cover
Contact Name
Hendra
Contact Email
-
Phone
+6281375150018
Journal Mail Official
amj_fk@umsu.ac.id
Editorial Address
Gedung Kampus 1 Lantai II Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran (FK) UMSU Jl. Gedung Arca No. 53 Medan-Sumatera Utara , Kode Pos 20217
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Anatomica (Anatomica Medical Journal)
ISSN : -     EISSN : 26145219     DOI : https://doi.org/10.30596/anatomica
Core Subject : Health, Science,
Anatomica Medical Journal (AMJ) ini merupakan jenis jurnal ilmiah berskala nasional dan dipublikasi via online, memiliki e-issn yang terdaftar di PDII-LIPI. Anatomica Medical Journal ini juga terdaftar dalam jurnal Online Journal System (OJS) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Ruang Lingkup jurnal ini fokus pada bidang Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan secara umum. AMJ menerima naskah/manuscript artikel dalam meliputi/scope artikel original (original article) dalam bentuk artikel penelitian (research article), tinjauan artikel (article review), laporan kasus (case report) dan tinjauan pustaka (literature review) yang relevan dengan bidang Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan lainnya.
Arjuna Subject : Kedokteran - Anatomi
Articles 144 Documents
Adamantinomatous Craniopharyngioma Rini Syahrani Harahap; Jamaluddin Pane
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.417 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Abstrak: Adamantinomatous craniopharyngioma adalah salah satu tumor suprasellar yang dikategorikan dalam WHO grade I, berasal dari sisa-sisa Rathke’pouch. Gejala klinis utama craniopharyngioma yaitu peningkatan tekanan intrakranial, disfungsi endokrin dan gangguan penglihatan. Pada kasus ini dilaporkan seorang laki-laki, 11 tahun, datang ke RSUP.H.Adam Malik Medan dengan diagnosa klinis crangiopharyngioma. Hasil pemeriksaan histopathology menunjukkan karakteristik berupa sarang-sarang epitel yang membentuk stellate reticulum, wet keratin, dan basal palisades. Tindakan bedah memegang peranan penting dalam pengobatan tumor ini.Kata Kunci: Adamantinomatous Craniopharyngioma, diagnosis, prognosis.
Probiotik Saccharomyces boulardii sebagai Pencegahan Infeksi Clostridium difficile Akibat Penggunaan Antibiotik Arinda Stefani; Sonia Anggraini; Luthfi Aulia Oktofani
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.12 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Abstrak: Infeksi Clostridium difficile akibat penggunaan antibiotik merupakan penyakit infeksi yang akhir-akhir ini menjadi fokus di bidang kesehatan. Infeksi Clostridium difficile akibat penggunaan antibiotik pernah menjadi epidemi di Amerika Utara dan Eropa. Di Indonesia, penggunaan antibiotik yang tidak rasional mencapai hingga 40-62% sehingga dinilai memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terjadinya infeksi Clostridium difficile. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menyebabkan menurunnya kemampuan usus dalam melawan bakteri patogen Clostridium difficile, sehingga akan terjadi pergeseran komposisi mikrobiota pada usus. Pergeseran tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah flora normal usus dengan bakteri patogen Clostridium difficile. Penurunan jumlah flora normal usus menyebabkan gagalnya metabolisme karbohidrat kompleks dan asam amino menjadi asam lemak rantai pendek (SCFA). Perubahan metabolisme flora normal ditandai dengan meningkatnya garam empedu primer, menurunnya asam empedu sekunder, glukosa, asam lemak bebas, dan dipeptida. Garam empedu primer dan karbohidrat kompleks yang gagal di metabolisme akan mengaktivasi dari petumbuhan spora Clostridium difficile sehingga jumlah Clostridium difficile akan meningkat dan menimbulkan infeksi pada usus akibat enterotoksin yang dihasilkan. Penggunaan probiotik Saccharomyces boulardii efektif untuk mencegah terjadinya infeksi Clostridium difficile akibat penggunaan antibiotik. Saccharomyces boulardii memiliki efek anti toksin terhadap toksin A Clostridium difficile (enterotoksin), efek protektif terhadap bakteri patogen, seperti Clostridium difficile, dan memiliki efek imunoprotektif dengan mensekresi imunoglobulin A (IgA).Kata Kunci: Antibiotik, Clostridium difficile, Saccharomyces boylardii  Saccharomyces boulardii Probiotics as Prevention of Clostridium difficile Infection Due to the Use of Antibiotics Abstract: Clostridium difficile infection due to the use of antibiotics is an infectious disease which has recently become a focus in the health sector. Clostridium difficile infection due to antibiotic use has been an epidemic in North America and Europe. In Indonesia, irrational use of antibiotics reaches up