Kurikulum Merdeka merupakan inovasi kebijakan pendidikan yang dirancang untuk memberikan keleluasaan bagi satuan pendidikan dalam menyelenggarakan pembelajaran yang kontekstual, inklusif, dan berorientasi pada penguatan karakter siswa melalui Profil Pelajar Pancasila. Namun, dalam implementasinya, kurikulum ini menghadapi berbagai tantangan yang menghambat pencapaian tujuan idealnya. Artikel ini bertujuan untuk meninjau secara kritis implementasi Kurikulum Merdeka melalui pendekatan pedagogik kritis, khususnya gagasan Paulo Freire, serta menelaah relevansinya terhadap pembelajaran bermakna (deep learning). Metode yang digunakan adalah studi literatur sistematis terhadap sepuluh artikel ilmiah nasional dan internasional yang relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar dalam mewujudkan pendidikan transformatif yang dialogis dan kontekstual. Namun demikian, kendala berupa beban administratif guru yang tinggi, keterbatasan sarana prasarana di sekolah, dan minimnya pelatihan pedagogik reflektif menjadi hambatan signifikan dalam pelaksanaannya. Artikel ini menyimpulkan bahwa keberhasilan Kurikulum Merdeka memerlukan dukungan struktural yang memadai, penguatan kapasitas pendidik dalam pendekatan humanis, serta evaluasi kebijakan yang berorientasi pada keadilan dan emansipasi pendidikan.
Copyrights © 2025