cover
Contact Name
Siti Ikramatoun
Contact Email
siti.ikramatoun@unsyiah.ac.id
Phone
+626517555267
Journal Mail Official
sosiologiusk@gmail.com
Editorial Address
Gedung Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala, Jln. Tgk Tanoh Abee, Darussalam Banda Aceh, Aceh 23111
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi)
ISSN : 22525254     EISSN : 26548143     DOI : https://doi.org/10.24815/jsu
Jurnal Sosiologi USK (JSU) mengundang para Dosen, Praktisi dan Peneliti untuk mempublikasikan naskahnya pada JSU yang terbit setiap bulan Juni dan Desember setiap tahunnya.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 117 Documents
Konsumsi Simbolis dalam Pemilikan Rumah oleh Kelas Menengah (Studi Kasus Penghuni Greenland Forest Park Residence Depok) Tyka Rahman
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 11, No 2 (2017): Pembangunan Masyarakat Desa dan Kota
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.662 KB)

Abstract

Kostribusi Glidik Terhadapa Ekonomi Keluarga: Dari Pemenuhan Materi Hingga Konsep Saving (Studi Kasus Pada Masyarakat Pedukuhan Sompok, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) Suci Fajarni
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 9, No 1 (2016): Politik dan Perubahan Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.106 KB)