to 40-62% so it is considered to have a high risk factor for the occurrence of Clostridium difficile infection. Irrational use of antibiotics causes a decreased intestinal ability to fight pathogenic bacteria Clostridium difficile, so it will be a shift in the composition of microbiota in the intestine. This shift causes an imbalance between the number of normal intestinal flora and the pathogenic bacterium Clostridium difficile. Decreasing the number of normal intestinal flora causes the failure of metabolizing complex carbohydrates and amino acids into short chain fatty acids (SCFA). Changes in normal flora metabolism are characterized by increased primary bile salts, decreased secondary bile acids, glucose, free fatty acids, and dipeptides. Primary bile salts and complex carbohydrates that fail metabolism will activate the growth of Clostridium difficile spores that can make the amount of Clostridium difficile will increase and cause intestinal infections by the enterotoxin produced. The use of probiotics Saccharomyces boulardii is effective to prevent Clostridium difficile infection due to the use of antibiotics. Saccharomyces boulardii has an anti-toxin effect on Clostridium difficile A toxin (enterotoxin), a protective effect on pathogenic bacteria, such as Clostridium difficile, and has an immunoprotective effect by secreting immunoglobulin A (IgA).Keywords: Antibiotic Clostridium difficile, Saccharomyces boylardii.
Pengobatan Tuberkulosis Paru dan Diabetes Melitus serta Pengaruhnya terhadap Risiko Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) Karimah Khitami Aziz
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.112 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Abstrak: Negara dengan peningkatan kejadian DM menjadikan prevalensi TB paru semakin meningkat. Tuberkulosis (TB) paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun kedua-duanya. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang berkaitan dengan gangguan fungsi imunitas tubuh, sehingga penderita lebih rentan terserang infeksi, termasuk TB paru. Efek OAT lini I pada TB akan menurun bila dibarengi dengan pengobatan DM, sehingga akan menimbulkan kasus MDR-TB. Kasus MDR-TB disebabkan oleh berbagai faktor yang pada penulisan ini diakibatkan oleh pengobatan yang tidak adekuat sehingga kuman menjadi kebal dengan OAT, sehingga pasien TB paru yang menderita penyakit DM akan mengalami resistensi.  Kata Kunci : Tuberkulosis, Diabetes Melitus, Multi-Drug Resistant Tuberculosis.
Efektifitas Penyuluhan Metode Lomba Cerdas Cermat dengan Modifikasi Puzzle Dibandingkan dengan Metode Ceramah dalam Peningkatan Pengetahuan Tentang DBD pada Siswa SD Kelas V SDN 060885 dan SDN 060895 Padang Bulan Kota Medan Novita Hasiani Simanjuntak
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.207 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Abstrak: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina, dapat dicegah dengan cara mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor virus ini. Larva dari nyamuk Aedes aegypti berkembang sangat pesat di daerah perkotaan. Sekolah adalah salah satu sasaran program pencegahan DBD karena aktivitas anak usia sekolah saat kegiatan sekolah bersamaan dengan aktivitas nyamuk menghisap darah. Selain itu, upaya mengentaskan masalah DBD adalah dengan menjadikan anak sekolah sebagai agent of change. Penelitian berupa quasy experimental. Populasi adalah seluruh siswa kelas V di SDN 060885 dan SDN 060895 Padang Bulan Kota Medan. Sampel adalah bagian dari populasi yang hadir pada saat pengukuran dan intervensi dilakukan, melibatkan sebanyak 43 subjek. Pembagian subjek pada 2 subkelompok dalam kelompok perlakuan dilakukan secara acak. Penelitian ini menggunakan metode ceramah, dan metode Lomba Cerdas Cermat dengan modifikasi puzzle sebagai intervensi, untuk mengukur peningkatan pengetahuan digunakan kuesioner. Hasil analisis data menggunakan uji Wilcoxon, didapati pada kelompok kontrol nilai p = 0,113 (p> 0,005), artinya tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna sebelum dan sesudah penyuluhan, terdapat 8 subjek dengan tingkat pengetahuan yang menurun, 13 subjek meningkat dan 1 tetap. Pada kelompok perlakuan nilai p = 0,000 (p<0,005), artinya terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi, terdapat 1 subjek tingkat pengetahuan menurun, 17 meningkat, dan 3 tetap. Kesimpulan hasil penelitian adalah penyuluhan dengan metode LCC dengan modifikasi puzzle lebih bermakna dalam meningkatkan pengetahuan siswa sekolah dasar tentang DBD dibandingkan dengan metode penyuluhan dengan ceramah.Kata Kunci: DBD, pengetahuan, metode penyuluhan, metode ceramah, lomba cerdas cermat, Puzzle.
