cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina" : 12 Documents clear
Karakteristik Massa Air di Selat Sunda dan Perairan Lepasnya Moch. Reza Fahlevi; Ahmad Bayhaqi; Denny Nugroho Sugianto; Muhammad Fadli; Huiwu Wang; R. Dwi Susanto; Sam Wouthuyzen
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i2.41323

Abstract

Selat Sunda merupakan selat dengan kondisi fisik dinamis yang menjadi menjadi jalur sirkulasi massa air di perairan Indonesia petemuan Armondo dan Arlindo. Perairan ini didominasi dari Samudera Hindia dengan dinamika perairan yang sebagian besar dipengaruhi oleh angin musim, hal ini dapat memicu percampuran massa air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik massa air di Selat Sunda dan perairan lepasnya. Pengambilan data dilakukan pada bulan November 2019 dan data model diperoleh dari situs CMEMS (2015-2019). Pengolahan data menggunakan software Ocean Data View (ODV) dengan metode sebaran vertikal, melintang dan diagram TS. Hasil penelitian menunjukkan temperatur di Selat Sunda relatif lebih tinggi dengan kisaran 29-30,2oC. Sebaran salinitas dan densitas di Samudera Hindia lebih tinggi dengan nilai masing-masing 35-35,2 ‰dan 22,20 kg/m3. Tipe massa air didominasi dari Samudera Hindia terdiri dari Bengal Bay Water (BBW), South Indian Central Water (SICW), Antartic Intermediate Water (AAIW) dan Indonesian Upper Water (IUW). Dua jenis massa air berasal dari Samudera Pasifik yakni Pacific Equatoral Water (PEW) dan Western North Pacific Central Water (WNPCW). Variabilitas massa air menunjukkan pola yang relatif serupa. Sebaran temperatur tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 (30,2oC) dan terendah di musim timur (29,2oC). Sebaran salinitas permukaan tertinggi terjadi pada musim peralihan 2 (32,87‰) dan terendah pada musim peralihan 1 (31,74‰).  Sunda Strait is a strait with dynamic physical condition that crossed by Armondo and Arlindo. These waters are dominated by Indian Ocean with dynamics of waters which are largely influenced by monsoons, its condition give an example of mixing water mass. This research aims to determine characteristics and variability of water mass. This study was carried out in November 2019 and satellite data was obtained from CMEMS website (2015-2019). Processing data was performed using software Ocean Data View (ODV) by methods scatter distribution, cross section and TS diagram. The result show that temperature in the Sunda Strait was relatively higher with a range 29-30.2oC. The distribution of salinity and density in the Indian Ocean is higher with values of 35-35.2 o/oo and 22.2 kg/m3. TS diagram shows that water mass dominated by the Indian Ocean consists of Bengal Bay Water (BBW), South Indian Central Water (SICW), Antartic Intermediate Water (AAIW) and Indonesian Upper Water (IUW). Two type of water mass from Pacific Ocean are Pacific Equatorial Water (PEW) and Western North Pacific Central Water (WNPCW). Variability of water mass shows a similar pattern. The highest temperature distribution occurred in transitional season 2 (30.2oC) and the lowest in east season (29.2oC). The highest distribution of salinity occurred in transitional season 2 (32.87 o/oo) and the lowest in transitional season 1 (31.74 o/oo).
Kajian Sedimentasi untuk Pengembangan Layout Alternatif di Dermaga C PT Petrokimia Gresik Muhammad Khaisar Wirawan; Abiyani Choirul Huda; Rizki Mendung Ariefianto; Rendatiyarso Laksono; Widi Agoes Praktikto; Fuad Mahfud Assidiq; Rani Yuniar Putriyanti
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.44684

