cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY
ISSN : 14106175     EISSN : 25278843     DOI : -
Core Subject : Science,
Bulletin of the Marine Geology is a scientific journal of Marine geoscience that is published periodically, twice a year (June and December). The publication identification could be recognized on the ISSN 1410-6175 (print) and e-ISSN: 2527-8843 (on-line) twice a year (June & December) and it has been accredited by Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Indonesian Institute of Sciences) by Decree Number: 818/E/2015. As an open access journal, thus all content are freely available without any charge to the user. Users are allowed to download, and distribute the full texts of the articles without permission from the publisher.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 29, No 2 (2014)" : 5 Documents clear
CHARACTERISTIC OF SHALLOW SUBSURFACE LITHOLOGY BASED ON GROUND PROBING RADAR DATA INTERPRETATION AT TEMAJU COAST, SAMBAS DISTRICT, WEST KALIMANTAN PROVINCE Yogi Noviadi
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.656 KB) | DOI: 10.32693/bomg.29.2.2014.66

Abstract

In order to know the subsurface lithology characteristic at Temaju coast, the Ground Probing Radar (GPR) detection have been carried out. The detection was done along the coast around 11 GPR track line. The equipment which was used are SIR III with 270 MHz antenna. Based on the analysis results of GPR image data which were correlated with the exposed of surface lithology and core drilling log, show that the maximum penetration is about 10 m with the lithology composition as follow: the upper most layer is characterized by sand deposits with about 2 – 3 m width. Below the sand layer is characterized by coral limestone and sandstone. Keywords: subsurface lithology, ground penetrating radar, Temaju Coast Untuk mengetahui karakteristik litologi bawah permukaan di sekitar pantai Temaju, telah dilakukan penditeksian dengan mempergunakan metoda Ground Probing Radar (GPR). Penditeksian telah dilakukan pada sekitar 11 panjang lintasan di sepanjang pantai. Peralatan yang dipergunakan terdiri dari SIR III dengan antenna 270 MHz. Berdasarkan hasil analisis data citra GPR yang dikorelasikan dengan singkapan litologi permukaan dan log pemboran inti, memperlihatkan bahwa penetrasi masimum sekitar 10 m dengan urutan litologi sebagai berikut: lapisan paling atas dicirikan oleh pasir dengan ketebalan sekitar 2-3m. Di bawah lapisan pasir dicirikan oleh batuan gamping terumbu karang dan batu pasir Kata kunci: litologi bawah permukaan, “Ground Probing Radar”, Pantai Temaju
SUPPRESSING DIFFRACTION EFFECT USING KIRCHHOFF PRE-STACK TIME MIGRATION ON 2D SEISMIC MULTICHANNEL DATA AT FLORES SEA Tumpal Benhard Nainggolan; Subarsyah Subarsyah
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1622.684 KB) | DOI: 10.32693/bomg.29.2.2014.67

Abstract

2D seismic multichannel survey has been carried out by Marine Geological Institute of Indonesia to interpret imaging and sub-surface geological information in the Flores Sea. Seismic data processing starts from pre-processing until migration stage. Migration is an important stage in the seismic processing, because at this stage the effects of diffraction and oblique reflectors caused by fault, salt domes, wedging, etc. will be repositioned to the actual points. One example of diffraction effects can be seen on the seismic section of a conventional stacking that have not migrated, i.e. resulting in an apparent bowtie reflector. Geologists find difficulties in interpreting geological information from diffracted seismic section, so it needs further processing to overcome the effects. By using Kirchhoff method and carried out during the Pre-Stack Time Migration (PSTM), this method turns out to produce migrated seismic section which is much better than conventional stacked one. This is due to the Kirchhoff method suppressed the identified diffraction effects, so that the geologist can interpret geological structure of the resulting migrated seismic section of the Flores Sea. Keywords : 2D seismic multichannel, diffraction, Pre-Stack Time Migration (PSTM), Kirchhoff method. A Survei seismik 2D multichannel dilaksanakan oleh Marine Geological Institute of Indonesia untuk mengetahui gambaran serta informasi geologi bawah permukaan Laut Flores. Pengolahan data seismik dimulai dari pre-processing sampai tahap migration. Tahap migration merupakan tahap terpenting dalam pengolahan data seismik, oleh karena pada tahap ini efek difraksi dan reflektor miring yang diakibatkan oleh sesar, kubah garam, pembajian, dan lain-lain akan dikembalikan pada keadaan sebenarnya. Salah satu contoh adanya efek difraksi bisa dilihat pada penampang stacking konvensional yaitu “bowtie” yang mengakibatkan terjadinya reflektor semu pada penampang seismik. Efek difraksi “bowtie” sangat menyulitkan para peneliti dalam memperoleh informasi geologi, sehingga perlu adanya proses lebih lanjut untuk mengatasi efek tersebut. Salah satu metode migrasi yang berkembang saat ini yaitu metode Kirchhoff dan dilakukan pada saat Pre-Stack Time Migration (PSTM), menunjukkan hasil penampang jauh lebih baik daripada penampang stacking konvensional. Hal ini terjadi karena pada metode Kirchhoff Pre-Stack Time Migration, efek difraksi tersebut ditekan lebih awal sehingga penampang yang dihasilkan mampu menggambarkan struktur geologi permukaan Laut Flores Sea. Kata kunci : seismik 2D multikanal, difraksi, Pre-Stack Time Migration (PSTM), metode Kirchhoff.
IMPACTS OF MARINE SAND MINING ACTIVITIES TO THE COMMUNITY OF LONTAR VILLAGE, SERANG - BANTEN Semeidi Husrin; Joko Prihantono; Hadi Softyan
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.101 KB) | DOI: 10.32693/bomg.29.2.2014.68

