cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa
ISSN : 23388528     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Ranah: Journal of Language Studies is published by the National Agency for Language Development and Cultivation. It is a research journal which publishes various research reports, literature studies and scientific writings on phonetics, phonology, morphology, syntax, discourse analysis, pragmatics, anthropolinguistics, language and culture, dialectology, language documentation, forensic linguistics, comparative historical linguistics, cognitive linguistics, computational linguistics, corpus linguistics, neurolinguistics, language education, translation, language planning, psycholinguistics, sociolinguistics and other scientific fields related to language studies. It is published periodically twice a year in June and December. Each article published in Ranah will undergo assessment process by peer reviewers.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah" : 8 Documents clear
PERIBAHASA: KEARIFAN LOKAL PEMBENTUK KARAKTER ANAK-ANAK DAYAK MAANYAN DI KALIMANTAN TENGAH R. Hery Budhiono
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.666 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.35

Abstract

The proverbs of Dayak Maanyan that became the object of this research are associated with the character building of the child speakers of the language. The objective of this research is to find the connection between the meaning of the Dayak Maanyan proverbs and the characters of its speakers. This descriptive qualitative research is divided into three stages, namely data provision, analysis and presentation. The data are Dayak Maanyan proverbs which then analyzed and elaborated informally using qualitative narration. Some of the proverbs contain noble teachings and sermons in addition to its unbounded-by-time-and-space nature. One of the proverbs is “Nyalah karewau napait hang urung” which means “like a buffalo pulled in nose”. This proverb is about firmness and confidence. By having these characters, one is expected to recognize their own self and then learn to comprehend and appreciate others. This noble values will build strong characters and spirits if applied continuously. ABSTRAKPeribahasa Dayak Maanyan yang menjadi subjek penelitian ini berusaha dikaitkan dengan pembentukan karakter anak-anak penutur bahasa tersebut. Tujuan ditulisnya penelitian ini adalah mencari hubungan antara makna peribahasa Dayak Maanyan dengan karakter penuturnya. Penelitian deskriptif kualitatif ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis, dan penyajian hasil analisis. Data berupa peribahasa Dayak Maanyan. Kemudian, dianalisis dan diuraikan secara informal menggunakan narasi kualitatif. Beberapa peribahasa memang mengandung ajaran dan nasihat yang bernilai luhur di samping sifatnya yang tidak terikat ruang dan waktu. Salah satunya adalah peribahasa “Nyalah karewau napait hang urung” yang bermakna seperti kerbau ditarik di hidungnya. Peribahasa tersebut mengandung makna tentang keteguhan pendirian dan kepercayaan diri. Berbekal dua kecakapan tersebut seseorang diharapkan mampu mengenali diri sendiri dan selanjutnya menyelami dan menghargai orang lain. Nilai-nilai luhur seperti ini akan membentuk karakter dan jiwa yang kuat jika malar diterapkan.
Prawacana, Daftar Isi, Abstrak Ranah, Jurnal Kajian Bahasa
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.832 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.656

Abstract

RETENSI DAN INOVASI FONOLOGIS PROTOBAHASA MELAYIK PADA BAHASA MELAYU TAMIANG Muhammad Toha
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (557.823 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.40

Abstract

This research was conducted diachronically. The object of this research is the PM phonemes which experienced retention and innovation in Melayu Tamiang language which observed the diachronic perspective. The data used in this research are 400 vocabularies. It was collected in Durian Village, Rantau District; Rantau Bintang Village, Bandar Pusaka District; Sekerak Kanan Village, Sekerak District and Bandar Khalifah Village, Tamiang Hulu District. The data was collected using listening and speaking method along with registering and recording techniques. The data were analysed using qualitative method. Diachronically, the result of the research showed that PM vowels, such as /*a/, /*ə/, /*i/ and /*u/ are still passed down by BMT until now. However, there are innovation occurred to *u < /U/ and *a < /ɔ/ vowels. Similarly, some PM consonants such as /*b/, /*d/,  /*g/, /*h/, /*j/, /*k/, /*l/, /*m/, /*n/, /*p/, /* r/, /*s/, /*t/, /*w/, /*y/, /*ñ/, /*ŋ/ and /*ˀ/ are still maintained by BMT, while the consonant phonemes which experienced innovation are *h < Ø/ , *k <  /ˀ/, *l < /ˀ/, *r < /R/ , *s < /h/ and *t < /ˀ/.  ABSTRAKAbstrakPenelitian Protobahasa Melayik ini dilakukan secara diakronis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fonem protobahasa Melayik (PM) yang mengalami retensi dan inovasi pada bahasa Melayu Tamiang (BMT) ditinjau dari persepektif diakronis. Data yang digunakan sebanyak 400 kosakata. Pengumpulan data dilakukan di Kampung Durian, Kec. Rantau, Desa Rantau Bintang, Kec. Bandar Pusaka, Desa Sekerak Kanan, Kec. Sekerak, dan Desa Bandar Khalifah, Kec. Tamiang Hulu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan cakap dengan teknik catat dan rekam. Data dianalisis dengan menerapkan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fonem vokal PM seperti /*a/, /*ə/, /*i/, dan /*u/ masih diwariskan oleh BMT hingga kini. Namun inovasi terjadi pada vokal *u < /U/ dan *a < /ɔ/. Inovasi terjadi dengan sejumlah fonem konsonan PM, seperti /*b/, /*d/, /*g/, /*h/, /*j/, /*k/, /*l/, /*m/, /*n/, /*p/, /* r/, /*s/, /*t/, /*w/, /*y/, /*ñ/, /*ŋ/, dan /*ˀ/ masih dipertahankan oleh BMT sampai saat ini. Fonem konsonan yang mengalami inovasi adalah * h < Ø/ , *k < /ˀ/, *l < /ˀ/, *r < /R/ , *s < /h/ dan *t < /ˀ/.
DIASPORA ETNIK JAWA DAN TRANSMISI BAHASA JAWA ANTARGENERASI DI SUMATRA UTARA Wawan Prihartono
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.872 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.36

