam kontestasi identitas dan redistribusi kekuasaan budaya di era globalisasi digital.
Copyrights © 2025