cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
ISSN : 14116618     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI adalah wadah menghimpun dan mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dan konsep-konsep ilmiah serta pengetahuan dalam bidang arsitektur dan lingkungan buatan berwujud artikel yang ditulis berdasarkan penelitian: artikel hasil penelitian, artikel tentang ide-ide (gagasan konseptual), tinjauan tentang proses penelitian, tinjauan buku-buku baru, paparan tokoh arsitek dan pemikirannya, serta karya ilmiah lain yang berhubungan dengan fenomena arsitektur.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
PEMANFAATAN RUANG PUBLIK SEBAGAI WADAH TRANSAKSI KULINER PADA LURUNG KAMPUNG PAJEKSAN – JOGONEGARAN, YOGYAKARTA Nurhadi, Septi Kurniawati
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 5 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.913 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i5.1100

Abstract

Abstract : Pajeksan and Jogonegaran kampongs are located in central city of Yogyakarta, while the lurung Pajeksan – Jogonegaran kampongs is the border as well as the main axis for the people living that are currently evolving as the houses for workers in the Malioboro area. The beneficial usage of the lurung has grown as the fulfillment of the people’s need for food. The usage is increasing and posing an intervention on the lurung space. This research is aimed to discover the use and the influence of culinary transaction space, culinary activity and form of element transaction space in the community of lurung Pajeksan - Jogonegaran kampongs. This is done by using the Behavior mapping. The result of identifying and analyzing is use to obtain the special characteristic that happen in the society so that they are able to keep their existence. The usage patterns of public space as the culinary transaction space in lurung Pajeksan - Jogonegaran kampongs is linier and it follows the shape of an elongated lurung with the greatest usage occurs at the junction of the driveway towards the kampongs. The usage of the lurung is directly related to the aspect of environment, neighborhood, and economic aspectKeyword : Lurung Pajeksan – Jogonegaran,The Usage of Lurung, and Culinary Transaction Space Abstrak: Kampung Pajeksan dan Jogonegaran merupakan dua kampung yang terletak di pusat kota Yogyakarta, sedangkan lurung kampung Pajeksan – Jogonegaran merupakan batas sekaligus menjadi poros utama kehidupan warga yang saat ini kampung tersebut berkembang sebagai hunian bagi pekerja di kawasan Malioboro. Pemanfaatan lurung berkembang sebagai pemenuhan kebutuhan pangan warga kampung. Pemanfaatan tersebut kian meningkat dan menimbulkan intervensi ruang pada badan lurung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dan pengaruh wadah transaksi kuliner, aktivitas kuliner serta elemen pembentuk wadah transaksi yang dilakukan masyarakat pada lurung kampung Pajeksan–Jogonegaran. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Behavior mapping. Hasil identifikasi dan analisis tersebut digunakan untuk memperoleh kekhasan yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat mempertahankan keberlangsungannya. Pola pemanfaatan ruang publik sebagai wadah transaksi kuliner yang terdapat pada lurung kampung Pajeksan – Jogonegaran berbentuk linier memanjang yang mengikuti bentuk lurung dengan pemanfaatan terbesar terjadi pada persimpangan menuju jalan masuk kampung. Pemanfaatan tersebut tidak terlepas dari aspek lingkungan,ketetanggaan,dan ekonomi.Kata Kunci: Lurung kampung Pajeksan - Jogonegaran, Pemanfaatan lurung, dan Wadah Transaksi Kuliner.
CAIR SEBAGAI KONSEP DESAIN INTERIOR RESTORAN TIMOR RAYA KOTA KUPANG Lily, Budhi B.
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (733.742 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i2.1109

