cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina" : 8 Documents clear
Kajian Kesesuaian Lahan Tambak Udang Vaname Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Desa Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah Annisa Amalia Awanis; Slamet Budi Prayitno; Vivi Endar Herawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.578 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16559

Abstract

Desa Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki suatu usaha budidaya udang vaname, untuk meningkatkan hasil produksi maka diperlukan usaha perluasan lahan budidaya, namun terdapat beberapa kendala dalam penentuan lokasi ini yaitu dibutuhkannya banyak biaya, waktu serta tenaga. Sistem Informasi Geografis (SIG) menjadi solusi yang tepat dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pengembangan budidaya udang vaname. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kesesuaian lahan tambak  udang vaname di Desa Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah berdasarkan analisa SIG. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey yaitu dengan cara pengukuran langsung ke lapangan dan wawancara dengan pembudidaya udang vaname. Data yang telah didapatkan diolah dengan menggunakan aplikasi ArcGis 10.0. Beberapa tahapan dalam pengolahan data yaitu pembuatan peta dasar, pembuatan peta kontur sebaran spasial dari setiap parameter, overlay, layout dan skoring. Data yang dihasilkan berupa model spasial. Analisa kesesuaian perairan dilakukan dengan pembuatan matriks kesesuaian kemudian pembobotan dan perhitungan skor berdasarkan tingkat pengaruh dari setiap parameter terhadap daerah yang berpotensi untuk budidaya udang vaname. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah suhu berkisar antara 27,86-29,5oC, salinitas berkisar antara 10-20 ppt, kedalaman berkisar antara 100-140 cm, kecerahan berkisar antara 20-40 cm, pH berkisar antara 7,9-8,5, DO berkisar anatara 3,67-6,67 mg/l, nitrat berkisar antara 4,8210-74,7669 mg/l dan  fosfat berkiar antara 0,0394-0,0758 mg/l. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa secara umum kondisi perairan di Wonorejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal dapat mendukung usaha budidaya udang vaname. Total luas wilayah tambak di Wonorejo adalah 13,6 ha, dari luasan wilayah yang diamati 2 ha tergolong kedalam kategori sesuai (S2) dan 13,4 ha tergolong kedalam kategori sangat sesuai (S3).    Wonorejo is a village in Kaliwungu sub distinct, Kendal, Central Java. That one of the vaname shrimp products in the area. The high potential of brackishwater ponds resulted in the expansion of shrimp ponds. However, the expansion was not carreid out based on the scientific but merely based on the feeling of the farmers. Geographic Information System (GIS) was aim to alternatively overcome this problem, so that the potential suitable location could be applied. The aim of this methods was to study the suitability of shrimp ponds in Wonorejo village, Kaliwungu sub distinct, Kendal, Central Java based on GIS. The data was obtained through satelite (map). and interview with farmers and district measurements in field. The data was analysed by ArcGis 10.0. The analyses were implemented in 5 steps namely production of basic map, production of spartial control map of each parameters, overlayed,layout and score. Suitability analysis  was done by calculating the score of parameter then presented with reference. The result showed that temperature ranges between 27,86-29,5oC, salinity ranges between 10-20 ppt, depth ranges between 100-140 cm, brightness ranges between 20-40 cm, pH ranges between 7,9-8,5, DO ranges between 3,67-6,67 mg/l, nitrat  ranges between 4,8210-74,7669 mg/l , and fosfat ranges between 0,0394-0,0758 mg/l. In general shrimp pondsin Wonorejo Village, Kaliwungu, Kendal was suitable vaname cultivation. From total shrimp pond area in Wonorejo Village, Kaliwungu 13,6 Ha, 2 Ha was classified as suitable (S2) and 13,4 Ha was classified as very suitable (S3). 
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Mangrove Rhizopora mucronata Ali Ridlo; Rini Pramesti; Koesoemadji Koesoemadji; Endang Supriyantini; Nirwani Soenardjo
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.292 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16555

