Abstract: This program aims to transform processed bilih fish products from Lake Singkarak through business digitalization to enhance tourism appeal and increase the added value of local food products. The partner, POKLAHSAR Jaso Danau in Nagari Tikalak, Solok Regency, experienced a 35% decline in sales turnover over the past two years due to limited digital marketing and reliance on conventional sales. In addition, production capacity could only meet about 60% of market demand, with inconsistent product quality caused by the absence of written SOPs. The program was implemented using a participatory approach through stages of socialization, technical training, innovation adoption, and mentoring. The main focus included the development of production SOPs, logbooks and digital bookkeeping, organizational structuring, and digital marketing strategies using websites, QR Codes, and social media. The results revealed significant improvement in five key aspects: business recording, production, distribution, branding, and digital marketing. The average score increased from 2.7 (fair) in 2024 to 4.0 (good) in 2025, with the highest achievement in business recording and digital marketing through the activation of an official website and marketplace integration. This transformation demonstrates that digitalization of local food MSMEs not only improves product quality and consistency but also expands distribution channels, strengthens competitiveness, and supports the achievement of the SDGs, particularly women’s empowerment, poverty alleviation, economic growth, and sustainable consumption and production. Keywords: bilih fish, MSME digitalization, women empowerment, digital marketing, lake singkarak Abstrak: Program ini bertujuan mentransformasi produk olahan ikan bilih khas Danau Singkarak melalui digitalisasi usaha guna meningkatkan daya tarik wisata dan nilai tambah pangan lokal. Mitra kegiatan adalah POKLAHSAR Jaso Danau di Nagari Tikalak, Kabupaten Solok, yang mengalami penurunan omzet hingga 35% dalam dua tahun terakhir akibat keterbatasan pemasaran digital dan masih mengandalkan penjualan konvensional. Selain itu, kapasitas produksi hanya mampu memenuhi sekitar 60% permintaan pasar, dengan kualitas produk sering tidak konsisten karena ketiadaan SOP tertulis. Kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif melalui tahapan sosialisasi, pelatihan teknis, penerapan inovasi, dan pendampingan. Fokus utama meliputi penyusunan SOP produksi, logbook dan pembukuan digital, pembentukan struktur organisasi, serta strategi pemasaran berbasis website, QR Code, dan media sosial. Hasil menunjukkan peningkatan keterampilan signifikan pada lima aspek utama: pencatatan usaha, produksi, distribusi, branding, dan pemasaran digital. Skor rata-rata naik dari 2,7 (cukup) pada 2024 menjadi 4,0 (baik) pada 2025, dengan capaian terbesar pada pencatatan usaha dan pemasaran digital melalui aktivasi website resmi dan integrasi marketplace. Transformasi ini membuktikan bahwa digitalisasi UMKM pangan lokal tidak hanya memperbaiki kualitas dan konsistensi produk, tetapi juga memperluas distribusi, memperkuat daya saing, serta mendukung pencapaian SDGs, khususnya pemberdayaan perempuan, pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan konsumsi-produksi berkelanjutan. Kata Kunci: ikan bilih, digitalisasi UMKM, pemberdayaan perempuan, pemasaran digital, danau singkarak
Copyrights © 2025