Abstract

Abstract: Timor Raya Restaurant comes from the proliferation of places that offer rental services of wedding packages in the city. The initial function of this restaurant was a venue for weddings with supported interior concept. As the time goes by, the restaurant also rented out for other events such as birthdays, graduations, meetings and gathering severance and other events that makes the interior concept incompatible anymore with such events. Flexibility of  the interior space is the main problem of this restaurant and to study about it can use the "liquid" philosophy at the meaning of sirih pinang as a local wisdom potential. The purpose of this study is to present an interior design of Timor Raya Restaurant with "liquid" concept that can provide solutions to respond to some of the functions contained. Data collection method is done by observation and interviews and analyze with qualitative method to each element of the interior with the "liquid" concept. The results showed that by the application of  "liquid" concept  against every element make the interior concept of Timor Raya Restaurant can adjust to every event hold.Keywords: Liquid, interior, Timor Raya RestaurantAbstrack: Restoran Timor Raya hadir dari maraknya tempat-tempat yang menawarkan jasa penyewaan paket pernikahan di Kota Kupang. Fungsi awal restoran ini adalah sebagai tempat berlangsungnya acara pernikahan dengan konsep iterior yang mendukung. Berjalannya waktu restoran ini disewakan juga untuk acara-acara lain seperti ulang tahun, wisuda, pertemuan dan temu pisah serta acara lainya yang mengakibatkan konsep interior yang ada tidak cocok dengan acara-acara tersebut. Masalah fleksibilitas ruang interior merupakan masalah utama dari restoran ini dan untuk mengkajinya dapat menggunakan filosofi “cair” pada makna sirih pinang sebagai potensi kearifan lokal. Tujuan penelitian ini adalah untuk  menghadirkan sebuah desain interior Restoran Timor Raya dengan konsep “cair” yang dapat memberikan solusi untuk merespon beberapa fungsi yang diwadahi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara serta menganalisisnya dengan metode kualitatif terhadap setiap elemen interior dengan konsep “cair”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan aplikasi konsep ”cair” terhadap setiap elemen membuat konsep interior Restoran Timor Raya dapat menyesuaikan dengan setiap acara yang diwadahi.Kata kunci: Cair, interior, restoran timor raya
TATA RUANG DAN ELEMEN ARSITEKTUR PADA RUMAH JAWA DI YOGYAKARTA SEBAGAI WUJUD KATEGORI POLA AKTIVITAS DALAM RUMAH TANGGA Cahyandari, Gerarda Orbita Ida
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 2 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1477.567 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i2.1064

Abstract

Abstract: Traditional houses resemble classification according to social status of the owner. Traditional house is a manifestation of symbolic and cultural meaning. Javanese traditional houses are represented in certain orders and characteristics. “Ndalem” in the form of “Joglo” is a type of high status. “Limasan” and “Kampung” are houses for medium and low status. Activities in a house reflect social inter-relationship in a family. Javanese people are categorized as patrileneal family systems that have cultural determination in domestic roles. The analysis requires historical data, pattern of activity, and architectural elements and symbols. Mapping of activities draws housing classification. “Dalems” and “joglos” have spaces to support social activity and define the roles. Houses in lower classification show balance of the roles.Keywords: social classification, Javanese traditional house, domestic rolesAbstrak: Rumah tradisional mencitrakan status sosial pemilik yang juga berarti bahwa rumah tradisional memiliki makna simbolis dan kultural. Rumah trdisional Jawa diwujudkan dalam aturan dan karakteristik tertentu. Rumah “Joglo” dalam bentuk “Ndalem” berada pada status sosial pemilik yang tinggi, sedangkan Limasan dan Kampung dimiliki oleh kaum biasa dan rakyat jelata. Aktivitas dalam rumah mencerminkan hubungan social dalam suatu rumah tangga. Keluarga jawa termasuk penganut system patrilineal yang berpengaruh pada peran domestik. Analisis menggunakan data historis, pola aktivitas, dan elemen serta simbol arsitektural. Pemetaan aktivitas menunjukkan klasifikasi bangunan. Ndalem dan joglo memiliki ruang yang mendukung aktivitas dan peran sosial. Rumah dalam klasifikasi yang lebih rendah, menunjukkan peran domestik dan sosial yang seimbang.Kata kunci: klasifikasi sosial, rumah tradisional Jawa, aktivitas rumah tangga
OMAH DUDUR: OMAH RATU – KAWULA YANG HIDUP DI WILAYAH URUT SEWU, GRABAG, PURWOREJO, JAWA TENGAH Wibowo, Satrio HB; Sudaryono, Sudaryono; Pradipto, E
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 6 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.252 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i6.1354