Abstract

Fenomena menjamurnya sektor informal di perkotaan merupakan salah satu dampak yang tidak direncanakan dari kebijakan pembangunan ekonomi politik Orde Baru, di mana hal tersebut ikut mentransformasikan masyarakat desa dengan bekerja di kota pada pagi hari dan kembali ke desa pada sore hari. Secara lokal istilah tersebut dikenal sebagai Glidik. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memahami dinamika glidik dan kontribusinya terhadap perbaikan ekonomi keluarga di Pedukuhan Sompok, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari sebelah Selatan Kota Yogyakarta. Metode studi kasus (case study) digunakan untuk mencapai tujuan penelitian  dengan  khalayak  sasaran  warga  pelaku  glidik  di  luar  desa  yang berasal dari Pedukuhan Sompok. Teknik pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa   kecenderungan untuk bekerja di sektor non pertanian diperkotaan mulai berkembang di masyarakat dengan  di  dukung  oleh  tersedianya  sarana  transportasi  yang  memudahkan masyarakat untuk beralih mencari kerja di sektor informal. Glidik bagi masyarakat Sompok tidak hanya membantu mengurangi beban perekonomian dan masalah sosial (pengangguran terbuka dan kemiskinan) di masyarakat, namun  glidik  juga  berkontribusi  penuh  untuk  memenuhi  keperluan  rumah tangga   jangka   panjang   masyarakat   di   Pedukuhan   Sompok,   baik   untuk kebutuhan primer seperti konsumsi, maupun untuk pemenuhan kebutuhan- kebutuhan yang bersifat sekunder. Hal ini terbukti dari hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa penghasilan dari bekerja sebagai glidik pada keluarga di Pedukuhan Sompok tidak lagi digunakan untuk sekedar pemenuhan materi semata, namun juga memenuhi konsep penyimpanan (saving). Kata Kunci: Glidik, Ekonomi Masyarakat Desa, Konsep Saving
Model Karakter Nasionalisme Keindonesiaan Mantan Pemuda Separatis Di Aceh Utara Arif Rahman; F Fakhrurrazi
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 10, No 2 (2016): Pengetahuan dan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.192 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan memperoleh suatu pemahaman yang utuh tentang mengapa nasionalisme keindonesiaan dikalangan mantan pemuda seperatis di Aceh Utara yang pada era konflik sangat resisten terhadap Indonesia namun setelah perdamaian tercipta berubah menjadi nasionalistik. Dimensi sosial apa saja yang mendorong terjadinya perubahan sikap mantan pemuda seperatis Aceh Utara terhadap nasionalisme keindonesiaan menjadi fokus  khusus  dari  penelitian  ini.  Studi  ini  menggunakan  pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Sementara untuk memperoleh data sebagai basis analisis dalam memperoleh temuan-temuan dilakukan melalui observasi partisipan, wawancara mendalam (indepth interview) dan Focus Group Discussion (FGD).Setelah proses penelitian dilakukan, studi ini menemukan bahwa nasionalisme keindonesiaan pemuda Aceh Utara terhadap Indonesia pada dasarnya cukup baik. Pada tahun 1945 mereka secara heroik bersama Teungku Muhammad Daud Beureueh dan Hasan Di Tiro bahu membahu melakukan Indonesianisasi Aceh. berhadapan dengan situasi sosial dan pembangunan yang tertinggal dan porak-poranda pasca perang dengan Belanda dan Jepang, maka pandangan visioner Presiden Soekarno yang berikrar akan membawa Indonesia dalam kedudukan sebagai bangsa besar yang sejahtera dan berperadaban tinggi didunia menjadi alasan subtantif dibalik tumbuh suburnya nasionalisme pemuda dan masyarakat umumnya di Aceh Utara.Namun, berbilang waktu dalam perjalanan menjadi Indonesia, masyarakat Aceh Utara mengalami dan merasakan keadaan yang bertolak belakang dengan apa yang dikatakan oleh Presiden Soekarno doeloe. Eksploitasi besar-besaran “perut bumi” Aceh Utara yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru sejak 1976 bukannya merubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik, yang terjadi justeru melebarnya segregasi sosial akibat massifnya penduduk miskin disatu sisi dan minoritasnya yang dapat memperoleh  keuntungan  dari  eksploitas  migas  di  tanah  mereka.  Pada dimensi  lain  perlakukan  sosial-politik  yang  menafikan  nilai-nilai  kearifan lokal dirasakan telah mencabut identitas orang Aceh Utara. Realitas inilah yang kemudian melahirkan resistensi terhadap nasionalisme Indonesia. Sehingga dalam konflik pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mereka bergabung kedalam kelompok perjuangan ini. Namun, seiring dengan tumbuhnya rasa nyaman, meningkatnya kesejahteraan dan penghargaan terhadap identitas kearifan lokal masyarakat Aceh Utara yang dilakukan melalui kebijakan-kebijakan korektif masa lalu oleh pemerintah Indonesia di era pasca damai, rasa kecintaan (nasionalisme) pemuda Aceh Utara terhadap Indonesia mulai tumbuh kembaliKata Kunci: Karakter Nasionalisme, Mantan Pemuda Seperatis, Aceh Utara
Pergeseran Pola Pemberian Nama Anak pada Generasi Millenial dan Post-Millenial Indra Setia Bakti; Emir Hamdi; M. Nur
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.826 KB)

Abstract

 For the Acehnese, "self-name" refers to the self-image of the Acehnese as Muslims. Then the naming of Acehnese is generally inspired by islamic word, or Arabic word. This study tried to describe the change of naming a baby in Acehnese, especially in network society era, where Generation X as the main actor, while Millennial (Generation Y) and Post-Millennial Generation as the object. The research conducted at Faculty of Social and Political Science University of Malikussaleh through documentary studies and unstructured interviews. The results of this study showed that the change of naming a baby in Acehnese occurred through a fairly long process, across time and generation, within the circle of externalization, objectification, and internalization, that ultimately forced a generation to follow the current naming trend. Keywords : Reconstruction, Generation, Knowledge, AcehAbstrakBagi masyarakat Aceh, “nama diri” tidak dapat dilepaskan dari citra diri orang Aceh sebagai pemeluk agama Islam. Maka pemberian nama anak pada masyarakat Aceh pada umumnya terinspirasi dari Al-Qur’an, bahasa Arab, atau nama diri orang Arab. Penelitian ini mencoba menunjukkan adanya pergeseran dalam pola pemberian nama anak pada masyarakat Aceh, terutama pada era masyarakat jaringan dimana generasi X sebagai aktor utamanya serta generasi Millenial (Gen-Y) dan Post-Millenial sebagai objeknya. Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh melalui studi dokumentasi dan wawancara tidak terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergeseran pola pemberian nama anak pada masyarakat Aceh terjadi melalui proses yang cukup panjang, lintas waktu dan lintas generasi, yang pada akhirnya “memaksa” suatu generasi untuk mengikuti trend penamaan anak masa kini.Kata Kunci : Rekonstruksi, Generasi, Pengetahuan, Aceh
Inovasi Pendidikan pada Kaum Marginal Fathayatul Husna
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.07 KB)

