Abstrak Penelitian ini menganalisis dinamika perubahan sosial budaya di Desa Rawak Hulu dan Rawak Hilir, Kecamatan Sekadau Hulu, Kalimantan Barat, dari pola etnosentrisme menuju multikulturalisme. Berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi, penelitian ini menemukan bahwa pendidikan multikultural serta interaksi antarbudaya menjadi faktor utama pendorong perubahan tersebut. Pendidikan berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai inklusif dan mendekonstruksi prasangka lama, sementara interaksi sosial memperkuat kohesi antara komunitas Melayu dan Tionghoa. Peningkatan kesadaran sosial dan perluasan akses terhadap pendidikan turut mendorong penerapan nilai-nilai inklusif, sehingga tercipta lingkungan multikultural yang harmonis. Meskipun demikian, tantangan tetap muncul, khususnya pada momen-momen politik yang berpotensi memicu kembali sentimen etnis. Hal ini menunjukkan bahwa multikulturalisme merupakan proses dinamis yang memerlukan pemeliharaan berkelanjutan. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman tentang transformasi sosial di wilayah pedesaan Indonesia serta menegaskan pentingnya kebijakan yang mendukung integrasi budaya dan pendidikan multikultural guna memperkuat kohesi sosial di masyarakat yang beragam secara etnis. Kata kunci: Etnosentrisme; Multikulturalisme; Perubahan Sosial Budaya; Pendidikan. Abstract This study examines the socio-cultural transformation of Rawak Hulu and Rawak Hilir villages in the Sekadau Hulu District, West Kalimantan, focusing on the shift from ethnocentrism to multiculturalism. Using a qualitative approach, data were collected through in-depth interviews, participatory observation, and documentation. The findings indicate that multicultural education and intercultural interaction are the main drivers of this transformation. Education plays an active role in fostering inclusive values and deconstructing long-standing prejudices, while social interactions strengthen cohesion between the Malay and Chinese communities. Increasing social awareness and broader access to education have further promoted the adoption of inclusive values, leading to the development of a harmonious multicultural environment. However, challenges remain, particularly during political periods that may reignite ethnic sentiments, suggesting that multiculturalism is a dynamic process requiring ongoing maintenance. This study contributes to the broader understanding of social change in rural Indonesia and highlights the importance of policies that promote cultural integration and multicultural education to strengthen social cohesion in ethnically diverse communities. Key words: Ethnocentrism; Multiculturalism; Sociocultural Change; Education.
Copyrights © 2025