Abstract

Rhizopora mucronata merupakan salah satu jenis mangrove yang berpotensi  sebagai sumber antioksidan alami. Daun tanaman ini mengandung senyawa metabolit sekunder seperti tanin, fenolat, klorofil, karotenoid dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan ekstrak daun R. mucronata. Sampel diambil dari kawasan mangrove Tugurejo, Semarang dan diekstraksi  secara bertingkat berturut-turut dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan metanol. Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai Inhibitory Concentration (IC50)pada panjang gelombang 516,5 nm. Kadar senyawa fenolat total ditentukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 725 nm dengan metode Folin-Ciocalteu, kadar klorofil a dan b ditentukan dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 663 nm dan 645 nm dan kadar karotenoid diukur pada 480 nm. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak metanol memiliki nilai IC50terkecil (113,41  ppm), diikuti ekstrak n-heksana 151,13 ppm dan ekstrak etil asetat 184,78 ppm. Kandungan total fenolat tertinggi terdapat pada ekstrak metanol yaitu 21,06 mg GAE/g sampel, ekstrak n-heksana 13,27 mg GAE/g sampel dan ekstrak etil asetat 2,08 mg GAE/g sampel. Kandungan klorofil a tertinggi terdapat pada ekstrak metanol yaitu 2,304  mg/g, diikuti ekstrak n-heksana 0,705 mg/g dan ekstrak etil asetat 0,64 mg/g. Kandungan klorofil b tertinggi dicapai ekstrak metanol yaitu 0,97 mg/g, ekstrak n-heksana 0,50 mgg dan ekstrak etil asetat 0,13 mg/g. Kandungan karotenoid tertinggi dicapai pada ekstrak metanol yaitu 6,49 mg GAE/g, diikuti ekstrak etil asetat (0.54 mg GAE/g) dan ekstrak n-heksana (1,37 mg GAE/g). Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dan termasuk dalam antioksidan kategori sedang, sedangkan ekstrak etil asetat dan  n-heksana termasuk dalam  antioksidan kategori lemah.   Rhizopora mucronata is one type of mangrove that has the potential as a source of natural antioxidants. The leaves of this plant contain secondary metabolite compounds such as tannins, phenolics, chlorophyll, carotenoids and alkaloids. This study aims to determine the antioxidant activity of R. mucronata leaf extract. Samples were taken from Tugurejo mangrove area, Semarang and extracted successively with n-hexane, ethyl acetate and methanol solvent. Antioxidant activity was measured by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhidrazyl) method and its value was determined based on Inhibitory Concentration (IC50) value at 516,5 nm wavelength. Total phenolic compound concentration was determined spectrophotometrically at 725 nm wavelength with Folin-Ciocalteu method. The levels of chlorophyll a and b was determined by spectrofotometry method at 663 nm and 645 nm wavelength and carotenoid levels were measured at 480 nm. The results showed that methanol extract had the smallest IC50 value (113,41 ppm), followed by n-hexane extract 151,13 ppm and ethyl acetate extract 184,78 ppm. The highest total phenolic content was found in methanol extract, 21.06 mg GAE / g sample, n-hexane extract 13,27 mg GAE / g sample and ethyl acetate extract 2.08 mg GAE / g sample. The highest content of chlorophyll a contained in methanol extract is 2,304 mg / g, followed by n-hexane extract 0,705 mg / g and ethyl acetate extract 0,64 mg / g. The highest content of chlorophyll b was methanol extract of 0.97 mg / g, n-hexane extract 0,50 mgg and ethyl acetate extract 0,13 mg / g. The highest carotenoid content was achieved in the methanol extract of 6.49 mg GAE / g, followed by ethyl acetate extract (0.54 mg GAE / g) and n-hexane extract (1.37 mg GAE / g). Methanol extract has the highest antioxidant activity and is included in medium category antioxidants, while ethyl acetate and n-hexane extracts are included in weak category antioxidants. 
Pengaruh Volume Air Pada Media Terhadap Pertumbuhan Panjang Dan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Nur Taufiq-Spj; Virda Maya Definta; Raden Ario
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.958 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16569