Abstract

Marine sand mining activities in Lontar Village have been started legally since 2003 and temporarily halted in 2013. The locals blamed the activities for severe environmental destruction in almost every corner of the village such as low productivity ofaquaculture, coastal erosion, and habitat loss. This paper has an objective to provide preliminary data and analyses for environmental impact assessment of marine sand mining in Serang (Lontar Village). Field investigations were carried out in June 2014 to collect primary data such as bathymetrical data and water quality parameters in the region to understand the environmental conditions after 10 years of marine sand mining activities as well as the characteristicsof local oceanography. Extensive interview with the locals were also conducted to collect information about the socio-economic conditions of the village. Field findings showed that LontarVillage have experienced critical environmental problems such as coastal erosion, high turbidiy and loss of marine lives. Moreover, we also found that the abandoned aquaculture fields have also been converted as sand mining quarries. Recommendations to reduce further environmental damage in Lontar Village are proposed considering both socio-economy and physical aspects. Keywords:sand mining, Lontar village, environmental damage, erosion Aktifitas penambangan pasir laut di Kampung Lontar telah dimulai secara legal sejak 2003 dan telah berhenti untuk sementara tahun 2013. Keberatan penduduk setempat terhadap aktifitas penambangan tersebut adalah disebabkan oleh adanya gangguan lingkungan di hampir setiap sudut perkampungan seperti rendahnya produktifitas budidaya perikanan, erosi pantai dan hilangnya. berbagai aneka ragam habitat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data awal dan analisis terhadap pengaruh lingkungan akibat aktifitas penambangan pasir laut. Penyelidikan lapangan telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 yaitu untuk mengumpukan data sekunder seperti batimetri dan parameter kualitas air di kawasan tersebut. Penelitian ini adalah untuk mengeahui kondisi lingkungan setelah 10 tahun aktifitas penambangan pasir laut, begitu juga karakteristik oseanografi daerah tersebut. Wawancara intensif dengan penduduk lokal telah dilakukan juga untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi sosial ekonomi perkampungan tersebut. Temuan lapangan menunjukkan bahwa perkampungan Lontar mengalami masalah lingkungan yang kritis seperti proses erosi pantai, kekeruhan yang tinggi, dan hilangnya kehidupan laut. Lebih lanjut lagi penelitian ini telah menemukan bahwa sekumpulan ladang budidaya perairan telah beralih menjadi tambang pasir. Saran untuk memperkecil kerusakan lingkungan lebih jauh di Perkampungan Lontar, diusulkan pertimbangan aspek sosial ekonomi dan aspek fisik. Kata kunci : tambang pasir, Perkampungan Lontar, kerusakan lingkungan, erosi.
INDICATION OF HYDROTHERMAL ALTERATION ACTIVITIES BASED ON PETROGRAPHY OF VOLCANIC ROCKS IN ABANG KOMBA SUBMARINE VOLCANO, EAST FLORES SEA Lili Sarmili; Johanes Hutabarat
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.242 KB) | DOI: 10.32693/bomg.29.2.2014.69

