Industri pengolahan bijih mineral merupakan salah satu sektor yang menghasilkan silika kristalin respirabel (RCS), yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat kerja seperti silikosis, PPOK, dan kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan pekerja terhadap pajanan RCS setelah penerapan sistem pengendalian debu (dust suppression system) di area produksi. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan desain cross-sectional, melibatkan 30 pekerja dari departemen produksi dan pemeliharaan. Pengukuran dilakukan menggunakan metode personal sampling sesuai standar NIOSH 7500. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi RCS berada di bawah nilai ambang batas (NAB) ACGIH sebesar 0,025 mg/m³, dengan nilai excess cancer risk (ECR) berkisar antara 1,8.10-7 hingga 5,5.10-6, yang masih berada dalam rentang aman. Namun, tren peningkatan ECR seiring durasi dan intensitas pajanan menunjukkan perlunya pengendalian yang lebih ketat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun sistem pengendalian debu telah menurunkan konsentrasi RCS secara signifikan, risiko kesehatan tetap ada akibat efek kumulatif jangka panjang. Pendekatan ALARA (As Low As Reasonably Achievable) sangat disarankan dalam pengendalian pajanan. Selain itu, pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, pelatihan penggunaan alat pelindung diri, dan pemantauan efektivitas sistem pengendalian debu perlu diintegrasikan sebagai bagian dari strategi keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi pekerja secara berkelanjutan.
Copyrights © 2025