Abstract: This study aims to examine the practices and symbolic meanings within the healing rituals of the Dayak tribe in Central Kalimantan, as documented in the ancient manuscript "Amiroe." This research employs a philological approach with a qualitative descriptive method to interpret the text's content and understand the cultural values embedded within it. The findings indicate that the healing process is performed by a balian (shaman) who acts as an intermediary between humans and the spirit world through three main stages: preparation, execution, and recovery. During the execution stage, the balian performs ritual movements, such as dancing around the altar and leaping when an earth spirit approaches, while chanting magical incantations to summon benevolent spirits and expel malevolent ones. According to Dayak beliefs, illness occurs when a person's soul leaves the body and encounters a lonely spirit, consequently causing sickness. Even if the ritual fails and the patient passes away, the community continues to believe in the spiritual power behind the process. Through philological analysis, symbolic anthropology, and personalistic ethnomedicine, this study concludes that the "Amiroe" manuscript not only records traditional healing practices but also reflects the Dayak people's worldview and belief system regarding the balance between the body, soul, and spirit. Keywords: Philology, Healing Ritual, Dayak Tribe, Amiroe Manuscript, Symbolic Anthropology Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik dan makna simbolik dalam ritual penyembuhan masyarakat Suku Dayak di Kalimantan Tengah sebagaimana tercantum dalam naskah kuno “Amiroe.” Penelitian ini menggunakan pendekatan filologis dengan metode deskriptif kualitatif untuk menafsirkan isi teks dan memahami nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyembuhan dilakukan oleh balian sebagai perantara antara manusia dan dunia roh melalui tiga tahap utama, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan pemulihan. Pada tahap pelaksanaan, balian melakukan gerakan ritual, seperti menari mengelilingi altar dan melompat ketika roh bumi mendekat, serta melafalkan mantra magis untuk memanggil roh baik dan mengusir roh jahat. Menurut kepercayaan masyarakat Dayak, penyakit terjadi ketika jiwa seseorang meninggalkan tubuh dan bertemu dengan roh yang kesepian, sehingga menyebabkan sakit. Jika ritual gagal dan pasien meninggal, masyarakat tetap mempercayai kekuatan spiritual di balik proses tersebut. Melalui analisis filologis, antropologi simbolik, dan etnomedisin personalistik, penelitian ini menyimpulkan bahwa naskah “Amiroe” bukan hanya merekam praktik penyembuhan tradisional, tetapi juga mencerminkan pandangan hidup dan sistem kepercayaan masyarakat Dayak tentang keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan roh. Kata Kunci: filologi, ritual penyembuhan, Suku Dayak, naskah Amiroe, antropologi simbolik.
Copyrights © 2025