Abstract

Abstract: Omah dudur is a typical house of rural community in the region of Urut Sewu, Grabag, Purworejo district. Omah dudur originated from the kingdom of Mataram Yogyakarta as a queen house, joglo-shaped and serves as a main pendapa. In the area of the Urut Sewu, the form of joglo omah dudur is imitated and renamed dudur, transformed into a typical rural dwelling as a pendapa and a family home (sleeping area, family room), but still predicated as queen house. Residents of Urut Sewu believe there is a revelation (soul / spirit) that dwells in the omah dudur and makes it live. Omah dudur in the Urut Sewu area is a traditional Javanese architectural heritage, yet it is still hidden and has not been recorded and recognized in Javanese Traditional architecture science. The condition of omah dudur in the modern era is faced with modernization, its development is stagnant and endangered. This research is part of the exploration of knowledge of omah dudur to become science of architecture. The methods used are naturalistic (Lincoln and Guba, 1985) and Qualitative Inductive Methods of Phenomenology. This research produces the concept of omah dudur as omah ratu kawula, that is omah dudur as omah for queen and kawula and as life artifact. Omah dudur alive because of the soul / spirit that lives in omah dudur. The Life Omah dudur is omah dudur which has dignified and influential to good or bad life of the inhabitants.Keywords: Urut Sewu region, dudur house, joglo, wahyu , living queen-kawula houseAbstrak: Omah dudur merupakan bentuk rumah khas masyarakat pedesaan di wilayah Urut Sewu, kecamatan Grabag, kabupaten Purworejo. Omah dudur berasal dari kerajaan Mataram Yogyakarta sebagai rumah ratu, berbentuk joglo dan berfungsi utama sebagai pendapa. Di wilayah Urut Sewu, bentuk joglo omah dudur ditiru dan diganti nama menjadi dudur, berubah menjadi hunian rakyat pedesaan khas berfungsi sebagai pendapa dan rumah keluarga (ruang tidur, ruang keluarga), namun tetap berpredikat sebagai rumah ratu. Warga Urut Sewu percaya ada wahyu (nyawa/sukma) yang tinggal (menetap) di dalam omah dudur dan menjadikannya hidup. Omah dudur di wilayah Urut Sewu adalah warisan arsitektur tradisional Jawa, namun masih tersembunyi dan belum tercatat dan diakui dalam ilmu pengetahuan arsitektur Tradisional Jawa. Kondisi omah dudur dalam era modern berhadapan dengan modernisasi, perkembangannya stagnan dan terancam punah. Penelitian ini bagian dari eksplorasi mengungkap pengetahuan omah dudur agar menjadi ilmu pengetahuan arsitektur. Metode yang digunakan adalah naturalistik (Lincoln dan Guba, 1985) dan metode Induktif Kualitatif Fenomenolgi . Penelitian ini menghasilkan konsep omah dudur sebagai omah ratu kawula yang hidup, yaitu omah dudur sebagai omah bagi ratu dan kawula dan artefak hidup. Omah dudur hidup karena sukma/nyawa yang hidup dan manggon dalam diri omah dudur. Omah dudur hidup adalah omah dudur yang berwibawa dan berpengaruh terhadap baik buruk kehidupan penghuni.Kata Kunci: Wilayah Urut Sewu, omah dudur, joglo, wahyu , omah ratu-kawula yang hidup.
EVALUASI HALTE BUS TRANSJOGJA DENGAN TINJAUAN ASPEK ERGONOMI Toghas, Lidya M. Juliana
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 1 (2015): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.55 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i1.1104

