Permasalahan rendahnya kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air bersih masih menjadi hambatan utama di wilayah pedesaan. Banyak komite air yang belum memiliki pemahaman teknis maupun kelembagaan yang memadai untuk mengelola sumber daya air secara partisipatif dan berkelanjutan. Kondisi ini diperparah oleh lemahnya koordinasi antar-pemangku kepentingan, kurangnya transparansi dalam pengelolaan keuangan, serta minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan infrastruktur air bersih. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberdayakan komite air melalui serangkaian pelatihan berbasis kebutuhan lokal dengan pendekatan partisipatif. Metode pelaksanaan diawali dengan identifikasi masalah melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat, anggota komite air, dan perangkat desa. Selanjutnya, dilakukan diskusi kelompok terarah (FGD) untuk merumuskan materi pelatihan yang sesuai dengan konteks lokal. Pelatihan difokuskan pada tiga aspek utama: (1) penguatan kapasitas teknis pengelolaan air, (2) peningkatan kemampuan manajerial kelembagaan, dan (3) pembentukan sistem kerja kolaboratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Evaluasi dampak pelatihan dilakukan melalui pre-test dan post-test, serta monitoring partisipatif selama tiga bulan pasca-kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta, dengan rata-rata kenaikan skor sebesar 42% pada post-test. Peserta yang awalnya pasif kini mampu menjelaskan peran strategis komite air, menyusun rencana kerja berbasis musyawarah, serta mengidentifikasi solusi untuk tantangan seperti keterbatasan dana dan pemeliharaan sarana. Dampak lebih luas terlihat pada terbentuknya mekanisme pengawasan partisipatif, peningkatan transparansi pengelolaan keuangan, serta komitmen pemerintah desa untuk mengalokasikan dana desa guna mendukung keberlanjutan program. Kegiatan ini tidak hanya berkontribusi pada penguatan kelembagaan lokal, tetapi juga menawarkan model pengelolaan air bersih berbasis masyarakat yang dapat diadaptasi di wilayah pedesaan lain dengan karakteristik serupa. Temuan ini memperkuat pentingnya pendekatan partisipatif dalam program pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk isu-isu pengelolaan sumber daya alam yang membutuhkan keterlibatan semua pihak secara berkelanjutan.
Copyrights © 2025