Penelitian ini menganalisis representasi perempuan dalam politik Indonesia dengan menggunakan kerangka interseksionalitas dan Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis/CDA). Meskipun kebijakan kuota 30 persen telah meningkatkan keterwakilan perempuan secara kuantitatif, temuan penelitian menunjukkan bahwa keberadaan perempuan di parlemen belum beranjak dari representasi simbolik menuju representasi substantif. Data CDA mengungkap lima pola tokenisme yang secara konsisten dialami perempuan, yaitu penempatan pada nomor urut tidak strategis, pengkategorian pada isu domestik, keterbatasan akses terhadap posisi strategis, stereotip internal partai, dan representasi simbolik tanpa dampak legislasi. Hambatan ini semakin kompleks bagi perempuan dari kelompok agama minoritas, yang mengalami marginalisasi ganda akibat persilangan identitas gender, agama, dan kelas sosial. Dalam konteks teologis, penelitian ini menyoroti perlunya rekonstruksi spiritualitas perempuan melalui pendekatan teologi rahim Kartini dan konsep Ina na Marsahala. Keduanya menegaskan perempuan sebagai imago Dei yang memiliki martabat dan agensi penuh dalam ruang publik maupun religius. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perubahan substantif hanya dapat dicapai melalui reformasi struktural partai politik, penguatan kapasitas legislator perempuan, serta reinterpretasi wacana keagamaan yang membebaskan. Dengan demikian, studi ini memberikan kontribusi teoretis dan praktis dalam memahami dinamika representasi perempuan dalam politik Indonesia.
Copyrights © 2025