cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Kandai
ISSN : 1907204X     EISSN : 25275968     DOI : -
Kandai was first published in 2005. The name of Kandai had undergone the following changes: Kandai Majalah Illmiah Bahasa dan Sastra (2005) and Kandai Jurnal Bahasa dan Sastra (2010). Since the name of journal should refer to the name that was registered on official document SK ISSN, in 2016 Kandai started publish issues with the name of Kandai (refer to SK ISSN No. 0004.091/JI.3.02/SK.ISSN/2006 dated February 7th, 2006, stating that ISSN 1907-204X printed version uses the (only) name of KANDAI). In 2017, Kandai has started to publish in electronic version under the name of Kandai, e-ISSN 2527-5968.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 12, No 2 (2016): Kandai" : 13 Documents clear
Daftar Abstrak Bahasa Indonesia J M
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.069 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.699

Abstract

IMPLEMENTASI NILAI BUDAYA SARAPATANGUNA DALAM KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DI KOTA BAUBAU, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Ishak Bagea
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.57 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan implementasi nilai-nilai budaya sarapatanguna dalam kepemimpinan pemerintahan di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai budaya sarapatangunadalam kepemimpinan pemerintahan di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu: 1) di Kota Baubau telah diimplementasikan nilai-nilai budaya malu melalui ungkapan pomae-maeaka, 2) di Kota Baubau telah diimplementasikan nilai-nilai budaya saling memelihara melalui ungkapan popia-piara, 3)di Kota Baubau telah diimplementasikan nilai-nilai budaya saling menyayangi melalui ungkapan poma-masiaka, serta 4)di Kota Baubau telah diimplementasikan nilai-nilai budaya saling menghargai melalui ungkapan poangkaangkataka. Nilai-nilai budaya sarapatanguna tersebut telah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari serta telah di implementasikan dalam kepemimpinan pemerintahan di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga tercipta suasana harmonis, aman, tentram dan damai.
KEDUDUKAN DAN FUNGSI SATUAN LINGUAL /Q/, /N/, /ÈN/, /ÈNG/, DAN /S/ DALAM BAHASA SAMAWA DIALEK TONGO SUBDIALEK LEBANGKAR NFN Kasman
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.586 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.83

Abstract

Bahasa Samawa varian Lebangkar termasuk salah satu varian subdialek dari dialek Tongo.  Di antara sekian dialek dalam bahasa Samawa belum dijumpai satu dialek pun yang memiliki sufiks/akhiran dalam  pembentukan kata. Bertolak dari fenomena tersebut, peneliti mencoba melakukan pengamatan terhadap Subdialek Lebangkar. Dari pengamatan yang peneliti lakukan, peneliti menyadari bahwa subdialek tersebut ternyata memiliki sufiks/akhiran. Satuan lingual yang berkedudukan sebagai sufiks dalam subdialek ini dicurigai pula memiliki kedudukan lain sehingga peneliti merasa tertarik mengadakan pengkajian lebih jauh terhadap kedudukan dan fungsi beberapa satuan lingual yang dicurigai sebagai akhiran yang dimaksud. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sufiks yang ada dalam bahasa Samawa Subdialek Lebangkar dan kedukan lain yang diemban oleh satuan lingual yang diklasifikasi  sebagai sufiks tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap dengan teknik cakap semuka. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik sisip dan teknik ganti. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sufiks dalam bahasa Samawa Subdialek Lebangkar terdiri atas dua macam, yakni {-q} dan {-n}. Pada sisi lain satuan lingual /n/ yang memiliki dua varian berupa /n dan en/ berkedudukan sebagai kata ganti milik yang berbentuk enklitik. Di samping itu, satuan lingual /s/ berkedudukan sebagai kata ganti milik.
Daftar Abstrak Bahasa Inggris J M
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (55.214 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.700

Abstract

CERPEN ““AGIK IDUP AGIK NGELABAN”” MENGGUGAH KEARIFAN MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN HUTAN KALIMANTAN BARAT NFN Musfeptial
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.57 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.88

Abstract

Hutan Kalimantan merupakan satu di antara paru-paru dunia. Namun demikian, telah terjadi kerusakan hutan akibat deforestasi. Keadaan tersebut telah menggugah Dedy Ari Aspar untuk menulis  cerpen “Agik Idup Agik Ngelaban”. Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa penelitian terhadap cerpen ini menarik dan penting untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi utuh  mengenai kritik sosial pada  cerpen tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan  metode penelitian deskriptif analisis. Analisis data menunjukkan adanya kritik sosial pada cerpen ini. Kritik sosial dapat dilihat lewat dua aspek, yaitu lewat kehadiran tokoh dan lewat alur yang terangkai dalam cerita. Kritik sosial lewat tokoh cerita dapat dilihat dari perlawanan yang telah dilakukan tokoh Boni, Medang, Siyan, dan Lansi atas keserakahan yang dilakukan Tuai Rumah Panjang Sungai Besi. Selain itu, kritik sosial juga terlihat secara implisit dari sikap serakah dan tidak berpihaknya  Tuai Rumah Panjang Sungai Besi dan Aparat Bersenjata kepada rakyat sebagai pemilik hutan adat Danau Sentar.  Kritik sosial lewat alur cerita terlihat dari konflik yang dimunculkan pengarang dari awal cerita, konflik memuncak,  hingga konflik mereda.
PENERJEMAHAN BENTUK METAFORA GRAMATIKAL SEBAGAI INDIKATOR KESULITAN PENERJEMAHAN TEKS SAINS DAN HUMANIORA Hero Patrianto
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.613 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.79