Abstract

Budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) di Indonesia baru mulai berkembang beberapa tahun belakangan meskipun ikan ini memiliki banyak prospek di berbagai negara Asia maupun Eropa. Kegiatan budidaya yang dilakukan di beberapa daerah baru pada taraf pembesaran pada kolam persawahan (earthen pond) dan hanya sebagian kecil yang menggunakan sistim resirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume air terhadap pertumbuhan panjang dan berat ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) stadia awal dari elver dengan sistim budidaya resirkulasi. Metode eksperimental digunakan dalam penelitian ini dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan volume air yang berbeda (E: 942 l, F: 1413 l, dan G: 750 l). Sampling panjang dan berat dilakukan setiap 2 minggu selama 8 minggu budidaya. Hasil penelitian pertumbuhan panjang dan berat tiap Kolam menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (α > 0.05). Pertumbuhan Mutlak (berat) pada kolam E: 33,33 g, F: 23,33 g, dan kolam G: 40,00 g, sementara pertumbuhan mutlak (panjang) pada kolam E: 8,67 cm, F: 7,67 cm, serta kolam G: 9,50 cm selama 8 minggu budidaya. Hasil dari perhitungan Spesific Growth Rate (SGR) pada kolam E: 0,48; F:0,33 dan G: 0,57 %/hari selama 70 hari budidaya. Pertumbuhan panjang dan berat ikan sidat pada percobaan ini mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan korelasi antara 83,5 – 94,5%. Hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sidat stadia awal elver akan meningkat dengan menurunnya volume air pada kondisi suhu optimum 28±2 ºC. The eel (Anguilla sp.) cultivation in Indonesia recently has just begun to develop, eventhough this species has so many economic prospect especially in eastern Asia and European countries. Aquaculture activities in some province (of Indoesia) still using earthen pond and only certain places which used Resirculating Aquaculure System (RAS) for racing the local eels. The aims of this study were to determine the effect of water volume on early elver of Anguilla bicolor bicolor length and weight growth and it’s corelations. Experimental method was used, complitely random design with 3 treatments of different water volumes i.e. E: 942 liter, F: 1413 liter, and G: 750 l. Sampling were taken every fortnight during 8 weeks culture. The results shows that length and weght growth have no significantly different (α > 0.05). Absolute growth (of weight) in each tank i.e. E: 33.33 g, F: 23.33 g, and G: 40.00 g, meanwhile the length absolute growth i.e. E: 8.67 cm, F: 7.67 cm, and G: 9.50 cm. Spesific growth rate of early elver were: E = 0.48, F=0.33 and G= 0.57 ini % d-1 during 70 d culture. Length and weght growth have a tight correlation i.e. 83.5 to 94.5%. The results of this study indicate that the growth of early eel (Anguilla bicolor bicolor) increased by decreasing water volume in the optimum water temperature of 28±2 ºC.
Pemberian Pakan Pada Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas Linnaeus, 1758) Di Konservasi Pulau Bangka Edi Wibowo Kushartono; Raden Ario; Rini Pramesti; Tiurma S; Alfi Satriadi
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.02 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16557

Abstract

Tingkat keberhasilan hidup tukik menuju dewasa dapat ditentukan dengan pemberian pakan. Rumput laut sebagai pakan tukik telah diujikan pada tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas). Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pengaruh pemberian rumput laut sebagai pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan tukik Penyu Hijau (C. mydas) selama masa pemeliharaan 4 minggu. Penelitian ini menggunakan Metode eksperimen laboratorium dengan materi tukik usia 4 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tukik yang diberi kombinasi pakan Udang ebi dan Rumput laut Sargassum sp. menunjukkan rerata laju pertumbuhan1,56 ± 0,11 gram lebih besar dari tukik yang diberi kombinasi Pelet dan Rumput laut sebesar 1,47 ± 0,14 gram dan kontrol 0,51 ± 0,57 gram. Perlakuan kombinasi tambahan rumput laut terhadap pakan tukik menunjukan hasil yang signifikan (P 0,05) pada laju pertumbuhan. The existence of turtles on the island of Bangka already slowly becomes extinct as the result of increasing mining activity. Feeding can for the survival of adulthood. The purpose of this study is to determine the affect of combinations of different feed on the growth of Green Turtle (Chelonia mydas) period of 4 weeks. This study use laboratory experimental method with the material used was the green turtle hatchlings around the age of 4 months and was conducted in Bangka Beach, Bangka. Result from the study showed that were given a combination of shrimp and Sargassum sp. show that specific growth rate on average 1,56 ± 0,11 gram bigger than that were given a combination of pellets and Sargassum sp. namely 1,47 ± 0,14 gram and 0,51 ± 0,57 gram control. Specific growth rate feeding treated with different combinations shows 17,17 F count > F table 0,05 and 0,01. It is claimed that the two highly significant treatment on a significant 0,05 and 0,01. 
Morphometri Kepiting Soka yang Dipelihara pada Tambak Tradisional di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang Sunaryo Sunaryo; Ali Djunaedi; Adi Santoso
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.025 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16571