Abstract

Pembangunan Dermaga C sebagai fasilitas baru di PT Petrokimia Gresik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. Produktivitas ini terwujud dalam bentuk aktivitas percepatan bongkar muat barang yang diangkut dari kapal ke daratan atau sebaliknya. Namun, aktivitas ini akan terkendala di masa depan jika sedimentasi tidak diatasi dengan baik. Untuk mengatasi fenomena sedimentasi di suatu dermaga, perlu dilakukan analisis laju sedimentasi secara dini dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti karakteristik pasang surut, pola arus, dan profil gelombang. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meminimalisir laju sedimentasi, salah satunya dengan memodifikasi layout dermaga dengan tujuan untuk mengurangi frekuensi pengerukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju sedimentasi di sekitar Dermaga C dan menghitung perkiraan volumenya. Dua layout alternatif dari Dermaga C eksisting diusulkan untuk meminimalisir bed level thickness yang dapat terjadi di dermaga. Penelitian ini menerapkan pemodelan numerik berbasis software MIKE 21. Hasilnya, layout alternatif 1 dan 2 untuk periode yang sama mampu mengurangi volume sedimentasi terhadap layout eksisting masing-masing sebesar 9348.12 m3 dan 13215.48 m3 atau memiliki persentase penurunan sebesar 45.3% dan 64.1%. Di antara layout alternatif 1 (LA1) dan 2 (LA2), layout kedua adalah rekomendasi yang paling optimal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa modifikasi layout terbukti dapat menurunkan laju sedimentasi di Dermaga C. Construction of Port C as a new facility at PT Petrokimia Gresik aims to increase the company's productivity. This productivity is manifested in accelerating the loading and unloading of materials transported from ships to land or vice versa. However, this activity will be hampered in the future if the sedimentation is not handled correctly. Hence, the sedimentation phenomenon in a port needs to be overcome. It is essential to investigate the sedimentation rate by considering tidal characteristics, current patterns, and wave profiles. Various ways can be conducted to decrease the sedimentation rate, one of which is by modifying the port layout to minimize the intensity of dredging. This research aims to analyze the sedimentation rate around Port C and calculate the estimated volume. Two alternative layouts are proposed to minimize the bed level thickness on the Port C. This research applies numerical modeling based on MIKE 21 software. As a result, alternative layouts 1 and 2 for the same period can reduce the sedimentation volume to the existing layout by 9348.12 m3 and 13215.48 m3, respectively, or have a decreasing percentage of 45.3% and 64.1. %. The last layout is the most significant among alternative layouts 1 (LA1) and 2 (LA2). It can be emphasized that the layout modification is proven to decrease the sedimentation rate at Port C.
Kajian Sedimen Tersuspensi di Muara Sungai Jelitik untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sungailiat, Kabupaten Bangka Reno Arief Rachman; Mardi Wibowo
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.41125

