Persoalan ruang dan waktu adalah dua dimensi yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga ditandai dengan bahasa yang sangat rinci. Penelitian ini mendeskripsikan sisi kebahasaan tentang konsep ruang dan waktu dalam Bahasa Sasak (dialek a-e) di dusun Polak Penyayang, Lombok Tengah dan pandangan budaya masyarakatnya. Penyediaan data dilakukan dengan metode simak, cakap, dan introspeksi. Lalu dilakukan reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan secara interaktif. Hasil penelitian menemukan bahwa satuan lingual yang dipakai untuk menandai konsep ruang dan waktu dalam Bahasa Sasak (di Polak Penyayang) berbentuk kata dasar dan berbentuk kata kompleks. Konsep ruang yang termasuk bentuk dasar, yaitu leksikon bat ‘barat’, boloq ‘atas, sumber aliran air’, dereq ‘bawah, arah air mengalir’; sementara bentuk kompleks meliputi leksikon běbat ‘ke arah barat’ dan bětimuq ‘ke arah timur’. Konsep waktu yang termasuk bentuk dasar, yaitu leksikon baruq ‘barusan’, uiq ‘kemarin’, dan laeq ‘dulu’; bentuk kompleks meliputi leksikon baruq kělemaq ‘tadi pagi’, jělo ni ‘hari ini’, dan lemaq aru ‘besok pagi’. Selain itu, ditemukan pula konsep waktu yang dilihat dari tanda-tanda alam dan ritual siklus kehidupan tertentu, seperti leksikon kêtaun ‘musim hujan’, kêbalit ‘musim kemarau’, rorampaq ‘antara musim penghujan dan kemarau’, serta nyiwaq ‘hari kesembilan dari hari kematian’. Adapun pandangan budaya masyarakat setempat terkait konsep ruang dan waktu, seperti konsep ruang boloq ‘atas/tinggi’ yang tidak hanya dipandang sebagai sumber mata air, tetapi sebagai sesuatu yang dimuliakan (sakral) dan ini mengacu pada gunung Rinjani sebagai iněn paer ‘induknya bumi Sasak’. Juga pandangan budaya tentang konsep waktu sêrêp jêlo ‘menjelang matahari terbenam’ sebagai waktu pantangan untuk beraktivitas
Copyrights © 2024