Abstract

Kepiting bakau (Scylla  serrata  Forsskål, 1775) merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang dipergunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi kepiting soka. Organisme ini mempunyai nilai ekonomis penting dan banyak dibudidayakan oleh petani tradisional untuk memenuhi kebutuhan pangan baik di pasar lokal maupun ekspor. Dikeluarkannya Keputusan Menteri No 1 Tahun 2015 membuat banyak pembudidaya maupun pengekspor Kepiting Bakau mengalami banyak kerugian karena kepiting soka yang diproduksi kebanyakan tidak memenuhi syarat ukuran yang sesuai dengan ketetapan Pemerintah. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan pendekatan melalui penelitian perubahan morphometri Kepiting Bakau sebelum dan setelah moulting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang/lebar dan berat Kepiting Bakau pada saat sebelum dan setelah moulting yang dipelihara pada lingkungan budidaya di kawasan pertambakan di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Penelitian ini menggunakan Kepiting Bakau (S. serrata Forsskål, 1775), berat 80 - 150 g, dipelihara pada bok plastik (30 x 20 x 25 cm) secara seluler, padat penebaran 15 ekor per m2. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Parameter penelitian ditujukan pada pengukuran morphometri tubuh Kepiting Bakau sebelum dan setelah moulting, yaitu panjang dan lebar carapace serta berat. Parameter morphometrik bagian tubuh kepiting, meliputi: hubungan panjang carapace dan pertambahan panjang carapace, hubungan lebar carapace dan pertambahan lebar carapace, hubungan berat dan pertambahan berat tubuh kepiting bakau dianalisis menggunakan analisis regresi (Sudjana, 1982). Ukuran panjang carapace, lebar carapace dan berat kepiting bakau sebelum moulting satu sama lain menunjukkan adanya pola korelasi linier positif. Pola korelasi yang sama ditunjukkan juga pada hubungan antara ukuran panjang carapace, lebar carapace dan berat Kepiting Bakau sebelum moulting dengan pertambahan panjang carapace, lebar carapace dan berat Kepiting Bakau setelah moulting. Pertumbuhan panjang carapace, lebar carapace dan berat kepiting bakau pada saat moulting masing – masing secara berurutan dicapai sebesar 12,26 % ± SD 5,57 %, 13, 65 % ± SD 3,59 %, 23,46 % ± SD 10,934 %. Dengan diketahuinya parameter tersebut dapat dipergunakan sebagai parameter penentu pemilihan ukuran Kepiting Bakau sebagai bahan baku produksi kepiting soka yang sesuai dengan ketetapan peraturan pemerintah.  Mangrove crabs (Scylla serrata Forsskål, 1775) is one of the biological resources of the sea, that is used as raw material for soft shell crab production. This organism have economically important value and has been widely cultivated by traditional farmers to meet food needs in both the local and export markets. Assigned KepMen No 1 Tahun 2015 made more mangrove crab culturer and exporter were loss in bussines because the producing soft shell crab was not apropriate with the gorverment regulation. Therefore to solve this problem was importantly done the approach through the research about the change of morphometric of mangrove crab before and after moulting.This research was aimed to know the correlation between carapace length, carapace wide and weight of mangrove crab before and after moulting thats reared in the environment culture of brackishwaterpond area in Mojo Village, Ulujami District, Pemalang Regency. This research used mangrove crab (S. serrata Forsskål, 1775), the body weight size of 80-150 g, individually kept in plastic boxes (30 x 20 x 25 cm), 15 pieces per m2 density. Research was carried out using case study method. The research parameters were aimed on the meassuring of the mangrove crab morphometric before and after moulting, such as: carapace  length, carapace wide and body weight.  Morphometric parameters of mangrove crab body, include the rellation of carapace lenght and body weight, carapace wide and body weight, carapace lenght and carapace wide were analyzed with regression metode (Sudjana, 1982). Carapace  length, carapace wide and body weight before moulting one anothers showed a regression of linier positive model. The same correlation model were showed on the correlation between carapace lenght, carapace wide and body weight of mangrove crab before moulting with the addition of carapace  length, carapace wide and body weight of mangrove crab after moulting, each following order, are: 12,26 % ± SD 5,57 %, 13, 65 % ± SD 3,59 %, 23,46 % ± SD 10,934 %. This parameter could be used as defining parameter to choose the size of mangrove crab as raw material for soft shell crab production that appropriate to the goverment regulation. 
Kualitas Ekstrak Karaginan Dari Rumput Laut “Kappaphycus alvarezii” Hasil Budidaya Di Perairan Pantai Kartini Dan Pulau Kemojan Karimunjawa Kabupaten Jepara Endang Supriyantini; Gunawan Widi Santosa; Agus Dermawan
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.352 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16556