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memerikan perbandingan antara penerjemahan teks sains dan humaniora dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia melalui dimensi perbedaan leksikal. Perbandingan tersebut difokuskan pada penerjemahan bentuk metafora gramatikal yang ada pada teks sumber. Bentuk metafora gramatikal pada teks sumber diidentifikasi dengan menggunakan analisis fungsional sistemik. Terjemahan bentuk metafora gramatikal dalam teks sasaran kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis jejaring pilihan untuk mengidentifikasivariasi leksikal teks sasaran terhadap teks sumber. Data berupa klausa dari teks sumber dan teks sasaran. Sumber data adalah empat teks berbahasa Inggris (dua teks sains dan dua teks humaniora) dan terjemahan keempat teks sumber tersebut yang dilakukan oleh lima penerjemah. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa jumlah bentuk metafora gramatikal pada teks sumber humaniora lebih besar daripada teks sumber sains. Ditemukan pula bahwa variasi perbedaan leksikal teks sasaran humaniora lebih tinggi daripada teks sasaran sains. Dua temuan tersebut bersama-sama menjadi indikasi bahwa teks humaniora lebih sulit diterjemahkan daripada teks sains.
BENTUK DERIVASI BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS Wahyu Damayanti
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.586 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.84

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa proses pembentukan kata dalam suatu bahasa yang dilakukan dengan afiksasi dapat mengubah dan dapat mempertahankan identitas leksikal kata dan kategori kata. Fenomena ini banyak dijumpai dalam bahasa Melayu dialek Sambas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk derivasi bahasa Melayu dialek Sambas. Manfaat yang diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pikiran dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa pada umumnya dan sebagai sumber informasi tertulis tentang bentuk derivasi bahasa Melayu dialek Sambas pada khususnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan yang memuat bahasa Melayu dialek Sambas di Kalimantan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak libat cakap, dan teknik catat. Hasil analisis, menunjukkan bahwa afiks derivasi bahasa Melayu dialek Sambas meliputi afiks derivasi pembentuk verba, afiks derivasi pembentuk nomina, afiks derivasi pembentuk numeralia. Afiks pembentuk verba dalam bahasa Melayu Dialek Sambas ada tiga belas yaitu, prefiks be-, prefiks di-, prefiks me, prefiks ti-, sufiks-kan, sufiks –ek, simulfiks N-kan, simulfiks N-an, konfiks di-kan, konfiks di-ek, konfiks me-ek, konfiks be-kan, dan konfiks si-an.Afiks pembentuk nomina ada empat yaitu prefiks pe-, prefiks ke-, sufiks-an, dan konfiks ke-kan. Afiks pembentuk numeralia hanya ada satu yaitu prefiks se-.
Indeks Author J M
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.363 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.701

Abstract

KLASIFIKASI DAN ANALISIS KLAUSA BAHASA CULAMBATU NFN Firman A.D.
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.6 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.80

Abstract

Kajian dalam penelitian ini mengambil bidang sintaksis. Kajian sintaksis dalam penelitian ini difokuskan pada jenis klausa dan analisis klausa bahasa Culambatu. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi dan menganalisis klausa bahasa Culambatu. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sinkronis yang berusaha mendeskripsikan dan memerikan jenis dan struktur klausa bahasa Culambatu yang dipaparkan secara kualitatif. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah berdasarkan unsur internnya, klausa bahasa Culambatu memiliki struktur subjek + predikat, struktur predikat + subjek, dan struktur yang tidak berunsur subjek. Selain itu, dalam bahasa Culambatu juga dikenal klausa positif dan negatif. Berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi predikat ditemukan klausa nominal, klausa verbal, klausa numeral, klausa preposisional, dan klausa adjektival. Dalam analisis klausa bahasa Culambatu berdasarkan fungsi unsur-unsurnya terdiri atas unsur subjek dan predikat, objek dan pelengkap, dan keterangan. Berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi unsurnya, dapat dikemukakan bahwa klausa bahasa Culambatu unsur subjeknya selalu terdiri atas kata atau frasa yang termasuk kategori nomina; unsur predikat dapat terdiri atas kata atau frasa kategori verba, nomina, adjektiva, numeralia, preposisi, dan adverbia. Makna yang terkandung dalam pengisi unsur predikat adalah makna ‘perbuatan’, ‘keadaan’, ‘keberadaan dan kejadian’, ‘pengenal’, ‘jumlah’ dan ‘pemerolehan’.
NILAI MORAL DALAM TANDA BASA BADUY Dody Kristianto; Nur Seha
Kandai Vol 12, No 2 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.586 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i2.85

Abstract

Tanda basa Baduy adalah tuturan yang diucapkan masyarakat Baduy dalam durasi waktu tertentu pada satu acara ritual adat, di antaranya acara lamaran dan bercocok tanam. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam Tanda Basa Baduy. Analisis data dilakukan dengan metode struktur. Struktur yang diteliti adalah struktur yang berhubungan dengan nilai moral dalam Tanda Basa Baduy. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa Tanda Basa digunakan untuk menanamkan perilaku dan moral pada masyarakat Baduy. Hasil pembahasan juga memaparkan ada tujuh nilai moral yang dapat diambil dari Tanda Basa Baduy: (1) sopan dan santun, (2) efektif, (3) jujur dan damai, (4) sederhana, (5) religius, (6) mengikuti ajaran nenek moyang, serta (7) mengakui kesalahan.

Page 1 of 2 | Total Record : 13