Seperti pasangan suami istri yang bercerai dan kemudian berbaikan, begitulah relasi antara Allah dan umat Israel digambarkan menurut Yesaya 54:1-10. Allah adalah suami yang setia dan Israel sebagai istri yang tidak setia yang sering mengecewakan Allah dengan berzinah rohani kepada dewa dewi kafir. Allah pun menghukum mereka dan membiarkan umat Israel menjadi tawanan bangsa-bangsa lain sebagai akibat dari dosa mereka. Bahkan Allah menyamakan Israel dengan aib kemandulan. Kata mandul menunjuk kepada bangsa Israel yang mendapatkan peghinaan dan harus menanggung malu karena tidak memiliki keturunan. Kotanya menjadi sepi karena mereka dibuang ke Babilonia. Tetapi semua rasa malu itu akan berakhir. Negeri yang tadinya sepi akan bersorak-sorai kembali, karena Allah tidak selamanya murka kepada mereka. Sebaliknya, melalui nabi Yesaya Allah menubuatkan dan menjanjikan kelepasan serta akan membawa mereka kembali ke negerinya. Bahkan bukan hanya lepas dari pembuangan, tetapi juga memulihkan keadaan mereka. Mereka menerima anugerah itu, bukan karena Allah menyesal dengan hukuman yang ditimpakan kepada bangsa itu. Tetapi karena Allah masih mencintai umat Israel. Ini adalah janji Allah kepada umat-Nya Israel seperti suami yang penuh pengampunan dan kasih sayang terhadap istrinya. Melalui penelitian ini, penulis melihat secara studi eksegesis bagaimana proses janji pemulihan/rekonsiliasi antara Allah umat Israel akan dilaksanakan.
Copyrights © 2024