Abstract

Abstract: Trans Jogja Shelter and Trans Jogja bus is a public facility to be provided by theProvincial Government Area of Yogyakarta to improve the public service especially in the sector of transportation land in the urban DIY to the various circles of society easy in choosing the purpose of the trip. The needs of the public in using the Trans Jogja bus as the means of transportation the city is very high. Based on observations, the Trans Jogja shelter and Trans Jogja bus always fi eld by a passenger with a wide variety of the size of the body and items brought. If at the time crowded, with the size of the shelter a little to make the user the shelter can’t move it much and it may lead to thinkit isn’t safe for the user the shelter and the bus, including passengers special needs like the difabel, elderly and pregnant women). This research aims to assess the problems found in the Public Facilities and the Trans Jogja shelter. This is done by evaluating, identifying and analyzing the existing condition in the space of public facilities. Then the repair is done by taking into account the accessibility and size of the user anthropometry. Repair is expected to be able to represent the design of a bus stop that can accomodate all circles and all interests and provide comfort to the user space. The method used in this research is observation, to scan directly at the Trans Jogja Shelter and bus Trans Jogja to see the way things are now with the use of media photos, map and diagram. Experiencing directly the atmosphere of the space to be a passanger on a bus in the area. Doing an interview with the user space and the method of analysis content that is both deskriptif.Keywords: layout shelter, passengers with special needs, accessibility, anthropometry,evaluationAbstrak: Halte Trans Jogja dan bus Trans Jogja adalah fasilitas umum yang disediakan olehPemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada sektor transportasi darat di kawasan perkotaan DIY untuk berbagai kalangan masyarakat agar masyarakat mudah dalam memilih tujuan perjalanan. Kebutuhan masyarakat dalam memanfaatkan bus Trans Jogja sebagai sarana transportasi kota sangat tinggi. Berdasarkan pengamatan, Halte Trans Jogja dan bus trans Jogja selalu dipenuhi oleh penumpang dengan berbagai macam ukuran tubuh dan barang yang dibawa. Apabila pada saat ramai, dengan ukuran ruang halte yang kecil membuat pengguna halte tidak dapat bergerak secara leluasa dan dapat mengakibatkan rasa tidak aman bagi pengguna halte dan bus, termasuk penumpang yang berkebutuhan khusus seperti kaum difabel (penyandang cacat, lanjut usia, dan perempuan hamil). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji permasalahan yang ditemukan pada Fasilitas Umum Halte dan bus Trans Jogja. Hal tersebut dilakukan dengan mengevaluasi, mengidentifikasi dan menganalisis kondisi eksisting pada ruang fasilitas umum tersebut. Lalu dilakukan perbaikan yaitu dengan memperhatikan aksesibilitas dan ukuran anthropometri pengguna. Perbaikan ini diharapkan dapat menghadirkan desain halte yang dapat mengakomodasi semua kalangan dan kepentingan dan memberikan kenyamanan kepada pengguna ruang. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah observasi, melakukan pengamatan langsung di halte Trans Jogja dan bus Trans Jogja untuk melihat keadaan sekarang dengan menggunakan media foto, peta dan sketsa. Mengalami langsung suasana ruang dengan menjadi penumpang pada bus tersebut. Melakukan wawancara dengan pengguna ruang dan metode analisis isi yang bersifat deskriptif.Kata kunci: tata ruang halte, penumpang berkebutuhan khusus, aksesibilitas, anthropometri, evaluasi
OPTIMASI LAHAN TERLANTAR MENJADI RUANG PUBLIK DI KAMPUNG KOTA; Studi Kasus: Lahan Terlantar Kampung Badran RW. 09, Yogyakarta Wirasmoyo, Wiliarto
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 5 (2017): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1736.92 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i5.1295

