cover
Contact Name
Ahmad Nimatullah Al-Baarri, PhD
Contact Email
redaksi@ift.or.id
Phone
-
Journal Mail Official
redaksi@ift.or.id
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 4 (2016): November 2016" : 9 Documents clear
Total Bakteri Asam Laktat, Kadar Asam Laktat, dan Warna Yogurt Drink dengan Penambahan Ekstrak Bit (Beta Vulgaris L.) Fransisca Pramiarti Pasca; Nurwantoro Nurwantoro; Yoyok Budi Pramono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.554 KB) | DOI: 10.17728/jatp.215

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini adalah mengetahui jumlah total bakteri asam laktat (BAL), kadar asam laktat, dan warna pada yogurt drink dengan adanya penambahan ekstrak bit. Bahan yang digunakan berupa bit dan susu skim. Metode yang dilakukan yaitu pembuatan ekstrak bit; pembuatan starter kerja dengan kepadatan 2,5 x 109 CFU/ml; dan fermentasi yogurt dengan penambahan ekstrak bit diinkubasi selama 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan penambahan esktrak bit berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total BAL, kadar asam laktat, dan warna. Hasil total BAL 2,3x109-1,7x108 CFU/ml; kadar asam laktat 0,97-0,52%; dan terjadi peningkatan warna ungu menjadi semakin pekat. Penambahan ekstrak bit terbaik pada 4%.Kata kunci : yogurt drink, total BAL, kadar asam laktat, warnaAbstractThe purpose of this research was to determine the amount of total LAB, lactic acid levels, and color of the yogurt drink with the addition of beet extract. Materials used in the form of beet and skim milk. Methods undertaken, the manufacture of beet extract; the manufacture  of work starter on 2.5 x 109 CFU/ml; and  addition of yogurt fermented beet extracts are incubated for 6 hours. The results show the addition of the extract beet  effected in (P < 0.05) against total LAB, lactic acid levels, and color. Result of total  LAB is 2,3x109-1,7x108 CFU/ml; lactic acid levels are 0,97-0,52%; and an additon in the color purple become increasingly concentrated. The addition of the best  extract beet happens on 4%.Keywords: yogurt drink, total of LAB, lactic acid levels, color 
Hardness dan Optical Properties dari Itik Asap dengan Variasi Penggunaan Suhu Oven Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Bhakti Etza Setiani; Risa Fazriyati Siregar; Wulan Sumekar
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.574 KB) | DOI: 10.17728/jatp.219

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hardness dan optical properties pada karkas itik yang diasap dengan menggunakan oven pengasap. Oven pengasap adalah dibuat secara mandiri dan diatur suhunya agar mencapai suhu 120 dan 160 ˚C. Bahan dasar oven ini adalah tempurung kelapa sebanyak 1,5 kg. Sebanyak empat buah karkas itik dibagi menjadi empat bagian dan dilakukan marinasi sebelum dilakukan pengovenan. Lama pengovenan adalah 20 menit untuk masing-masing suhu. Hardness diamati dengan menggunakan texture analyzer dan optical properties berupa nilai L*a*b* diamati dengan menggunakan digital color meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hardness itik yang dioven dengan menggunakan suhu 160˚C lebih tinggi dibandingkan dengan yang dioven pada suhu 120˚C. Suhu 160˚C memberikan perbedaan nilai delta E sebesar 11,225. Kesimpulan dari penelitian ini adalah suhu 160˚C dapat memberikan hardness lebih keras dibandingkan dengan suhu 120˚C dan memberikan efek lebih gelap. Hardness dan optical properties ini perlu disesuaikan dengan daya terima konsumen, sehingga perlu dipelajari lagi lebih lanjut mengenai daya terima konsumen.The aim of this research was to analyze the hardness and optical properties of smoked duck carcass using the smoked oven. Smoked oven was handmade separately and set the temperature at 120°C and 160°C. The basic material for smoked oven was coconut shell (1.5 kg). Four duck carcass was divided into four parts and marination was done prior to 20 minutes of smoking in the oven. Hardness was measured using texture analyzer and optical properties i.e. L * a * b * was measured using digital color meter. The results showed hardness smoked duck carcass at 160°C higher than that of 120°C. The oven process at 160°C exhibited delta E value of 11.225. As conclusion, smoking process at 160°C generated higher hardness and a darker effect than 120°C. Hardness and optical properties need to be adjusted to consumer acceptance to fulfil consumer need.
Pemanfaatan Nanokalsium Tulang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Beras Analog dari Berbagai Macam Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Novia Anggraeni; Yudhomenggolo Sastro Darmanto; Putut Har Riyadi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.886 KB) | DOI: 10.17728/jatp.187