Heat Shock Protein pada Kanker Rahmanita Sinaga
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.184 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

ABSTRAKSuatu keadaan stres dapat terjadi dengan adanya impuls dari lingkungan eksternal dan internal. Setiap keadaan stres memiliki efek terhadap aktivasi sistem neuroendokrin, khususnya hipothalamus-pituitari-kelenjar adrenal-susunan saraf simpatis. Setiap sel akan berespon terhadap keadaan stres, menginduksi atau meningkatkan sintesis dari protein stres yang dikenal dengan Heat Shock Protein (HSP)1,2.  HSP terekspresikan secara berlebih pada sejumlah besar kanker pada manusia dan terlibat dalam proliferasi, differensiasi, invasi, metastasis, dan pengenalan sel oleh sistem imun.3 HSP tidak cukup informatif pada tingkat diagnostik, HSP berguna sebagai biomarker karsinogenesis pada sejumlah jaringan dan derajat differensiasi dan agresifitas pada sejumlah kanker. HSP juga berfungsi sebagai prognostik dan dapat memprediksi respon terhadap terapi anti kanker.. 3,4
Virus Hepatitis B di Indonesia dan Risiko Penularan Terhadap Mahasiswa Kedokteran Annisa Annisa
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.954 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Virus Hepatitis B adalah virus DNA yang menyerang organ hati, dan salah satu penyebab infeksi virus kronik tersering di dunia. Virus ini berpotensi menyebabkan penyakit hati kronis seperti sirosis, dan juga keganasan. Hepatitis B dapat tertular melalui pajanan pada darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, sehingga petugas medis termasuk mahasiswa kedokteran memiliki risiko yang lebih untuk tertular penyakit ini. Melihat banyaknya kasus dan morbiditas yang bisa diakibatkan oleh Hepatitis B, petugas kesehatan khususnya mahasiswa kedokteran harus lebih tanggap dan paham mengenai penyakit ini.Kata kunci: Hepatitis B, penularan, mahasiswa kedokteran
Pengaruh Belajar Mandiri Terstruktur terhadap Keterampilan Klinis Pemasangan Intravenous Line pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Mhd. Aditya Pratama Hasibuan; Meizly Andina
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.065 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Keterampilan klinis merupakan salah satu kompetensi yang wajib dikuasai seorang dokter dalam menegakkan diagnosis. Luasnya materi yang harus dikuasai seorang mahasiswa serta minimnya waktu yang tersedia mengharuskan mahasiswa untuk belajar mandiri. Belajar mandiri yang dimaksud yaitu dimana mahasiswa harus menentukan materi apa saja yang harus dikuasainya dan mencari bahan belajarnya sendiri. Pada pembelajaran keterampilan klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FK UMSU) selain penyampaian materi oleh instruktur, ada waktu yang dibuat untuk mahasiswa belajar mandiri. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh belajar mandiri terhadap keterampilan klinis pemasangan intravenous line pada mahasiswa FK UMSU. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan rancangan one group pre test post test. Berdasarkan uji T berpasangan, didapatkan nilai-p=0,199 (p>0,05) atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara keterampilan klinis sebelum dan sesudah belajar mandiri. Simpulan, belajar mandiri terstruktur tidak berpengaruh terhadap keterampilan klinis pemasangan intravena pada mahasiswa kedokteran. Kata Kunci: belajar mandiri, keterampilan klinis, pemasangan intravenous line
Gambaran dan Pendekatan Klinis Terhadap Nevus Melanositik Atipikal Nita Andrini