Abstract

Sungai Jelitik merupakan sungai utama dan urat nadi perekonomian Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Muara Sungai Jelitik termasuk dalam kawasan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Sungailiat. Selain itu, Pelabuhan Perikanan Sungailiat juga terletak di alur Sungai Jelitik dan akan dikembangkan sebagai kawasan industri. Permasalahan utama yang dijumpai saat ini adalah sedimentasi di mulut muara S Jelitik yang diantaranya terkait konsentrasi sedimen tersuspensi. Oleh karena itu sebagai langkah awal dilakukan kajian tentang sedimen tersuspensi (TSS) ini. Metode kajian ini adalah pengambilan sampel air, analisis laboratorium dan analisis data. Kandungan TSS di perairan sekitar muara S Jelitik berkisar 65–250 mg/l dengan nilai rerata 128,28 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa perairan di sekitar muara S Jelitik tidak memenuhi baku mutu baik untuk budidaya biota, untuk wisata maupun untuk pelabuhan berdasarkan PP 22 tahun 2021. Konsentrasi TSS di bagian tengah kedalaman sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi TSS di bagian bawah kedalaman air laut. Kecepatan endap padatan tersuspensi di muara S Jelitik berkisar antara 0,0197–0,0858 mm/dt, dengan nilai rata-rata sekitar 0,0399 mm/dt. Sehingga sedimen tersebut baru terendapkan ke dasar perairan setelah 75.187 detik (20,88 jam) atau sekitar 0,87 hari apabila kondisi arusnya tenang.  The Jelitik River is the main river of Sungailiat District, Bangka Regency. The Jelitik River Estuary is included in the area of the Sungailiat Tourism Special Economic (KEK) development area. Besides, Sungailiat Fishing Port is located in the Jelitik River channel and will be developed as an industrial area. The main problem currently encountered is sedimentation at the mouth of the S Jelitik estuary. Sedimentation is strongly associated with turbidity and suspended sediment concentration. Therefore, as a first step, a study of this suspended sediment is carried out. The method of this study is water sampling, laboratory analysis, and data analysis. The TSS value in the waters around the S Jelitik estuary ranges from 65 - 250 mg/l with a mean value of 128.28 mg/l, this indicates that the waters around the S Jelitik estuary do not meet quality standards both for biota cultivation, for tourism and ports base on Government Regulation 22/2021. The TSS concentration at the center of the depth is slightly higher than the TSS concentration at the bottom of the seawater depth. The sedimentation rate of suspended solids in the S Jelitik estuary ranged from 0.0197 - 0.0858 mm/s, with an average value of about 0.0399 mm/s. So that the sediment is just deposited to the bottom of the water after 75,187 seconds (20.88 hours) or about 0.87 days if the current conditions are calm.
Karakter Perairan Kepulauan Sula dan Kepulauan Taliabu Berdasarkan Pemodelan Hidrodinamika 3D Ezikri Yasra; Dwi Haryo Ismunarti; Widodo Setiyo Pranowo; Johar Setiyadi
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.44100

Abstract

Perairan Kepulauan Sula dan Taliabu merupakan perairan yang memisahkan dua laut dalam di bagian utara dan selatan kepulauan, Laut Maluku dan Laut Banda, dengan tiga pulau besar utama yaitu Pulau Mangoli, Pulau Taliabu, dan Pulau Sanana. Perairan tersebut memiliki dinamika yang kompleks dengan topografi dasar perairan yang tidak teratur dan adanya sill pada kolom perairan serta dilintasi oleh Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) pada Pintasan Lifamatola. Kompleknya dinamika perairan dengan pengaruh pasang surut yang kuat menyebabkan diperlukan suatu kajian tersendiri untuk menguraikan berbagai fenomena oseanografi yang terjadi sehingga diperoleh berbagai pemahaman baru mengenai perairan tersebut. Pendekatan numerik melalui pemodelan hidrodinamika tiga dimensi dilakukan untuk mengetahui profil oseanografi perairan. Fokus utama dilakukan pada aspek arus laut dan pasang surut dengan penyederhanaan barotropik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari ERA-5, PUSHIDROSAL, MIKE DHI, dan BRSDM KKP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Kepulauan Sula dan Taliabu memiliki karakter pasang surut Campuran Condong Harian Ganda dengan dominansi konstituen Pasut pada bagian utara kepulauan adalah K1 dan pada bagian selatan kepulauan M2. Karakteristik arus memiliki sifat yang bervariasi diantara kecepatan maksimum dan rerata. Hasil model memperlihatkan bahwa kecepatan maksimum mencapai 5,555 m/s dengan kecepatan rata-rata tertinggi 2,373 m/s. Pola arus pada saat kecepatan maksimum bergerak menuju utara sedangkan pada kecepatan rerata arus bergerak condong ke arah barat dengan pergerakan menuju selatan. The waters of the Sula and Taliabu Islands are waters that separate the two-deep seas in the northern and southern parts of the archipelago, the Maluku Sea and the Banda Sea, with three main large islands, namely Mangoli Island, Taliabu Island, and Sanana Island. These waters have complex dynamics with irregular bottom topography and sill in the water column and crossed by the Indonesian Through Flow (ARLINDO) on the Lifamatola Passage. The complexity of the dynamics of the waters with strong tidal influences requires a separate study to describe the various oceanographic phenomena that occur so that new understandings of these waters are obtained. A numerical approach through three-dimensional hydrodynamic modeling is carried out to determine the oceanographic profile of the waters. The main focus is on the aspects of ocean currents and tides with barotropic simplification. The study was conducted using secondary data obtained from ERA-5, PUSHIDROSAL, MIKE DHI, and BRSDM KKP. The results showed that the waters of the Sula and Taliabu Islands have a Mixed Tide Prevailling Semi diurnal with the predominance of the Tidal constituents in the northern part of the archipelago K1 and the southern part of the islands M2. Current characteristics vary between maximum and average speeds. The model results show that the maximum speed reaches 5,555 m/s with the highest average speed of 2,373 m/s. The current pattern at the time of maximum speed moves towards the north while at the average speed the current moves towards the west with a movement towards the south.
Struktur Komunitas dan Estimasi Tutupan Lamun Di Perairan Mrican, Kemujan, Taman Nasional Karimunjawa, Jepara Gandang Herdananto Nugroho; Raden Ario; Rini Pramesti
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.42348