Abstract

Abstract: The urban kampong is a phenomenon created by the uncontrolled growth of the city and the inappropriate use of land. The city of Yogyakarta is known as a city of culture and tourism, inhabited by communities living around the city center. The area around downtown Yogyakarta has a high population density, so that almost all roads and rivers are filled with settlements (kampong), leaving a small portion for urban open spaces. Kampung Badran is a kampong-kota located in the center of economic activity of Yogyakarta city. Uncontrolled land use in the kampong Badran produces displaced space among the houses. The effort to transform displaced space into public spaces is an alternative to creating public spaces for citizens. The purpose of the research is the direction of optimization of multifunctional public space design that is suitable with the needs of Badran villagers. The results of the design optimization of displaced space were positive, that is, the public space became active, increased in quality and beneficial to the citizens because it suited their needs.Keywords: urban kampong, displaced space, public space, optimization.Abstrak: Kampung kota merupakan fenomena yang tercipta akibat dari pertumbuhan kota yang tidak terkendali dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai peruntukan. Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan pariwisata, dihuni komunitas masyarakat yang tinggal di sekitar pusat kota. Kawasan sekitar pusat kota Yogyakarta memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga hampir semua tepian jalan dan sungai terisi permukiman (kampung), dan menyisakan sebagian kecil untuk ruang terbuka kota. Kampung Badran merupakan kampung-kota terletak di pusat kegiatan ekonomi kota Yogyakarta. Penggunaan lahan yang tidak terkendali di kampung Badran menghasilkan lahan-lahan terlantar di antara rumah-rumah warga. Upaya mengubah lahan terlantar menjadi ruang publik merupakan alternatif menciptakan ruang publik bagi warga. Tujuan penelitian adalah arahan optimasi desain ruang publik multifungsi yang sesuai dengan kebutuhan warga kampung Badran. Hasil optimasi desain lahan terlantar ternyata positif, yaitu ruang publik menjadi aktif, meningkat kualitasnya dan bermanfaat bagi warga karena cocok dengan kebutuhan mereka.Kata kunci: kampung kota, lahan terlantar, ruang publik, optimasi
IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR PEMBENTUK KARAKTER ARSITEKTURAL BANGUNAN GEREJA KRISTEN JAWA KLASIS YOGYAKARTA UTARA Kaunang, Alvita Melina Surtania
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 2 (2012): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (755.56 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i2.1043

Abstract

Abstract: In Indonesia there are several church fellowships. Design of their buildings is influenced by the location, ideology, or ordinances of worship. Synod Javanese Christian Church was first established by local residents since the Dutch colonial period. The synod is divided into 32 clusters based on the distribution area of Java. Each of these clusters is called “Klasis”, The purpose of this research was to explore elements which are significant to the architectural character of Java Christian Church referring to the implementation of Christian symbols and characteristics of traditional architecture of Javanese on building elements of Java Christian Church in “Klasis Yogyakarta Utara”. Research method includes data collection method, data processing method, and the method of making conclusions. The method of data collection consists of literature study, survey— that includes observation, documentation of the building physical data in the form of sketches of floor plan and building facade, including photographs—, and distributing questionnaires. Methods of processing and analyzing data in the form of questionnaire conducted by tabulating data and calculating the percentage of the dominant variable elements of the building which are considered using Christian symbols and characteristics of traditional Javanese architecture. Meanwhile, sketches of the floor plan and building facade, analyzed by the Ordering Principles stated by Ching (2007). The result indicates that Javanese Christian Church building implements the Christian symbols more significantly rather than characteristics of traditional Javanese architecture. Dominant variables which are applying the Christian symbols are ornaments, windows, and furniture.Keywords: Java Christian Church, architectural character, Christian symbol, traditional architecture of JavaneseAbstrak: Di Indonesia terdapat beberapa persekutuan gereja yang rancangan bangunan gerejanya dipengaruhi oleh faktor lokasi, ideologi, atau tata cara ibadah. Sinode Gereja Kristen Jawa didirikan pertama kali oleh penduduk lokal sejak masa kolonial Belanda. Sinode tersebut terdiri dari 32 Klasis yang terbagi menurut persebaran wilayah di Pulau Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelusuri unsur-unsur pembentuk karakter arsitektural bangunan Gereja Kristen Jawa dengan mengacu pada penerapan simbol Kristiani dan ciri khas arsitektur tradisional Jawa pada unsur-unsur bangunan Gereja Kristen Jawa Klasis Yogyakarta Utara. Metode penelitian yang digunakan, meliputi metode pengumpulan data, pengolahan data, serta penarikan kesimpulan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur, survei, yang meliputi pengamatan, pendokumentasian data fisik bangunan berupa gambar denah, tampak serta foto, dan menyebarkan kuesioner. Metode pengolahan dan analisis data yang berbentuk kuesioner dilakukan dengan cara tabulasi data dan menghitung persentase variabel yang dominan dari unsur-unsur bangunan yang dianggap menerapkan simbol Kristiani dan ciri khas arsitektur tradisional Jawa, sedangkan untuk data yang berbentuk sketsa, yaitu denah dan tampak, dianalisis dengan prinsip penataan Ching (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bangunan Gereja Kristen Jawa secara signifikan lebih menerapkan simbol Kristiani dibandingkan dengan menerapkan ciri khas arsitektur tradisional Jawa. Variabel yang dominan menerapkan simbol Kristiani adalah ornamen/ragam hias, jendela, dan perabotan.Kata kunci: Gereja Kristen Jawa, karakter arsitektural, simbol Kristiani, arsitektural tradisional Jawa
PERSEPSI PEMANFAATAN LAHAN FASILITAS UMUM DAN LAHAN TERBUKA SEBAGAI RUANG INTERAKSI ANTAR WARGA KOMPLEK PERUMAHAN KASUS STUDI : KOMPLEK PERUMAHAN PURI TIMOHO ASRI 2 DI YOGYAKARTA Herbudy Putra, Alexander Dhea
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 6 (2014): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.682 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i6.1097