Abstract

Diaspora Javanese ethnic to North Sumatra driven at the time of the Dutch government in large quantities create their identity loss there now . Java language in North Sumatra did not survive as it should be. Javanese ethnic, prefers to use the Indonesian language in everyday communication rather than the Javanese language as a consequence of assimilation with the local culture, namely the Malay culture. This study aimed to describe the intergenerational transmission of the Java language in North Sumatra as a reference for the vitality of the Java language in there . The study used a qualitative descriptive method . As a result, intergenerational transmission of the Java language in North Sumatra show gradations drastic decline from generation to generation . The older generation does not transmit an javanese language to the next generation so well that indicated the Java language in North Sumatra are threatened with extinction.    ABSTRAKDiaspora etnik Jawa ke Sumatra Utara dalam jumlah yang cukup besar yang digerakkan pada zaman pemerintah Hindia Belanda membuat etnik Jawa di sana kehilangan identitas bahasanya. Bahasa Jawa di Sumatra Utara tidak bertahan sebagaimana mestinya. Etnik Jawa lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari daripada bahasa Jawanya sebagai konsekuensi pembauran dengan kebudayaan lokal, yaitu budaya Melayu. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan transmisi bahasa Jawa antargenerasi di Sumatra Utara sebagai acuan vitalitas bahasa Jawa di sana. Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasilnya, transmisi bahasa Jawa antargenerasi di Sumatra Utara menunjukkan gradasi penurunan yang drastis dari generasi ke generasi. Generasi tua etnik Jawa tidak mentransmisikan bahasanya kepada generasi berikutnya dengan baik sehingga diindikasikan bahasa Jawa di Sumatra Utara sekarang dalam kondisi terancam punah.
PEMERTAHANAN BAHASA IBU MELALUI GRUP WhatsApp Sahril Sahril
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.518 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.37

Abstract

anguage preservation could occur if a community collectively used the language wholly. The use of mother language in communities such as in Cendekiawan Batubara WhatsApp group truly supported the effort to preserve the existence of Melayu Batubara language from extinction. This study focused on some archaic vocabularies in Melayu Batubara language that are no longer used in Melayu Batubara communities themselves. This study aimed to describe the language preservation of mother language which indirectly has been carried out by Cendekiawan Batubara WhatsApp group.  ABSTRAKPemertahanan bahasa dapat terjadi bila suatu komunitas secara kolektif menggunakan bahasa itu sepenuhnya. Penggunaan bahasa ibu yang terjadi pada komunitas di grup WhatsApp Cendekiawan Batubara sangat mendukung upaya mempertahankan eksistensi bahasa ibu dari kepunahan bahasa Melayu dialek Batubara. Kajian ini terfokus pada beberapa kosakata arkais bahasa Melayu dialek Batubara yang tidak lagi dipakai dalam komunikasi etnis Melayu Batubara itu sendiri. Kajian ini berusaha menemukan deskripsi pemertahanan bahasa ibu yang secara tidak langsung telah dilakukan oleh komunitas di grup WhatsApp Cendekiawan Batubara.
TINDAK TUTUR MEMINTA MAAF SECARA SAMUDANA TERSELUBUNG DALAM BAHASA JAWA Endang Sri Maruti
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.243 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.38

