Penelitian ini berfokus pada hambatan keterbukaan diri remaja terhadap orang tua, khususnya dalam konteks keluarga yang tidak harmonis. Remaja sering menghadapi tantangan dalam mengekspresikan dirinya kepada orang tua, terutama ketika keluarga mengalami perceraian atau konflik internal. Perceraian menjadi faktor utama yang menyebabkan remaja sulit untuk terbuka karena mereka cenderung merasa terasing dan kurang mendapatkan dukungan emosional yang memadai. Komunikasi yang kurang efektif juga memperburuk situasi ini, terutama ketika remaja tinggal terpisah dari orang tuanya. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, penelitian ini melibatkan tiga remaja yang tinggal di salah satu panti sosial di Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian orang tua, kurangnya komunikasi, serta ketidaknyamanan dalam hubungan keluarga menjadi hambatan utama keterbukaan remaja. Penelitian ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk meningkatkan keterbukaan diri remaja, yang akhirnya berkontribusi positif terhadap kesejahteraan emosional dan hubungan keluarga.
Copyrights © 2024