Abstract

Karaginan merupakan senyawa hidrokoloid yang diekstraksi dari rumput laut merah jenis Kappaphycus alvarezii. Karaginan dapat digunakan untuk meningkatkan kestabilan bahan pangan baik yang berbentuk suspensi (dispersi padatan dalam cairan), emulsi (dispersi gas dalam cairan). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Kualitas ekstrak karaginan hasil ekstraksi rumput laut K. alvarezii dari dua lokasi sampling yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai bulan Januari 2016, di perairan Pantai Kartini, Jepara dan peraian Kemojan Karimunjawa, Jepara. Hasil penelitian menunjukkan analisis spektra FTIR produk telah memenuhi spesifikasi karaginan standar karena gugus-gugus fungsi yang terdapat pada spektrum sampel yang dihasilkan sama seperti gugus pada kappa karaginan yaitu gugus ester sulfat, OH, ikatan glikosidik. Hasil analisis sifat fisik-kimia karaginan (rendemen, kadar air, kadar abu, kadar sulfat, viskositas, dan kekuatan gel) yang paling baik yaitu karaginan dari perairan Kemojan Karimunjawa dibandingkan karaginan Pantai Kartini. Kadar sulfat Pantai Kartini dan Kemojan Karimunjawa masih dibawah kadar mutu yaitu 15-40 %, Sedangkan kekuatan gel kedua perairan yaitu Kemojan Karimunjawa 78,57 g.cm-2 dan Pantai kartini 61,86 g.cm-2 masih jauh di bawah baku mutu yaitu 685,50 g.cm2. Carrageenan is a hydrocolloid compounds extracted from red seaweed types Kappaphycus alvarezii. Carrageenan can be used to improve the stability of food in the form of suspension or emulsions. The purpose of this study was to determine the quality of the extract of carrageenan extracted from K. alvarezii at two different sampling locations. This research was conducted in August, 2015 and January, 2016. Samples of seaweed obtained from two different waters, namely Kartini Beach and Kemojan Karimunjawa Island, bolt at jepara regency. The results showed the FTIR spectra analysis of the product met the specifications for a standard carrageenan functional groups contained in the sample spectrum as expressed in clusters of kappa carrageenan namely sulphate ester group , OH , glycosidic bond. The results of analysis  of the physical-chemical properties of carrageenan ( yield, moisture content , ash content , sulphate content , viscosity and gel strength ) the best quality of carragenan was obtained from carrageenophyte taken from Kemojan Karimunjawa Island, although sulphate content from two different waters was under quality level at 15 – 40%, while the  gel strength kartini 61.86 g.cm-2 and Kemojan 78.57 g.cm-2 both were still far below the of carrageenophyte quality at 685.50 g.cm-2.
Potensi Antibakteri dari Bakteri Berasosiasi Thalassia hemprichii dari Perairan Lemukutan Nora Idiawati; Mega Sari Juane Sofiana; Diah Wulandari Rousdy
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.797 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16190

Abstract

Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang ada di perairan Lemukutan. T. hemprichii berpotensi menghasilkan senyawa antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari bakteri berasosiasi lamun T. hemprichii dari perairan Lemukutan. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan 6 dari 8 isolat bakteri berasosiasi T. hemprichii aktif terhadap bakteri uji. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekitar isolat bakteri berasosiasi T. hemprichii. Isolat bakteri LM07 menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat terhadap 4 bakteri uji. LM07 menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella typhimurium. Thalassia hemprichii is a species of marine seagrass in the Lemukutan waters. It has a potency as a antibacterial source. The aim of the research was to obtained bacteria associated T. hemprichii. The result of this research showed six of eight bacterial strains have antibacterial activity. A growth inhibition zone formed as a clear zone around bacterial strains. LM07 showed the highest antibacterial activity. This bacteria inhibited the growth of S. aureus, V. cholera, P. aeruginosa dan S. typhimurium.
Analisis Kelayakan Investasi Pada Budidaya Karamba Jala Apung (KJA) Ikan Kerapu Di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara Suryono Suryono; Ria Azizah; Edi Wibowo Kushartono; Raden Ario; Gentur Handoyo
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.461 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16558