Abstract

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif sebagai habitat, tempat pemijahan dan feeding ground. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi struktur komunitas lamun yang tersebar di perairan Mrican Pulau Kemujan, Karimunjawa. Parameter yang dikaji berupa komposisi jenis, indeks ekologi dan parameter perairan. Luas tutupan lamun didapatkan melalui hasil foto udara yang diolah dengan analisa indeks vegetasi. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif dengan penentuan titik lokasi meggunakan metode purposive sampling. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 titik berdasarkan daerah ekosistem lamun dan area wisata. Metode pengambilan sampel lamun dengan  metode line transeck dengan alat bantu transeck kuadrat. Pengambilan foto udara menggunakan wahana drone dengan aplikasi pix4d. Komposisi jenis spesies lamun yang ditemukan sebanyak 4 spesies, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halodule uninervis. Pola sebaran lamun tiap jenis mengelompok sedangkan lamun jenis E. Acoroides merata pada stasiun 3. Nilai tutupan lamun tertinggi terdapat pada stasiun 2 (21,3%); dengan rata – rata penutupan 17,02%. Kerapatan tertinggi terdapat di stasiun 1 spesies E. Acoroides. Keanekaragaman lamun menghasilkan nilai rendah dan kategori sedang. Indeks keseragaman kategori sedang terdapat pada stasiun 1 sedangkan kategori tinggai pada stasiun 2 dan 3. Indeks dominansi dari ke-3 stasiun menunjukkan tidak adanya dominasi yang terjadi di setiap stasiun. Estimasi tutupan lamun dengan foto udara dengan areal studi 4,68 ha adalah seluas 16.210 m², sehingga estimasi tutupan lamun di perairan Pantai Mrican, Taman Nasional Karimunjawa sebesar 35%. Seagrass ecosystem is one of the productive marine ecosystems as a habitat, spawning ground and feeding ground. This study aims to obtain the structural conditions of seagrass communities scattered in the waters of Mrican Kemujan Island, Karimunjawa. The parameters studied were species composition, ecological index and water parameters. The area of seagrass cover was obtained through the results of aerial photographs which were processed by analysis of the vegetation index. The research was conducted using an exploratory descriptive method with the determination of the location points using the purposive sampling method. The research location is divided into 3 points based on the seagrass ecosystem area and tourist area. Seagrass sampling method refers to the LIPI method with a quadrant line transect tool. Taking aerial photos using drone rides with the pix4d application. There were 4 species of seagrass species composition, namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, and Halodule uninervis. The distribution pattern of each type of seagrass is clustered, while the seagrass species of E. acoroides are evenly distributed at station 3. The highest seagrass cover value is found at station 2 (21.3%); with an average closing of 17.02%. The highest density was found at station 1 species of E. acoroides. Seagrass diversity resulted in low scores and medium categories. The medium category uniformity index was found at station 1 while the high category was at stations 2 and 3. The dominance index from the 3 stations showed that there was no dominance that occurred at each station. The estimated seagrass cover using aerial photography with a study area of 4.68 ha is 16,210 m², so that the estimated seagrass cover in the waters of Mrican Beach, Karimunjawa National Park is 35%.
Analisis Pertumbuhan Caulerpa lentifera yang Terintegrasi dengan Budidaya Haliotis squamata Kadek Lila Antara; Muhammad Fadjar; Dwi Setijawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.47685

