Latar Belakang. Desa Beru terletak di Alok Timur, Sikka, Nusa Tenggara Timur, Indonesia., yang memiliki tersangka jumlah penderita diatas 400 orang, jumlah ini menduduki tempat pertama diantara desa lain di kecamatan tersebut. Data ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan identifikasi permasalahan untuk mempercepat penurunan angka penderita tuberculosis. Permasalahan terkait tingginya isidensi dan prevalensi tuberkuosis di Desa Beru, Kecamata Sikka Alok timur, yang dapat diidentifikasi adalah tingginya angka penularan TB yang disebabakan oleh kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pengetahuan masyarakat tentang cara penularan TB dan pemahaman tentang daya tahan tubuh serta pemanfaatan bahan lokal untuk meningkatkan daya tahan Tujuan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita tuberkulosis (TBC) serta warga yang berisiko tertular melalui peningkatan pengetahuan dan pemanfaatan tanaman herbal lokal, yaitu Kelor (Moringa oleifera) dan Pegagan (Centella asiatica). Program dilaksanakan di Desa Beru, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, melalui pendekatan edukatif-partisipatif yang melibatkan penyuluhan kesehatan, demonstrasi pembuatan olahan herbal, serta distribusi produk fungsional berbasis tanaman lokal. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan pada tingkat pengetahuan peserta mengenai TBC dan manfaat tanaman herbal sebesar 22%, serta peningkatan ketrampilan pembuatan teh kelor dan pegagan. Kegiatan ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terutama pada poin 3,2,1, dan 17melalui pemanfaatan sumber daya hayati lokal untuk kesehatan masyarakat. Kesimpulan adalah peningkatan pemahaman tentang Penggunaaan tanaman kelor dan pegagan terhadap peningkatan daya tahan tubuh sebesar 22% pada kader kesehatan Desa Beru, Maumere, NTT. Kader kesehatan Desa Beru, Maumere, NTT memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang pembuatan teh kelor dan pegagan.
Copyrights © 2025