Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perspektif generasi Z dalam memaknai resiprositas pada tradisi kondangan Kuningan di era digital. Fenomena ini penting dikaji sejak kemunculan undangan digital yang merubah pola-pola konvensional di tradisi kondangan Kuningan. Hal tersebut menjadi dinamika tersendiri dalam menjalankan hubungan resiprositas generasi Z. Teori yang digunakan dalam menganalisis hasil penelitian adalah teori pemberian yang diprakarsai Marcel Mauss. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melaui observasi non-partisipan, wawancara semi-terstruktur, dan dokumentasi. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan metode snowball sampling. Proses dimulai dengan satu informan kunci yang kemudian merekomendasikan informan lain, sehingga terbentuk jaringan responden secara bertahap. Fokus utama seleksi informan adalah individu dari Generasi Z yang telah terlibat langsung dalam praktik resiprositas pada tradisi kondangan, dengan kriteria telah memiliki pengalaman sebagai pemberi maupun penerima. Dari sepuluh individu yang diwawancarai, hanya empat informan yang memenuhi kriteria selektif, yakni kesesuaian usia, pengalaman empirik, serta pemahaman terhadap konteks tradisi yang diteliti. Teknik analisis data dengan menggunakan skema analisis Miles, Huberman, dan Saldana. Hasil penelitian menunjukan bahwa undangan digital semakin masif khususnya di kalangan generasi Z. Timbulnya undangan digital merubah pola resiprositas pada tradisi kondangan Kuningan jadi lebih bersifat investasi dan transaksional.
Copyrights © 2025