Abstract

Kajian Investasi budidaya ikan kerapu di Karimunjawa adalah salah satu usaha guna menumbuhkan promosi investasi di wilayah studi. Kajian ini akan membuat peluang investasi menjadi lebih fokus dan tajam baik dari segi sektor maupun lokasinya, sehingga akan memudahkan investor guna merealisasikan rencana bisnisnya. Studi ini akan memberikan detail informasi kepada investor tentang peluang bisnis pada budidaya ikan kerapu yang sangat layak dilakukan sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir dan wilayah kabupaten Jepara pada umumnya. Metode yang digunakan adalah metode survei. Peluang Investasi dianalisa secara deskriptif. Hasil kajian menunjukan bahwa berdasakan potensi alam, fasilitas infrastruktur produksi, nilai ekonomi serta aspek financial maka kelayakan investasi adalah sangat prospektif dan berpeluang untuk sukses. Analisis financial menunjukan bahwa investasi pada budidaya ikan kerapu di Karimunjawa adalah sangat layak untukdirealisasikan bagi investor. Budidaya ikan kerapu Tikus (Cromileptis altivelis)adalah paling prospektif, dimana nilai Net Present Value (NPV)> 0,yaitu  1,772,764,729,  dan  Profitability Index  (PI) lebih besar dari  1, yaitu 5,543291036.  Payback Periodadalah  2.82 tahun, jika tidak mempertimbangkan nilai uang (Discount Factors) dan 3.65 tahun  jika mempertimbangkan nilai uang. Sedangkan untuk budidaya ikan kerapu bebek(Ephinephelus fuscoguttatus), Net Present Value (NPV)> 0 yaitu  69,938,924, - dan Profitability Index (PI) lebih besar dari 1, yaitu 1,20558783.  (Pay Back Period) adalah  4,13tahun apabila tidak mempertimbangkan nilai uang (Discount Factor), sedangkan apabila mempertimbangkan nilai uang maka menjadi  and 4.64 tahun. Dari analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa meskipun kedua spesies ikan kerapu layak investasi, tetapi ikan kerapu tikuspaling layak investasi, sedangkan ikan kerapu macansebagai produk sampingan investasi, yaitu dengan memanfaatkan sisa pakan yang tidak digunakan dalam budidaya ikan kerapu tikus, sehingga hasilnya akan dapat maksimal. Keseluruhan aspek yang dikaji menunjukan bahwa budiddaya ikan kerapu di Kepulauan Karimunjawa adalah layak investasi. The study of feasibility floating cage culture of grouper fish investment in Karimunjawa is one of the efforts for investment promotion in the studied region. This study will make the investment opportunities become more focus and sharp, both sectoral and location, so it will be easier for investors to execute their investment interest. The purpose of this study, is to provide initial information for investors about business opportunities of grouper fish farming as a very feasible investment opportunities so that can boost the economy of the region and the society of Jepara Regency. The method used in this study was survey  method, descriptive analysiswas conducted to see a of investment opportunities. Based on potential natural resources, location, infrastructure facilities, production, economy value, and financial aspect, the  results of study concluded  that the overall investment is highly prospective and has a fairly high chance to success. The financial analysis showed that investment in grouper fish cultivation in jepara regency is very feasible as a business investment for the investors. Humpback or Polka dot grouper (Cromileptis altivelis) culture is highly prospective and has a fairly high chance. This can be seen from the Net Present Value (NPV) > 0 is equal to 1,772,764,729,  and Profitability Index  (PI) value greater than 1, which is 5,543291036.  While the longer the period the funds invested will return (Payback Period) is 2.82 years if the without considering the time value of money (Discount Factors) and 3.65 years when considering the time value of money. Whereas,  for Brown marbled grouper (Ephinephelus fuscoguttatus), the Net Present Value (NPV) > 0 is equal to  69,938,924, - and Profitability Index (PI) greater than 1, which is 1,20558783. While the longer  period the funds invested will return (Pay Back Period) are 4,13 year if without considering the time value of money (Discount Factors) and 4.64 years when considering the time value of money. From the analysis it can be concluded that all these choices on the investment plan is feasible to run and prospective advantageous. While the best option is an investment plan on investments Humback or Polka Dot grouper (Cromileptis altivelis) cultivation, Brown marbled grouper (Ephinephelus fuscoguttatus) culture whereas it is only a sideline activity and only utilize food wastes are left, so the whole will be able to deliver optimal results in grouper culture.All examined aspects of Grouper cultivation in karimunjawa  gave results that investment activity  is able to be executed. The financial analysis shows that investment in grouper fish cultivation in jepara regency is very feasible to be a business investment for the investors.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue