Kompetensi literasi pada nilai rapor SD dan kerawanan membaca kelas tinggi masih menjadi masalah mendasar dalam pembelajaran di sekolah dasar. Fakta ini menghambat pemahaman siswa terhadap teks, yang berimbas pada rendahnya keterampilan berliterasi sehingga berdampak padarendahnya capaian nilai rapor kompetensi literasi membaca di sekolah hingga nasional. Berdasarkan data Rapor Pendidikan 2024 dan identifikasi guru di Gugus Dwarawati, sebanyak 7,06% siswa kelas atas terindikasi rawan membaca. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi kerawanan membaca dan mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pelatihan menyusun e-literasi assessment berbantuan facilitating reading alod. Guru Gugus Dwarawati dilatih menyusun, mereview, dan mengimplementasikan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Kelas berbantuan suara sebagai solusi asesmen formatif yang adaptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara informal. Produk asesmen dirancang dalam bentuk digital (Google Form) yang dilengkapi fitur audio (reading aloud) untuk memberikan akses kepada siswa yang mengalami hambatan membaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asesmen ini mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap teks, memperkuat keterlibatan belajar, serta menjadi alat identifikasi dini yang efektif. Guru juga menunjukkan refleksi pedagogis dan peningkatan kompetensi dalam menyusun instrumen asesmen yang kontekstual dan inklusif. Kebaruan penelitian ini terletak pada integrasi stimulus auditif dalam AKM Kelas yang dirancang dan diujicobakan oleh guru, sehingga mampu menjembatani kebutuhan literasi siswa dalam konteks kelas nyata. Simpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa AKM Kelas berbantuan suara dapat menjadi model asesmen formatif yang inklusif, aplikatif, dan potensial untuk direplikasi secara luas dalam program penguatan literasi dasar.
Copyrights © 2025