Abstract

pology is typically done when someone made a mistidake. In Javanese speech community, apologized tend declared first even though it is spoken or done is not necessarily wrong. This research focus on form of apology speech acts in the Javanese community in the Beringin Village, District Lakarsantri, Surabaya. To explain the focus, the researcher used descriptive-qualitative with ethnopragmtic design. Data are collected from 46 subjects by observation and indepth interviews. Data are analizd using Miles and Huberman’s flow model covering three steps: reduction, display, and verivication/concluison. The results showed that the form says to apologize distinguished by mode and components.  ABSTRAKPermintaan maaf lazimnya dilakukan seseorang jika melakukan kesalahan. Pada masyarakat tutur bahasa Jawa, meminta maaf cenderung dinyatidakan terlebih dahulu meskipun sebenarnya hal yang dituturkan atau dilakukannya belum tentu salah. Fokus penelitian ini adalah bentuk tindak tutur meminta maaf pada masyarakat Jawa di wilayah Kelurahan Beringin, Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan rancangan etnopragmatik. Data penelitian diperoleh dari 46 subjek penelitian melalui observasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan model alir yang di dalamnya terdapat reduksi, sajian, verifikasi, dan penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk tutur untuk meminta maaf dibedakan berdasarkan modus dan komponennya.
KRITERIA VITALITAS BAHASA TALONDO Buha Aritonang
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.08 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.34

Abstract

This research was conducted in the village of Talondo Kondo, District Bonehau, Mamuju, West Sulawesi province with the aim to determine the  vitality of the Talondo languages criteria.The methods of the research was done by doing the field research and the literature study.A fieldwork was conducted to obtain primary data while the library research obtaining secondary data. The sources of data in this study were 81 respondents from Talondo language native speakers. The datas are obtained from observations and questionnaires.To determine the vitality of Talondo language criteria the research used Likert scale models to test and compare the mean index of vitality. The calculation result of subindex groups with respondent characteristics (based on gender, age group, education level, and occupation) showed that the vitality of a Talondo language was setbacks. Because the average value addition and division of the total index of the four variables with the variables gender, age group, education level, and type of work is 0.58. The range value of its included in the index line 3—4 based on visualization in a spider diagram. ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan di Desa Talondo Kondo, Kecamatan Bonehau, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat dengan tujuan untuk menentukan kriteria vitalitas bahasa Talondo. Metode pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan dan pustidaka. Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer, sedangkan penelitian pustidaka untuk memperoleh data sekunder. Sumber data dalam penelitian ini adalah 81 responden penutur bahasa Talondo. Data diperoleh dari hasil pengamatan dan kuesioner. Untuk menentukan kriteria vitalitas bahasa Talondo digunakan model skala Likert dan indeks dengan uji compare mean. Hasil perhitungan kelompok subindeks dengan karakteristik responden (jenis kelamin, kelompok usia, jenjang pendidikan, dan jenis pekerjaan) menunjukkan bahwa vitalitas bahasa Talondo masuk kriteria mengalami kemunduran. Hal itu disebabkan karena nilai penjumlahan dan pembagian rerata indeks total keempat variabel dengan variabel jenis kelamin, kelompok usia, jenjang pendidikan, dan jenis pekerjaan adalah 0,58. Nilai 0,58 termasuk pada garis indeks 3—4 berdasarkan visualisasinya pada diagram laba-laba.
KOSAKATA WARNA BAHASA SUNDA (PENDEKATAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI) Santy Yulianti
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 1 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.645 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i1.39

Abstract

Natural Semantic Metalingua is the approach that is used in this writting to describe colours in Sundanesse compared with Indonesian. Colours is an interesting topic in this area because colours in every language has their own uniqueness. Colours in Sundaness are influenced by natural condition. Based on  Natural Semantic Metalanguage, the colours of Sundaness are classified into three categories, i.e. basic colours, natural condition, and adjektive/adverb. The writer found an interesting original meaning of colours of both Sundaness and Indonesian. Basic colours in Sundaness has one dissent with Indonesian,i.e. the colour of Blue. Sundaness originally do not know the concept of blue. In addition, colour in Sundaness has tight gradation, such as the concept of green which use natural condition and adjective to describes its density. ABSTRAKPada kesempatan ini penulis menggunakan pendekatan Metabahasa Semantik Alami (Natural Semantic Metalanguage) untuk mendekripsikan warna dalam bahasa Sunda yang dipadankan dengan bahasa Indonesia. Warna menjadi bahasan yang menarik untuk dianalisis karena kosakata warna dalam setiap bahasa memiliki keunikannya tersendiri. Warna dalam bahasa Sunda banyak dipengaruhi oleh keadaan alam. Berdasarkan pada pendekatan MSA, kosakata warna diklasifikasikan berdasarkan warna dasar, tanda alam dan keterangan/kata sifat. Penulis melihat adanya makna asali kosakata warna yang dapat diperoleh dengan memperbandingkan dengan kosakata warna bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Warna dasar dalam bahasa Sunda memiliki perbedaan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Sunda awalnya tidak mengenal konsep warna biru sebagai warna dasar. Selain itu, variasi warna dalam bahasa Sunda sangat rapat, seperti warna hijau yang memiliki banyak ciri dengan menggunakan tanda alam dan kata sifat.

Page 1 of 1 | Total Record : 8