Abstract

Caulerpa sp ditemukan di beberapa perairan Pesisir Indonesia dikenal sebagai anggur laut dengan rasa sangat mirip dengan telur salmon, tetapi segar dan harum, tanpa bau amis telur ikan. Caulerpa lentillifera merupakan sumber nutrisi yang menjanjikan untuk masa depan karena manfaat dan komposisinya untuk konsumsi manusia. Budidaya diyakini dapat meningkatkan ketersediaan produk baik secara kuantitas maupun kuantitas, tanpa mengandalkan eksploitasi di alam. Hal menarik dari penelitian ini adalah budidaya Caulerpa lentifera dilakukan bersama budidaya Haliotis squamata. Penelitian bertujuan mengetahui efektifitas penggunaan air limbah budidaya abalon terhadap pertumbuhan Caulerpa lentillifera dan penggunaan pupuk pada media air dalam meningkatkan hasil produksi. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan. Parameter pertumbuhan terdiri dari bobot mutlak, jumlah ramili, dan kandungan klorofil. Budidaya Caulerpa lentillifera terintegrasi dengan Haliotis squamata menunjukkan efektifitas penggunaan air baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam budidaya yang terintegrasi. Analisis pertumbuhan dengan parameter laju pertumbuhan, jumlah ramili, dan kandungan klorifil menunjukkan peningkatan produksi Caulerpa lentillifera dapat dilaksanakan dengan penambahan pupuk, hal ini terbukti dapat memacu pertumbuhan, meningkatkan jumlah ramili, dan meningkatkan kandungan klorofil Caulerpa lentillifera. Pemupukan dengan proporsi N : P sebesar 16 : 4 ppm setiap hari terbukti dapat memacu peningkatan bobot mutlak, proporsi assimilator, proporsi assimilator layak jual. Caulerpa sp found in several coastal waters of Indonesia is known as sea grape with a taste very similar to salmon eggs, but fresh and fragrant, without the fishy smell of fish eggs. Caulerpa lentillifera is a promising source of nutrition for the future because of its benefits and composition for human consumption. Cultivation is believed to increase the availability of products both in quantity and quantity, without relying on exploitation in nature. The interesting thing about this research is that the cultivation of Caulerpa lentifera is carried out together with the cultivation of Haliotis squamata. This study aims to determine the effectiveness of the use of abalone cultivation wastewater on the growth of Caulerpa lentillifera and the use of fertilizers in water media in increasing production yields. The study used an experimental method with a completely randomized design with treatment. Growth parameters consisted of absolute weight, number of ramili, and chlorophyll index. The integrated cultivation of Caulerpa lentillifera with Haliotis squamata shows the effectiveness of water use both in terms of quantity and quality in integrated cultivation. Growth analysis with parameters of growth rate, number of ramili, and chlorophyll index showed an increase in Caulerpa lentillifera production could be carried out with the addition of fertilizer, this was proven to stimulate growth, increase the number of ramie, and increase the chlorophyll content of Caulerpa lentillifera. Fertilization with N : P proportion of 16 : 4 ppm every day was proven to increase absolute weight, proportion of assimilator, proportion of assimilator worth selling.
Asosiasi dan Korelasi Makrozoobentos dengan Kondisi Ekosistem Mangrove di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Bintang Chandra Bayudana; Indah Riyantini; Sunarto Sunarto; Sheila Zallesa
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.40786

Abstract

Salah satu status kawasan Pulau Pari yaitu menjadi kawasan konservasi mangrove. Makrozoobentos menjadikan ekosistem mangrove sebagai habitat untuk mencari makan, berlindung, dan berkembang biak. Tujuan riset ini adalah untuk mengidentifikasi jenis mangrove serta kerapatannya, menghitung kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman makrozoobentos, dan menentukan pola asosiasi dan korelasi makrozoobentos terhadap kondisi ekosistem mangrove di Pulau Pari. Riset ini dilaksanakan pada Maret 2021 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, yaitu Utara, Barat, dan Timur. Metode yang digunakan adalah metode transek kuadrat, yaitu dengan membentangkan tali tegak lurus garis pantai menuju daratan sepanjang 50 meter dengan ukuran 10 m x 10 m untuk mangrove, dan 1 m x 1 m untuk makrozoobentos. Hasil penelitian ditemukan 3 jenis mangrove yaitu Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Bruguiera cylindrica. Kerapatan mangrove tertinggi seluas 1234 ind/ha. Nilai kelimpahan makrozoobentos berkisar antara 18.34 - 45.89 ind/m2. Indeks keanekaragaman makrozoobentos termasuk dalam kategori sedang yaitu 2.65-2.95 dan keseragaman termasuk kategori tinggi sebesar 0,885-0,897. Dari semua perhitungan asosiasi dan korelasi antara makrozoobentos dengan ekosistem mangrove menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dimana tumbuhan mangrove dapat memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan hidup makrozoobentos. One of the statuses of the Pari Island area is to become a mangrove conservation area. Macrozoobentos make the mangrove ecosystem a habitat for foraging, sheltering, and breeding. The purpose of this research was to identify mangrove species and their density, to calculate the abundance, diversity, uniformity of macrozoobentos, and to determine the pattern of association and correlation of macrozoobentos to the condition of the mangrove ecosystem in Pari Island. This research was carried out in March 2021 on Pari Island, Thousand Islands. The research location is divided into 3 stations, namely North, West, and East. The method used is the quadratic transect method, namely by stretching a rope perpendicular to the coastline to the mainland along 50 meters with a size of 10 m x 10 m for mangroves, and 1 m x 1 m for macrozoobentos. The results of the study found 3 types of mangroves, namely Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, and Bruguiera cylindrica. The highest mangrove density is 1234 ind/ha. The abundance value of macrozoobentos ranged from 18.34 - 45.89 ind/m2. Macrozoobentos diversity index was included in the medium category, namely 2.65-2.95 and uniformity was included in the high category of 0.885-0.897. From all calculations of associations and correlations between macrozoobentos and mangrove ecosystems, it shows that there is a very strong relationship where mangrove plants can have an influence on the survival of macrozoobentos.
Konektivitas Mangrove dan Terumbu Karang Berdasarkan Komunitas Ikan Karang (Studi Kasus: Raja Ampat dan Maluku Tenggara) Rahmayani Kurnia Ain; Rudhi Pribadi; Yaya Ihya Ulumuddin
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.42879

Abstract

Ikan karang selama hidupnya dapat mendiami satu habitat saja atau melakukan migrasi ke ekosistem di sekitarnya. Faktor tersebut membuat terjadinya interaksi antara ikan karang dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Pendekatan bentang laut (seascape ecology) masih belum banyak dilakukan mengingat pendekatan ini penting untuk mengetahui kelimpahan ikan yang berada di sekitar area terumbu karang, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan kawasan pesisir. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur bentang laut (seascape), interaksinya dengan ikan karang, dan menilai tingkat konektivitas dari keduanya di Raja Ampat dan Maluku Tenggara. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengolahan dan analisis data spasial dan statistika menggunakan software QGIS 3.14 dan RStudio versi 2.0.4. Hasil penelitian dari analisis data statistika menggunakan analisis korelasi dan regresi diperoleh bahwa kelimpahan Ikan Lutjanidae pada Pulau Kei Kecil, Maluku Tenggara memiliki konektivitas dengan nilai regresi tertinggi yang dijelaskan oleh metrik Distance to Mangrove (DistM) dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,88; R2 0,7777; dan nilai AIC (Akaike Information Criterion) 18,01. Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang diperoleh adalah matriks Distance to Mangrove (DistM) menjadi matriks yang memiliki hubungan erat dengan Ikan Lutjanidae yang dapat mempengaruhi kelimpahan Ikan Lutjanidae di lokasi penelitian.   Reef fish, during their lifetime, can inhabit only one habitat or migrate to the surrounding ecosystem. These factors make the interaction between reef fish with mangrove ecosystems and coral reefs. However, the seascape ecology approach is still not widely used, considering that it is important to determine the abundance of fish around coral reef areas, so that it can be used as a guideline in the management of coastal areas. Therefore, this study aims to determine the structure of the seascape, its interaction with reef fish, and assess the level of connectivity of both in Raja Ampat and Southeast Maluku. The research method used is the processing and analysis of spatial and statistical data using software QGIS 3.14 and RStudio 2.0.4. The results of statistical data analysis using correlation and regression analysis showed that the abundance of Lutjanidae on Kei Kecil Island, Southeast Maluku had connectivity with the highest regression value described by the Distance to Mangrove (DistM) metric and has a correlation coefficient value of -0.88; R2 0.7777; and the AIC (Akaike Information Criterion) score of 18,01112. Based on the results of the study, the conclusion obtained is that the Distance to Mangrove (DistM) metric is a metric that has a close relationship with Lutjanidae fish which can affect the abundance of Lutjanidae fish in the research location.
Karakteristik Transformasi Pasang Surut di Delta Berau, Kalimantan Timur Ayi Tarya; M. Faiq Yasna; Ivonne M. Radjawane; Hanif S. Sutiyoso
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.45437

Abstract

Karakteristik gelombang pasang surut akan mengalami transformasi ketika menjalar dari laut lepas ke perairan dangkal seperti pesisir pantai, estuari dan delta. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji transformasi elevasi pasang surut dari hilir ke hulu di Delta Berau meliputi komponen pasang surut utama semidiurnal dan diurnal (M2, S2, K1, dan O1), serta komponen pasang surut perairan dangkal M4 dan MS4. Metode analisis harmonik pasang surut menggunakan program T-TIDE di empat lokasi titik pengamatan (Tanjung Redeb, Batu Batu, Semanting dan Muara Tumbuk). Data elevasi pasang surut yang digunakan merupakan hasil observasi data lapangan pada waktu pengukuran dari 31 Mei – 27 September 2007. Hasil penelitian diperoleh bahwa amplitudo elevasi pasang surut mengalami peredaman dari arah hilir menuju hulu delta, komponen pasang surut semidiurnal M2 dan S2 berkurang 25%. Amplitudo komponen pasang surut diurnal O1 dan K1 berkurang 22%, sedangkan amplitudo komponen pasang surut perairan dangkal (M4 dan MS4) bertambah 370% dan 220% dari hilir ke hulu delta. Ketidaksimetrisan pasang surut diperlihatkan dengan perbedaan durasi waktu ketika menuju pasang (4-5 jam) dan menuju surut (7-8 jam) di Tanjung Redeb. Rasio amplitudo M4 dan M2 (Ar) diperoleh nilainya bertambah dari hilir ke hulu, dengan rasio maksimum bernilai 0,1 di Tanjung Redeb. The characteristics of tidal waves will transform when they propagate from the open sea to shallow water such as coast, estuary and delta. The present study aims to examine the tidal transformation from downstream to upstream in the Berau Delta, including the main tidal components of semidiurnal and diurnal (M2, S2, K1, and O1), as well as the tidal components of shallow waters M4 and MS4 are using the T-TIDE harmonic analysis method at 4 locations (Tanjung Redeb, Batu Batu, Semanting dan Muara Tumbuk). The tidal elevations were obtained from field observations in the period from May 31 to September 27, 2007. The results showed that the tidal elevation amplitude decreased from downstream to upstream of the delta, and the M2 and S2 semidiurnal tidal components decreased by 25%. The amplitude of diurnal tidal components O1 and K1 decreased by 22%, while the amplitude of shallow water tidal components (M4 and MS4) increased by 370% and 220% from downstream to upstream of the delta. Tidal asymmetry is indicated by the difference in the duration of high tides (4-5 hours) and low tides (7-8 hours) in Tanjung Redeb, and the difference in duration of high and low tides decreases (more symmetry) from upstream to downstream of the delta. The ratio of M2 and M4 amplitude shows that the value increases from downstream to upstream, with a maximum ratio of 0.1 in Tanjung Redeb.
Kontaminasi Logam Pb (Timbal) pada Anadara granosa di Pantai Utara Kabupaten Cirebon Meitha Permata Sari; Indah Riyantini; Yudi Nurul Ihsan
Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v11i3.38451