Abstract

AbstractChildren should not given loads for seeking more income as beggar, singing beggar and scavenger, especially children who under age. This happened in residence of Gajah Wong river that parents mayority work as scavenger and singing beggar. Uniqely, based on Tim Advokasi Arus Bawah (TAABAH) sympaty together with Ledhok Timoho community developed education innovation for children who stayed in marginal area especially residence of Gajah Wong river which is named as Gajah Wong School. This research used qualitative method and to collect data researcher used interview way, documentation, and literature study. Researcher used diffusion and innovation theory to analysis data. The purpose of this research as an example that quality of education not always spending high price till education looks not balance. Whereas, children who stayed in residence of Gajah Wong river also need good quality of education. The result of this research is Gajah Wong School as one of examplesfor spreading creative and innovative education as sympaty action to children who stayed in marginal arean and balancing educationKeywords: Gajah Wong School, marginal education, diffusion, innovation AbstrakTidak seharusnya anak-anak diberikan beban untuk mencari nafkah di jalanan sebagai pemulung, pengemis dan pengamen, terlebih anak yang masih di bawah umur. Hal ini terjadi di pemukiman warga bantaran Sungai Gajah Wong yang mayoritas para orang tua bekerja sebagai pemulung dan pengamen jalanan. Uniknya, atas dasar kepedulian Tim Advokasi Arus Bawah (TAABAH) bekerjasama dengan komunitas Ledhok Timoho berdirilah inovasi pendidikan yang diperuntukkan untuk penduduk kawasan marginal bertempat di pemukiman warga bantaran Sungai Gajah Wong yang diberi nama Sekolah Gajah Wong. dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dan mengumpulkan data lewat wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Peneliti menggunakan teori difusi inovasi untuk menganalisa data yang telah peneliti peroleh. Tujuan dari penelitian ini sebagai bentuk contoh bahwa tidak selamanya pendidikan harus diimbangin dengan biaya yang tinggi, sehingga pendidikan terkesan tidak merata. Padahal anak-anak di kawasan marginal sangat penting untuk menerima asupan pendidikan yang baik. Hasil dari penelitian ini adalah Sekolah Gajah Wong sebagai salah satu contoh bahwa untuk menyampaikan pendidikan perlu adanya bentuk inovasi dan kreatifitas sebagai wujud peduli pada anak-anak di kawasan marginal dan pemerataan pendidikan.Kata kunci: Sekolah Gajah Wong, pendidikan marginal, difusi, inovasi
Agama di Ruang Publik: Kajian Kritis terhadap Pemikiran Furshet, Casanova, dan Sherkat Hanifa Maulidia
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.4 KB)

Abstract

AbstractReligion has always been an interesting talk of sociologists, both in public and private spaces. This paper discusses the study of religion in the public space are written by Furshet, et al., Casanova, and Sherkat. First, Furseth et al. which explains religion in the five forms of discussion, namely the legal religion in a country, civil religion, religious nationalism, public religion and religious legitimacy, and political power that all take place in the political arena. Secondly, Casanova invites us to be more critical and able to distinguish three meanings of secularization with different connotations, namely secularization as a process of declining beliefs and religious practices in modern society, secularization as a form of privatization of religion, and secularisation as a distinction between the secular space of the state, and knowledge. Third, Sherkat describes religious socialization as an interactive process in which social agents can influence an individual's religious beliefs and religious understanding. These three writings look at religion in the public sphere from a different point of view, which makes us more critical in seeing and understanding a religion.Keywords: Religion, Secular, Public SpaceAbstrakAgama selalu menjadi pembicaraan menarik para sosiolog, baik di ruang publik maupun privat. Tulisan ini membahas tentang kajian agama di ruang publik yang dikemukakan oleh Furshet, dkk., Casanova, dan Sherkat. Pertama, Furseth dkk. yang menjelaskan agama dalam lima bentuk bahasan, yaitu agama legal dalam sebuah negara, civil religion, religious nationalism, agama publik dan legitimasi agama, dan political power yang semuanya berlangsung dalam arena politik. Kedua, Casanova yang mengajak kita untuk lebih kritis dan mampu membedakan tiga makna sekulerisasi dengan konotasi yang berbeda, yaitu sekulerisasi sebagai proses kemunduran keyakinan dan praktek agama dalam masyarakat modern, sekulerisasi sebagai bentuk privatisasi agama, dan sekulerisasi sebagai pembedaan antara ruang sekuler yaitu negara, ekonomi, dan pengetahuan. Ketiga, Sherkat menjelaskan tentang sosialisasi agama yaitu proses interaktif di mana para agen sosial dapat mempengaruhi keyakinan beragama seorang individu dan pemahaman agamanya. Ketiga tulisan tersebut melihat agama di ruang publik dari sudut pandang yang berbeda, yang membuat kita lebih kritis dalam melihat dan memandang sebuah agama.Kata Kunci: Agama, Sekuler, Ruang Publik
Paradigma Postmodernisme; Solusi untuk Kehidupan Sosial? Iromi Ilham
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.632 KB)

Abstract

AbstractMost social scientists see that the presence of postmodernism is as anti-modernism, but according to the author there is no clear boundary between the "modern world" and "postmodern world". In this paper, I try to examine important aspects related to the postmodern paradigm in the context and its development as a paradigm. I also analyzed whether the presence of postmodern thought could be the answer to the social crisis that had been accused of modernism as the cause. In completing this article, I conducted a literature study and descriptive analysis related to this topic.Keywords: Modernism, Post-Modernism, Paradigm, Social CrisisAbstrakKebanyakan para ahli ilmu sosial melihat bahwa kehadiran pemikiran postmodernisme adalah sebagai anti dari modernisme, namun menurut penulis belum ada batasan yang jelas antara “dunia modern” dan “dunia postmodern”. Dalam paper ini, saya berusaha mengkaji aspek-aspek penting yang berkaitan dengan paradigma postmodernisme dalam konteks dan perkembangannya sebagai sebuah paradigma. Saya juga menganalisis apakah kehadiran pemikiran postmodernisme ini bisa menjadi jawaban atas krisis sosial yang selama ini dituduhkan kepada kaum modernism sebagai penyebabnya. Dalam menyelesaikan tulisan ini, saya melakukan studi kepustakaan dan analisis deskriptif yang berkaitan dengan topik ini.Kata Kunci: Modernisme, Postmodernisme, Paradigma, Krisis Sosial
Dari Pohon Hidup Ke Kayu Mati: Perubahan Pencarian Keselamatan Orang Dayak dalam Kehidupan Desa di Kalimantan Barat Ade Ikhsan Kamil
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.247 KB)

Abstract

AbstractThe study attempted to show why rituals in Nek Lhan's community life were slowly getting lost. The presence of a new religion which is considered paradoxical in faith to Duwata I see as an act of domination by an agency that acts as an intellectual actor. The same thing with new commodities in the economic system Nek Lhan farmers is considered to be contrary to the old economy, namely Ladang and rubber. By using the ethnographic method, I want to show the negotiations made in resolving the contradictions that exist in the religious and economic life of the Nek Lhan community. I concluded that one of the negotiations carried out with the new moral economic was because of the change in the search for safety from the Tree of Life into the form of dead wood, the cross.Keywords: Faith, Agency, Nek Lhan, EconomicAbstrakStudi ini berusaha untuk memperlihatkan mengapa ritual dalam kehidupan masyarakat di Nek Lhan perlahan mulai hilang. Kehadiran agama baru yang dianggap paradoks dengan kepercayaan terhadap Duwata saya lihat sebagai tindakan dominasi oleh agensi yang berperan sebagai aktor intelektual. Hal yang sama dengan komoditas baru dalam sistem ekonomi petani Nek Lhan dianggap bertentangan dengan ekonomi lama yaitu ladang dan karet. Dengan menggunakan metode etnografi saya ingin menunjukkan negosiasi yang dilakukan untuk menyelesaikan pertentangan yang ada dalam kehidupan keagamaan dan ekonomi masyarakat Nek Lhan. Saya berkesimpulan bahwa salah satu negosiasi yang dilakukan dengan aproriasi moral ekonomi baru karena perubahan pencarian keselamatan dari Pohon hidup (tree of life) ke dalam wujud kayu ‘mati’ yaitu salib.Kata Kunci: Kepercayaan, Agensi, Nek Lhan, Ekonomi
Konstelasi Politik Aceh Pasca MoU Helsinki (2006-2015) Siti Ikramatoun; Khairul Amin
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 1 (2018): Konstruksi dan Evolusi Sosial
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.533 KB)

Abstract

The tsunami disaster in December 2004 was the momentum of Aceh peace which resulted in the Helsinki MoU on August 15, 2005. After that, the political constellation and contestation in Aceh were not dominated by national parties but was influenced by the local dimension, namely the local party and former members of the movement who are involved in practical politics. Political stages as a new means of struggle to realize the ideals of post-peace produce satisfying results, former combatants and local parties succeed in winning Aceh political contestation. its means that the people of Aceh have high expectations to local parties to build Aceh. Thus, the decline of the national party since the 2009 election shows that public trust for the national party is very low. The victory of local parties in political contestation in Aceh would certainly be a signal for national parties to make changes to accommodate local interests and movement's actors in a composition of the party in Aceh.Keywords: Political Constellation, Local Party, Aceh
Identifikasi Permasalahan Anak dalam Rangka Pemenuhan Hak Kesehatan dan Kesejahteraan Anak Ika Pasca; Heni Nopianti; Diyas Widiyarti
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 12, No 2 (2018)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.844 KB)

Abstract

 This study aims to identify the problems of children healthy areas in the context of the fulfillment of child rights related to the implementation of State program Eligible Children in Gading Cempaka subdistrict, Bengkulu City. The two areas that focused on this research are the Cempaka Permai Village and the Lingkar Barat Village. The results of the study showed that problems were found which involved the fulfillment of facilities such as the ASI corner area. Then the discussion about sexuality is still taboo to discuss so that sexual reproductive health education is still not widely taught at the family level. No smoking areas in the two regions are not yet available as well as the problem of the existence of inadequate environmental sanitation.Keywords: Problem of Children, Rights on child health, Children Friendly City Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan anak dalam rangka pemenuhan hak anak di bidang kesehatan dan kesejahteraan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Identifikasi ini berkaitan dengan adanya implementasi program Kota Layak Anak di Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini menunjukkab bahwa ditemukan persoalan yang menyangkut belum terpenuhinya sarana seperti area pojok ASI.  Kemudian perbincangan mengenai seksualitas masih tabu untuk dibicarakan sehingga pendidikan kesehatan reproduksi seksual masih belum banyak diajarkan di level keluarga. Kawasan bebas rokok di kedua kelurahan tersebut belum tersedia serta persoalan keberadaan sanitasi lingkungan yang belum memadai.Kata Kunci : Permasalahan Anak, Hak Kesehatan pada Anak, Kota Layak Anak

Page 4 of 12 | Total Record : 117