Abstract

Abstract: People’s perception in developing residental housing area could be different between one another. Their perception determine how life is going to be. This is a form of people’s response that driving people to make perception. This study aims to identify people’s perceptions about public spaces and unbuilt land as interaction space, created by residents. The method used is the observation of people’s behavior in utilizing open spaces and undeveloped land in Puri Timoho Asri 2 residential, in Yogyakarta. Interview was conducted  in order to gain an understanding of people’s perceptions of open spaces and undeveloped land. The analysis used theory of people’s perception of open public spaces and undeveloped land. The analysis used theory of perception processes. The results showed that perception of the interaction space was developed by people to improve social interaction activities.Keywords: interaction space, process of perception, residential open spaceAbstrak: Persepsi warga masyarakat dalam mengembangkan komplek perumahannya bisa berbeda antar perumahan yang satu dengan yang lainnya. Persepsi warga menentukan bagaimana kehidupan dalam perumahan tersebut nantinya. Hal ini merupakan bentuk tanggapan warga terhadap faktor-faktor pendorong warga untuk berpresepsi.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi mengenai pemanfaatan lahan fasum dan lahan yang belum terbangun sebagai ruang interaksi dalam komplek perumahan yang dilakukan secara swadaya oleh warga. Metode yang digunakan adalah obeservasi perilaku warga perumahan dalam memanfaatkan lahan terbuka fasilitas umum (fasum) dan lahan yang belum terbangun sebagai ruang interaksi warga di komplek Puri Timoho Asri 2, Yogyakarta,  dan wawancara dengan penghuni agar memperoleh pemahaman persepsi warga. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori dari proses persepsi. Hasil yang diperoleh adalah mengetahui persepsi terhadap ruang interaksi yang di kembangkan oleh warga guna meningkatan kegiatan interaksi sosial.Kata Kunci : ruang interaksi, proses persepsi, lahan fasum perumahan
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR VERNAKULAR ATONI; KASUS STUDI: KAWASAN ISTANA KERAJAAN AMARASI DI TEUNBAUN, KABUPATEN KUPANG El Boru, Jeky
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.857 KB) | DOI: 10.24002/jars.v10i3.1115