Abstract

Laut dan pesisir Kabupaten Cirebon banyak dimanfaatkan untuk pertambakan, penggunaan lahan mangrove, penangkapan ikan, dan budidaya perairan. Meningkatnya aktivitas domestik, rumah tangga, dan industri memberikan dampak negatif bagi perairan laut yakni pencemaran. Pencemaran yang terjadi salah satunya ialah pencemaran logam Pb terhadap Anadara granosa atau kerang dara. Anadara granosa merupakan hewan bentik dan filter feeder dimana akumulasi logam Pb lebih besar dibandingkan dengan biota laut lain, hal tersebut perlu diperhatikan mengingat kerang dara diminati oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Tujuan penelitian ini ialah mendapatkan kadar logam Pb pada substrat, air laut, dan Anadara granosa yang diambil dari Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon sebagai wilayah penangkapan ikan. Metode yang digunakan ialah metode survey dan penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive sampling. Pada setiap stasiun dilakukan pengambilan sampel substrat, air laut, dan Anadara granosa untuk diketahui kadar logam Pb. Penentuan kadar logam Pb pada sampel dilakukan di Laboratorium Sentral Universitas Padjajaran Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat merujuk pada pedoman SNI 066992.3-2004 menggunakan instrumen Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar logam Pb substrat sebesar 19,53 mg/l, air laut sebesar 0,16 mg/l, Anadara granosa sebesar 1,07 mg/kg. The sea and coast of the Cirebon Regency are widely used for aquaculture, mangrove land use, fishing, and aquaculture. Increasing domestic, household and industrial activities harm marine waters, namely pollution. One of the pollutions that occur is the contamination of Pb metal against Anadara granosa or virgin shells. The hyena shells are benthic animals and filter feeders where the accumulation of Pb metal is greater than that of another marine biota, it is necessary to pay attention to this, considering that the hymen is in demand by the public for consumption. The purpose of this study was to obtain Pb levels in the substrate, seawater, and virgin clams. The method used is a survey method and the determination of the research station using a purposive sampling method. At each station, substrate, seawater, and virgin shellfish were sampled to determine the Pb metal content. Determination of Pb metal content in the sample using an Atomic Absorption Spectrophotometer. The results showed that the average Pb content of the substrate was 19.53 mg/l, seawater was 0.16 mg/l, and virgin clams were 1.07 mg/kg.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue