Sumber mata air masih banyak dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat. Namun dalam pemanfaatan air tersebut masyarakat menghadapi beberapa masalah, seperti mengandung Fe (Besi), Mn (Mangan), NO2 (Nitrit) dan NH3 (Amonia), sehingga kondisi airnya keruh berwarna coklat kekuningan, berbau dan meninggalkan noda jika untuk mencuci. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model aerasi yang praktis dan teknologi tepat guna untuk masyarakat. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment, dengan mendesain pengolahan air model sistem aerasi skala laboratorium. Obyek penelitian adalah air dari sumber mata air di Dusun Jamblangan, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlakuan dalam penelitian ini adalah filtrasi aerator sistem tangga (Cascade Aerator) sebagai Model 1, Aerator air mancur (Spray Aerator) sebagai Model 2, Aerator Gelembung Udara (Bubble aerator) sebagai Model 3, dan Aerator air terjun (Waterfall aerator) sebagai Model 4. Proses oksidasi terhadap empat parameter air tersebut, dilakukan dengan filtrasi menggunakan media pasir sungai, pengulangan (replikasi) sebanyak 6 kali. Air contoh uji diperiksa di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat Yogyakarta. Hasil filtrasi oksidasi dari keempat model aerator, mempunyai potensi yang berbeda dalam menurunkan parameter air yang diteliti. Aerator Model 1 penurunan yang dominan terhadap parameter Mn sebesar 63,9%. Aerator Model 2 penurunan yang dominan terjadi pada parameter Fe sebanyak 59,0% dan Amonia sebesar 43,8%. Aerator Model 3 penurunan terjadi pada parameter Fe sebesar 36,5% dan Mn sebesar 30,7%. Aerator Model 4 terjadi penurunan cukup tinggi parameter Fe sebesar 57,4% dan Mn sebesar 64,5%. Hasil penelitian Aerator Model 1, Model 2, Model 3 dan Model 4 mampu menurunkan parameter Fe, Mn, Nitrit dan Ammonia dalam air dengan potensi penurunan yang bervariasi. Aerator yang efektif dan efisien mampu menurunkan kadar Fe dan Mn yang paling banyak adalah Aerator Model 4 (Waterfall / Multiple Tray Aerator).
Copyrights © 2025