Abstract

Abstract: This research concerns about the development of vernacular Atonian architecture in an architecture and urban context. The samples were taken from some villages that are still applying Atonian architecture and still have been changed until now. The method used in data collecting are observation, interview, and from the literature sources. The analytical method used is qualitative description which is concern about any sources of research in vernacular Atonian culture. It is compared to the current condition of Atonian culture by using the categorization of cultural forms which were mentioned by Koentjaraningrat. This research aims is to find out the changes of architecture and urban context in the development of vernacular Atonian architecture, The result of this research is the changes on cultural forms which can be seen in three manifestation, that are the changes in idea (cultural system), activities, and artifacts as physical things in building and urban planning context.Keywords: development, architecture and urban, vernacular Atonian architectureAbstrak: Tulisan ini membahas mengenai perkembangan arsitektur vernakular Atoni dilihat dari sisi arsitektur dan kawasan. Kasus studi penelitian ini menekankan pada kawasan kampung yang masih mengunakan arsitektur Atoni dan juga yang telah mengalami perubahan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan melihat berbagai sumber pustaka, sedangkan metode analisis yang diterapkan, yakni deskripsi kualitatif dengan melihat berbagai sumber penelitian kebudayaan vernakular Atoni yang kemudian dibandingkan dengan perubahan yang terjadi pada kebudayaan Atoni saat ini dengan mengacu pada kategorisasi wujud kebudayaan yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan arsitektur dan kawasan dalam perkembangan arsitektur vernakular Atoni, dan hasil dari penelitian ini adalah perubahan kebudayaan dilihat dari tiga wujud yakni perubahan  pada tata cara, aktivitas, dan benda-benda berupa bangunan dan tata kawasan.Kata kunci: perkembangan, arsitektur dan kawasan, arsitektur vernakular Atoni
KAITAN MATERIAL DAN KUALITAS AKUSTIK PADA RUANG AUDIO VISUAL UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG (ECOTECT ANALYSIS) Mulia, Triedy; Amin, Abd. Rachmad Zahrial
Jurnal Arsitektur Komposisi Vol 11, No 3 (2016): Jurnal Arsitektur KOMPOSISI
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1510.423 KB) | DOI: 10.24002/jars.v11i3.1186

Abstract

Abstract: An audio-visual room is a room specifically designed to enable users to have enjoyable listening and watching video activities. This study was conducted to find out correlation between acoustics quality and acoustics materials in audio-visual room of Musi Charitas University. The methods of this research were descriptive method using ecotect simulation. The simulation revealed that: (1) The replacement of ceiling materials improve the quality of sound quality since it’s reverberation time approximately 47.9 ms.; (2) The replacement of ceiling materials caused the reverberation time (RT) becomes eligible, with the tolerance of about 10% of the standard 50 ms. Thus, it was not necessary to change the wall layers on the right and the left sides because the RT of the audio-visual room matched the speech RT (0.5-1.0s). Before the ceiling materials were replaced, the RT in the 250 Hz frequency was 0.41s. That is why it is important to decide to use the right absorption coefficient so that the reverberation time in the audio-visual room would be equal or within the range of 0.5-1.0s.Keywords: room acoustics quality, acoustics materials, Ecotect analysisAbstrak: Ruang audio-visual merupakan ruang yang dirancang dengan kualitas akustik yang baik yaitu mampu memaksimalkan efek perangkat audio-video sehingga mendukung kenikmatan pemakai dalam mendengarkan dan menonton pertunjukan audio-visual. Penelitian ini bertujuan mengetahui keterkaitan kualitas akustik dengan material akustik pada ruang audio visual di Universitas Musi Charitas. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif dan simulasi ecotect. Hasil simulasi menunjukkan bahwa (1) Penggantian material plafond meningkatkan kualitas akustik karena garis suara mencapai pendengar di tengah ruangan akibat mengalami pantulan plafond dan dasar sekitar 47,9 ms; (2) Setelah dilakukan penggantian bahan pada plafond, waktu dengung menjadi memenuhi syarat karena adanya toleransi sekitar 10% dari standar 50 ms. Akibatnya, perubahan lapisan dinding samping (kiri dan kanan) tidak diperlukan, walaupun garis suara mengalami sedikit pemantulan pada dinding samping, (3) Waktu dengung ruang Audio-Visual mencapai waktu dengung sesuai dengan kriteria waktu dengung speech (sekitar 0,5 – 1,0 sekon). Sebelum penggantian material plafond, RT pada frekuensi 250 Hz adalah 0,41s dan setelah perubahan mencapai 0,50 s. Penentuan koefisien absorpsi yang tepat, dilakukan agar waktu dengung pada ruang Audio-Visual berada antara 0,5–1,0 s.Kata Kunci: kualitas akustik ruang, material akustik, Ecotect Analysis

Page 3 of 13 | Total Record : 124