Abstract

Perkembangan konsumsi masyarakat terhadap pangan semakin meningkat. Pengkayaan produk pangan menjadi poros utama yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah penyediaan pangan yang memiliki kandungan gizi tinggi, menyehatkan, dan diterima konsumen. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat yang rendah kalori. Tulang ikan yang melimpah juga memiliki kandungan protein dan kalsium yang tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Saat ini persediaan beras nasional semakin menurun. Beras analog merupakan beras tiruan yang dapat mengatasi permasalahan kebutuhan beras nasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi nanokalsium tulang ikan terhadap kandungan kalsium dan fosfor beras analog ubi jalar. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang ikan Nila (Oreochromis niloticus), ubi jalar (Ipomoea batatas L.) putih, kuning, dan ungu, dengan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan yang dilakukan dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian yaitu uji SEM, PSA, proksimat, kalsium, fosfor, hedonik, dan indeks glikemik Data dianalisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNJ untuk menementukan beda nyata.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan ubi jalar berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap; kadar kalsium, fosfor, dan sensori. Beras analog ubi ungu dengan penambahan nanokalsium 5% memiliki hasil terbaik dari semua parameter, dengan IG (Indeks Glikemik) 19,19 (kategori rendah) dan BG (Beban Glikemik) 7,21 (kategori rendah).AbstractThe development of domestic consumption on food is developing. The food enrichment becomes principal axis to be done to overcome the problem of food supply which has high nutritional ingredients, healthy, and broadly accepted by consumers. Sweet potato is one source of carbohydrates which has low calories. Fish bones contain high protein and calcium for the human consumption. Currently, the national rice supply decreases. Artificial rice is artificial rice that can overcome the problems of the national rice supply. The aim of this study were to determine the effect of fish bone nano calcium concentration into the calcium and phosphorus content of sweet potato analog rice. The material used in this study were tilapia (Oreochromis niloticus) bone, sweet potato (Ipomoea batatas L.) white, yellow, and purple, with completely randomized design with triplication. All samples were analysed for SEM, PSA, proximate calcium, phosphorus, sensory test, and index glycemic. Data were analyzed using ANOVA, followed by HSD test for determining a real difference. The results showed that the various sweet potato significantly affects (P <0.05) into: calcium content, phosphorus content, and sensory test. The purple sweet potato analog rice with the addition of 5% nanocalsium was the best results of all the parameters, with Glycemic Index of 19.19 (low category) and Glycemic Load of 7.21 (low category).
Natrium Metabisulfit sebagai Anti-Browning Agent pada Pencoklatan Enzimatik Rebung Ori (Bambusa Arundinacea) Dyah Hesti Wardhani; Ardha Eri Yuliana; Atiqoh Sabrina Dewi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.624 KB) | DOI: 10.17728/jatp.202

Abstract

Rebung mengandung senyawa fenolik mencapai 0,204 EAG/gr rebung dan aktivitas enzim polifenol oksidase (PPO) mencapai 0,333 Unit, sehingga rawan terhadap reaksi pencoklatan enzimatis pada suhu kamar. Pencoklatan enzimatis disebabkan oleh teraktifkannya enzim PPO dengan bantuan oksigen. Sodium metabisulfit (SMB) sebagai anti-browning agent membentuk ikatan disulfida dengan enzim PPO sehingga menghambat pengikatan dengan oksigen. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi natrium metabisulfit, waktu perendaman, dan pH terhadap derajat putih, total fenol, dan aktivitas enzim PPO pada rebung selama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan rebung ori (Bambusa arundinacea) yang diiris bentuk chip bulat dengan ketebalan 0,5 cm kemudian direndam larutan SMB (0, 1000, 2000 dan 3000 ppm) selama 15, 30, 45, 60 menit dengan variabel pH perendaman (3, 4, 6 dan 8). Respon yang diamati berupa derajat putih, total fenol dan aktivitas enzim PPO pada rebung yang disimpan beberapa hari. Hasil penelitian menunjukan aktivitas enzim PPO semakin kecil sedangkan total fenol dan derajat putih semakin besar, seiring dengan bertambahnya konsentrasi SMB dan waktu perendaman. Konsentrasi SMB terbaik untuk mencegah pencoklatan adalah 3000 ppm dengan perendaman selama 45 menit. Perendaman pada pH 3 mampu menekan aktifitas enzim PPO sehingga bisa didapatkan derajat putih tertinggi meskipun telah disimpan selama 3 hari.Bamboo shoot contained up to 0.204 EAG / gr fresh bamboo shoots and 0.333 units of the enzyme polyphenol oxidase (PPO) activity, making it susceptible for enzymatic browning reaction at room temperature. The browning were due activated of the PPO enzymes with the aid of oxygen. Sodium metabisulphite (SMB) as an anti-browning agent was formed a disulfide bond with the PPO enzyme thus inhibited the binding of the oxygen. The purpose of this research was to study the effect of concentration of SMB, soaking time, and the pH on degree of whiteness, total phenolics and PPO activity of the bamboo shoots during storage. This study used ori bamboo shoots (Bambusa arundinacea) which was sliced round chip shape with a thickness of 0.5 cm and then soaked in a solution of SMB (0, 1000, 2000 and 3000 ppm) for 15, 30, 45, 60 min with varied in pH immersion (3, 4, 6 and 8). Responses were observed in degree of whiteness, total phenolics and PPO activity of bamboo shoots. Increasing SMB concentration and soaking time affected PPO activity negatively but retained the total phenolics and degree of whiteness. Soaking the bamboo shoot using 3000 ppm of SMB for 45 min at pH 3 were able to suppress the PPO activity and maintained the highest degree of whiteness even after stored for 3 days.
Perubahan Konsentrasi Biomassa, Kadar Asam Sianida (HCN), pH dan Tampilan Sensori dari Koro Pedang Selama Proses Fermentasi 4 Hari Felia Wahono; Setya Budi Muhammad Abduh; Nurwantoro Nurwantoro
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.254 KB) | DOI: 10.17728/jatp.194

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan biomassa, kadar asam sianida, pH, tekstur objektif dan tampilan sensori koro pedang yang difermentasi dengan jumlah inokulum yang berbeda selama 4 hari. Koro pedang kering, direndam dalam air selama 2 hari kemudian dikukus selama 30 menit sebelum ditambahkan inokulum berupa ragi tempe yang telah diketahui kepadatan selnya, sebanyak 1%, 2% dan 3% (b/b). Koro kemudian dibungkus dengan plastik yang telah dilubangi sekitar 10% dari luas areanya. Koro lalu diinkubasi selama 4 hari pada suhu 27 °C. Setiap 24 jam, mutu koro pedang diamati. Biomassa ditentukan secara TPC (Total Plate Count), kadar asam sianida ditentukan secara spektrofotometri, dan tampilan sensori dilakukan secara sensori. Selama fermentasi hingga 4 hari, koro pedang dengan inokulum 1%, biomassanya semakin banyak, asam sianidanya semakin rendah, pH-nya semakin rendah, tampilannya semakin kompak dan berwarna putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi inokulum 1% menghasilkan pola fermentasi yang konsisten dan mudah dipahami sesuai teori dengan mutu pada hari ke-4 yang masih dapat diterima. Penurunan kadar asam sianida yang terjadi mengindikasikannya sebagai efek dari dihasilkannya produk metabolit primer. This study was purposed observe the changes in some paramaters i.e. biomass, concentration of cyanide acid (HCN), pH, and sensory characteristic of Canavalia ensiformis during fermentation for four days. An amount of sun-dried Canavalia ensiformis were soaked in water for 2 days and then steamed for 30 minutes prior to addition of inoculum in 1%, 2% and 3% (w/w). Samples then were wrapped in 10%-hollowed transparetnt plastic bags and incubated for 4 days at 27°C. Every 24 hours, the quality of the fermented Canavalia ensiformis were observed. Biomass concentration was determined by mean of TPC (Total Plate Count), cyanide acid was determined by mean of spectrophotometry, whereas the visual appearance was determined by sensory assessment. During fermentation, Canavalia ensiformis with 1% inoculum resulted in a lowering concentration of cyanide, lowering concentration of biomass, lowering in pH, and more compact and white visual appearance. The results indicated that 1% inoculum yielded a consistent pattern in fermentation and easily understood in accordance with some theories. It also resulted in an acceptable final product. The lowering concentration in cyanid indicated that it was influenced by the production of primary metabolites.
Kajian Karakteristik Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit Sebagai Upaya Diversifikasi Bahan Tambahan Pangan yang Halal Mokhamad Khoiron Ferdiansyah; Djagal Wiseso Marseno; Yudi Pranoto
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.449 KB) | DOI: 10.17728/jatp.198

Abstract

Penggunaaan bahan tambahan pangan (BTP) menjadi salah satu kebutuhan dalam industri pengolahan pangan. Bahan penstabil pangan, seperti gelatin merupakan bagian dari BTP yang rawan bersumber dari bahan haram. Oleh karena itu diperlukan alternatif bahan penstabil lain yang bisa dimanfaatkan dalam pengolahan pangan yang bersumber dari bahan halal. Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan bahan tambahan pangan dengan kode E 466 yang mempunyai peranan sebagai penstabil pangan. CMC dapat disintesis dari pelepah kelapa sawit yang mengandung selulosa dengan kadar 89%. Sebelum diaplikasikan dalam pengolahan pangan, perlu dilakukan kajian karakteristik CMC dari sumber pelepah kelapa sawit. Hasil karakterisasi CMC pelepah kelapa sawit telah memenuhi standar untuk diaplikasikan dalam pangan. Hasil karakterisasi tersebut antara lain nilai DS 0,75; kadar air 7,65%; dan nilai pH 6,72. Sedangkan hasil karakterisasi yang lain seperti nilai kemurnian 91,12% dan viskositas 11,65 cps belum memenuhi standar FAO. Data lain menunjukkan CMC pelepah kelapa sawit mempunyai nilai WHC 6,76 (g/g); OHC 1,69 (g/g) dan tingkat kecerahan 70,46.The use of food additives be one of the necessities in the food processing industry. Food stabilizers such as gelatin was part of the food additives that were prone sourced from illicit material. Therefore it was necessary an alternative other stabilizers can be used in food processing derived from halal ingredients. Carboxymethyl cellulose (CMC) was a food additive with the code E466 which has a role as a stabilizing food. CMC can be synthesized from palm midrib that contain cellulose content of 89%. Before applied in food processing, necessary to study the characteristics of the CMC from palm midrib. The results of characterization palm midrib CMC has met the standards to be applied in food. The characterization results include a DS value of 0.75; water content of 7.65%; and a pH value of 6.72. While the results of the other characterizations such as the value of purity of 91.12% and a viscosity of 11.65 cps not meet FAO standards. Other data show the CMC palm midrib WHC has a value of 6.76 (g / g); OHC 1.69 (g / g) and 70.46 lightness degree.
Ekstraksi dan Karakterisasi Klorofil dari Daun Suji (Pleomele Angustifolia) sebagai Pewarna Pangan Alami Nita Aryanti; Aininu Nafiunisa; Fathia Mutiara Willis
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.313 KB) | DOI: 10.17728/jatp.196

Abstract

Pewarna pangan alami merupakan salah satu kontribusi untuk mewujudkan keamanan pangan di Indonesia sebagaimana telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Klorofil adalah pigmen hijau yang dapat diperoleh dengan proses ekstraksi. Salah satu zat pewarna alami yang paling sering digunakan adalah klorofil dari daun suji. Dalam penelitian ini, klorofil dari daun suji diekstraksi menggunakan ekstraksi maserasi dengan penambahan zat penstabil NaHCO3. Ekstraksi klorofil umumnya menggunakan solvent berbasis alkohol, namun dalam penelitian ini digunakan solvent aquadest. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi, karakterisasi ekstrak, mikroenkapsulasi dan karakterisasi bubuk klorofil. Ekstrak klorofil dianalisa konsentrasi klorofilnya menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Karakterisasi bubuk klorofil meliputi kadar air, analisa nilai kelarutan pewarna klorofil analisa intensitas warna dan uji gugus fungsional spesifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil dengan penambahan zat penstabil NaHCO3 sebesar 3% merupakan konsentrasi penambahan terbaik dan menghasilkan konsentrasi klorofil sebesar 41,939 mg/L. Sedangkan tanpa penambahan NaHCO3 menghasilkan ekstrak klorofil cair dengan konsentrasi klorofil sebesar 30,327 mg/L. Bubuk klorofil daun suji yang dihasilkan mempunyai kelarutan 96,15%, kadar air 11,29% dan nilai intensitas warna L*, a* dan b* sebesar 72,454, -12,222 dan 26,494. Analisa gugus fungsional dari bubuk klorofil mengambarkan adanya puncak-puncak spesifik dari karakteristik stuktur klorofil.Natural food colorant had a contribution for actualizing food safety in Indonesia as assigned in Regulation of Republic of Indonesia Number of 18 in Year of 2012. Chlorophyll was a natural green extract produced by extraction method. Pleomele angustifolia leaves had been frequently applied as traditional food colorant. This research studied maceration extraction to extract chlorophyll from Pleomele angustifolia leaves by using distilled water as a solvent and an addition of NaHCO3 as stabilizer. Further, the chlorohyll extract was microencapsulated using Maltodextrin as wall materal and was characterized. Chlorophyll concentration of the extract was predicted by UV-Vis Spectrophotometry. Characterization of microencapsulated chlorophyll comprised water content, solubility, color intensity and specific functional group based on its FTIR spectrum. Research showed that concentration of NaHCO3 of 3% resulted on the best chlorophyll concentration, 41,94 mg/L. In contrast, only 30,33 mg/L of chlorophyll cencentration was obtained without stabilizer. Encapsulated chlorophyll of Pleomele angustifolia leaves had solubility of 96,15%, water content of 11,29% and colour intensity of L*, a* and b* as 72,454, -12,222 and 26,494, respectively. Functional groups of FTIR Spectra confirmed specific peaks of chlorophyll chemical structure characteristic.
Analisis Kandungan Gizi, Nilai Energi, dan Uji Organoleptik Cookies Tepung Beras dengan Substitusi Tepung Sukun Fauzia Kusuma Wulandari; Bhakti Etza Setiani; Siti Susanti
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.729 KB) | DOI: 10.17728/jatp.183

Abstract

Penelitian pembuatan cookies tepung beras yang disubstitusi dengan tepung sukun dilakukan untuk mengeksplorasi karakteristik dari kandungan gizi, nilai energi, dan uji organoleptik yang dihasilkan oleh cookies tersebut. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar abu, kadar serat kasar, nilai energi, dan organoleptik. Untuk mengamati parameter tersebut, penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 kali ulangan dengan mensubstitusi bahan baku tepung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air terendah pada konsentrasi 10% dan 50%, kadar protein terendah pada konsentrasi 50%, kadar lemak terendah pada konsentrasi 0%, kadar karbohidrat terendah pada konsentrasi 30%, kadar abu terendah pada konsentrasi 0%, kadar serat kasar terendah pada konsentrasi 0%, dan nilai energi terendah pada konsentrasi 30%. Uji organoleptik kesukaan yang paling disukai oleh panelis adalah cookies dengan konsentrasi 0%. Semakin besar konsentrasi substitusi tepung sukun berakibat menurunkan kesukaan secara keseluruhan terhadap cookies tepung beras dengan substitusi tepung sukun yang dihasilkan.
Deteksi Cepat Residu Tetrasiklin melalui STARTEC (Smart Tetracycline Residual Kit Detection) Bekti Sri Utami; Hana Razanah; Puspita Diah Pravitasari; Fitri Indah Permata; Annisa Rizqi Rafrensca
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 5, No 4 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.611 KB) | DOI: 10.17728/jatp.184

Abstract

Residu antibiotik pada daging masih menjadi problem khusus pada kualitas daging yang beredar di Indonesia saat ini. Salah satu antibiotik yang sering dijumpai adalah tetrasiklin. Sehingga, konsumen harus cermat untuk mengetahui apakah dalam daging ayam masih mengandung residu tetrasiklin atau tidak. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi untuk membantu deteksi cepat adanya residu tetrasikli, pada daging. Penelitian ini bertujuan untuk membuat inovasi deteksi tetrasiklin dengan cepat melalui STARTEC (Smart Tetracycline Residual Kit Detection). Cara kerja kit deteksi ini sangat praktis yaitu dengan mereaksikan daging ayam yang telah ditumbuk dengan asam sulfat kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dengan trayek warna indikator yang telah diatur sesuai konsentrasi tetrasiklin yang terkandung dalam daging. Namun sebelum direaksikan dengan asam sulfat, sampel daging direaksikan dengan EDTA untuk mendenaturasi protein yang terikat pada tetrasiklin. STARTEC dapat dioperasikan dengan mudah, cepat, dan aman untuk mendeteksi residu tetrasiklin pada daging broiler.

Page 1 of 1 | Total Record : 9