Penelitian ini menganalisis dinamika kepemimpinan teknokratis Xi Jinping dan dampaknya terhadap mobilisasi sumber daya nasional di Tiongkok, dengan fokus pada strategi Military-Civil Fusion (MCF). Menggunakan kerangka teoritis multi-dimensi yang mengintegrasikan kepemimpinan transformasional (Burns, 1978; Bass, 1985), kepemimpinan adaptif (Heifetz, 1994), dan kepemimpinan strategis militer (Yarger, 2006), penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Xi Jinping telah secara sistematis mengkonsolidasikan kekuatan dan mengarahkan sumber daya nasional untuk mencapai supremasi teknologi dan modernisasi militer. Penelitian ini juga mengidentifikasi implikasi strategis dari model Tiongkok bagi Indonesia, yang sedang berupaya memperkuat kebijakan pertahanannya menuju visi Indonesia Emas 2045. Melalui analisis komparatif yang didukung oleh tools analisis sistematis Fishbone Analysis (Ishikawa, 1968), Analytical Hierarchy Process (AHP) (Saaty, 1980), dan SWOT Analysis (Humphrey, 2005) penelitian ini mengidentifikasi kendala utama yang dihadapi Indonesia dan merumuskan strategi untuk mengatasinya. Temuan utama menunjukkan bahwa meskipun model Tiongkok tidak dapat direplikasi secara langsung, prinsip-prinsip sinergi, fokus strategis, dan inovasi teknologi dapat diadaptasi dalam konteks demokrasi Indonesia. Penelitian ini mengusulkan konsep "Teknokrasi Pancasilais" sebagai model alternatif yang mengintegrasikan efisiensi teknokratis dengan 1 NUSANTARA : Jurnal Ilmu Penegtahuan Sosial, 2 (1) (2019): 1-15 nilai-nilai Pancasila, serta "Doktrin Pertahanan Nusantara 4.0" sebagai kerangka konseptual untuk transformasi pertahanan Indonesia. Kontribusi penelitian ini terletak pada analisis multi-teoritis yang komprehensif, penggunaan metodologi campuran yang sistematis, dan formulasi rekomendasi kebijakan yang relevan dengan konteks Indonesia.
Copyrights © 2025