Abstract

The presence of mineral alteration or secondary processes to rocks on submarine volcano of Abang Komba was caused by an introduction of hydrothermal solutions. Those are indicated by the presence of a resembly of minerals alteration seen in their petrographic analyses. They are characterized by replacement partially surrounding of plagioclase phenocrysts, partially replacing plagioclase by sericite, carbonate and clay minerals. The replacement of pyroxene partly by chlorite, and the presence of albitisation (secondary albite) contained in fine rectangular plagioclase sized. Other fitures occasionally observed by the presence of partial oxidation of ore minerals and the presence of quartz, and epidote as an alteration from plagioclase and pyroxene. Keywords : alteration, resembly of minerals alteration, oxidation, submarine vulcano of Abang Komba. Gejala alterasi atau proses-proses sekunder yang terjadi pada batuan di gunung bawah laut Abang Komba adalah disebabkan oleh introduksi larutan hidrotermal. Semua ini ditunjukkan dengan kehadiran kumpulan mineral ubahan yang terlihat dalam sayatan batuan. Kumpulan mineral ini dicirikan dengan adanya penggantian sebagian yang mengelilingi fenokris plagioklas, penggantian sebagian plagioklas oleh serisit, karbonat dan mineral lempung. Penggantian sebagian piroksen oleh klorit, dan adanya gejala albitisasi (albit sekunder) yang terdapat pada plagioklas berbentuk balokan yang berukuran halus. Gejala lainnya yang kadang-kadang teramati adanya oksidasi sebagian dari mineral bijih dan hadirnya kuarsa, serta epidot sebagai hasil ubahan plagioklas dan piroksen. Kata kunci : alterasi, kumpulan mineral ubahan, oksidasi, gunung bawahlaut Abang Komba.
THE CORRELATION BETWEEN BENTHIC FORAMINIFERA AND SEDIMENT TYPES OF SOUTH MAKASSAR STRAIT Sheilla Zallesa; Kresna Tri Dewi; Noor C.D. Aryanto
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1504.344 KB) | DOI: 10.32693/bomg.29.2.2014.65

Abstract

South Makassar Strait is located between Kalimantan and Sulawesi Islands that is an important oceanographic pathway connecting between the Pacific and Indian oceans. This area is a part of sedimentary basin that has specific seabed morphology and sediment characteristics, including foraminifera as a component of sediments. The purpose of this study is to determine community structure of benthic foraminifera related to sediment characteristics. This study used 20 top core sediment samples from water depth between 200 and 1500 m. There are identified 38 species of benthic foraminifera and some of them are characterized the study area: Anomalinoides colligerus, Lenticulina suborbicularis, Planulina wuellerstorfi, , and Pseudonodosaria discrete. The diversity index is categorized as moderate values (1.0=H'= 3) and the average of evenness values is about 0.79. The dominance values are less than 0.5 indicate that there is no dominant species in the study area. In relation to sediment characteristics, it shows that the high abundance of benthic foraminifera occurs in sediment type of silty sand and sandy silt. Moderate abundance appears in sand following by low abundance in silt and sandy silt sediment types. Keywords: benthic foraminifera, community structure, sediment types and Makassar Strait Makassar bagian selatan terletak diantara Pulau Kalimantan dan Sulawesi yang merupakan jalur oseanografik yang penting menghubungkan Samudera Pasifik dan. Wilayah ini merupakan bagian dari cekungan sedimen yang mempunyai morfologi dasar laut dan karakteristik sedimen tertentu termasuk foraminifera sebagai komponen sedimen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas foraminifera bentik dalam kaitannya dengan tipe sedimen dasar laut. Penelitian ini menggunakan 20 sampel sedimen bagian atas dari pemercontoh inti pada kedalaman antara 200 dan 1500 m. Ada 38 spesies foraminifera bentik dan beberapa diantaranya mencirikan daerah penelitian: Anomalinoides colligerus, Lenticulina suborbicularis, Planulina wuellerstorfi, dan Pseudonodosaria discrete. Indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori sedang (1,0=H’=3) dan nilai rata-rata keseragaman sekitar 0,79. Nilai dominasi lebih kecil dari 0,5 itu menandakan tidak ada spesies yang dominan pada lokasi penelitian. Terkait dengan karakteristik sedimen menunjukkan bahwa kelimpahan foraminifera bentik tinggi terdapat pada jenis sedimen pasir lanauan dan lanau pasiran. Kelimpahan sedang ditemukan pada jenis sedimen pasir diikuti kelimpahan rendah yang dijumpai pada sedimen lanau dan lanau pasiran. Kata kunci: foraminifera bentik, struktur komunitas, jenis sedimen, Selat Makassar.

Page 1 of 1 | Total Record : 5