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (648.357 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Nevus melanositik atipikal atau disebut juga nevus displastik bukan hanya sebagai penanda, tetapi merupakan prekursor dari melanoma maligna. Oleh karena itu, lesi ini penting untuk dikenali secara klinis. Pertamakali dikenal sebagai gambaran lesi berpigmen dengan penilaian klinis melanoma dan terdapat riwayat keluarga. Tata nama yang berhubungan dengan lesi – lesi ini juga termasuk B-K moles(dikenal sebagai 2 kelompok yang awalnya katanya dimulai dari B dan K), mole multiple atipikal familial dan sindroma melanoma, sindrom mole atipikal, Clark’s nevus, mole atipikal, dan nevus dengan gangguan bentuk (dengan derajat yang bervariasi dari melanositik atipia). Istilah nevus displastik (ND) lebih sering digunakan pada saat sekarang, baik pada diagnosis secara klinis ataupun histologis.1,2 Untuk menegakkan nevus melanositik atipikal dibutuhkan kumpulan dari gambaran klinis dan temuan dermoskopis. Namun, semakin besar jumlah abnormalitas klinis yang dijumpai, semakin besar kemungkinan lesi terbukti atipikal.Setiap lesiberpigmenyang mencurigakandan setiaplesiyang terus-menerusdansecara signifikan berubah, harus dilakukan eksisi sempurnadengan batassekitar 2mmuntukpemeriksaan histopatologiuntuk menyingkirkan dugaan melanoma.2,3 KATA KUNCI : Nevus melanositik atipikal, nevus displastik, melanoma
Profil Utilisasi Jaminan Kesehatan Nasional di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara Ilham Hariaji; Elman Boy
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.193 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam suksesnya pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diterapkan Pemerintah Republik Indonesia sejak 1 Januari 2014.Implementasi layanan rumah sakit dapat dilihat dari utilisasi jaminan kesehatan di rumah sakit yang terlibat dalam program JKN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui utilisasi JKN, menganalisis kelompok masyarakat pengguna JKN dan pola penyakit dominan dari seluruh pasien peserta BPJS di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara sejak Desember 2016-Maret 2018. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode cross sectional.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa untilisasi JKN di RSU Muhammadiyah Sumatera Utara sejak Desember 2016-Maret 2018 menunjukan trend yang menetap, kelompok masyarakat pengguna JKN berasal dari kelompok masyarakat dengan kelas ekonomi menengah kebawah serta pola penyakit dominan adalah bidang kebidanan dan penyakit kandungan, diikuti dengan penyakit saluran cerna dan pernafasan. RSU Muhammadiyah Sumatera Utara disarankan untuk memperbaiki kualitas manajemen dan layanan agar dapat meningakatkan utilisasi JKN sehingga diharapakan mampu menjadi penyedia layanan JKN yang optimal.
Gambaran Variasi Anatomy Vena Saphena Parva pada Cadaver Indonesia Danial Danial; Hary Nugroho; Eva Rachmi; Arie Ibrahim
ANATOMICA MEDICAL JOURNAL | AMJ Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.066 KB) | DOI: 10.30596/anatomica

Abstract

Treatment of vein varicose that related to small saphenous vein is needed a good understanding of small saphenous vein anatomy and its’ variations. The purpose of this study investigates anatomy variations of small saphenous vein on Indonesians’ specimen base on cadaver dissected. We examine five pair of lower limb cadavers. Duplicating and branching patterns of small saphenous vein, and it’s relation to fascia were studied after exposing the superficial layers of the lower limb in Anatomy Laboratory of A.W Syahranie Hospital, Samarinda. This study found a small saphenous vein with accessory duplication in two pairs and a half of lower limb pair. In branching pattern, posterior crus region consist of two lower limbs with branch arise from 1/3 distal, one lower limb from 1/3 proximal and one lower limb from both in 1/3 distal and 1/3 medial. Small saphenous vein is located between the muscular fascia and superficial layer of membrane fascia in eight lower limbs. It can be said that this study get a clear describing of anatomy variations of small saphenous vein in Indonesian specimens base on cadaver dissected and also this study can support to further other research.

Page 3 of 15 | Total Record : 144