cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14124920     EISSN : 27755614     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 5 (2020): MKMI" : 10 Documents clear
Hubungan Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral dengan Kejadian Balita Stunting di Indonesia: Kajian Pustaka Nugraheni, Anastasia Natalia Sonia; Nugraheni, Sri Achadi; Lisnawati, Naintina
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.322-330

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 27,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan target penurunan dalam lingkup nasional yaitu 19%. Stunting pada balita mempunyai dampak jangka panjang seperti produktivitas yang kurang, kemampuan kognitif yang rendah, dan kenaikan berat badan yang berlebih. Rendahnya asupan zat gizi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting, sehingga kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan asupan energi, protein, zat besi, dan seng terhadap kejadian stunting pada balita di Indonesia.Metode: Kajian ini menggunakan literature review. Penelusuran artikel dilakukan melalui jurnal, laporan, dan prosiding dalam 10 tahun terakhir. Ditemukan 606 studi dan diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan 606 studi didapatkan 40 studi yang memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan kajian.Hasil: Berdasarkan  studi yang dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan prevalensi stunting paling tinggi pada tahun 2019 di Nusa Tenggara Timur sebesar 43,82%. Hasil telaah menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi, protein, zat besi, dan seng yang rendah terhadap kejadian stunting. Studi menjelaskan asupan energi berisiko 16,71 kali, asupan protein berisiko 26,71 kali, asupan zat besi berisiko 4 kali, dan asupan seng berisiko 9,24 kali lebih besar terhadap kejadian stunting.Simpulan: Asupan zat gizi pada daerah di Indonesia masih rendah, pada umumnya disebabkan karena konsumsi sumber karbohidrat, protein hewani, dan pengetahuan ibu mengenai pola pemberian makan yang masih rendah. Sehingga diperlukan pemantauan status gizi secara berkala dan memperkuat program pencegahan stunting seperti edukasi kepada ibu mengenai pola pemberian makan pada balita.ABSTRACT Title: Macronutrient and Mineral Intake Associated with Stunting among Indonesian Toddlers: A Literature ReviewBackground: The prevalence of stunting in Indonesia in 2019 is 27,6%, higher than the target of the national reduction of 19%. Stunting has long-term impacts such as less productivity,  cognitive ability, and the risk of chronic disease. Low nutrient intake is one of the risk factors of stunting. This study aims to identify the relationship of energy, protein, iron, and zinc intake with stunting among Indonesian toddlers.Method: This study uses the literature review method. The article search is conducted through journals, reports, and proceedings in the last 10 years. The search result from the article found 606 studies and selected according to the criteria of inclusion. Based on 606 studies obtained 40 studies that meet the criteria of inclusion for review.Result: Based on the result of the literature review in Indonesia showed the highest prevalence of stunting in 2019 in East Nusa Tenggara is 43.82%. The results showed a significant correlation between low energy, protein, iron, and zinc intake with stunting. The study describes low protein intake to be the nutrient intake most associated with stunting, followed by energy, zinc, and iron intake. Risk factors of nutrient intake were 2,52-16,71 times due to low energy intake, 1,6-26,71  times due to low protein intake, 2,87-4  times due to low iron intake, and 1,29-9,24  times due to low zinc intake.Conclusion: Low intake of energy, protein, iron, and zinc has a significant relationship with stunting among Indonesian toddlers. Low protein intake is the most associated nutrient intake for stunting under five.Keywords: Stunting, nutrient intake, toddler
Kandungan E. coli dan Enterococci pada Air Pemandian Umum Pengging Kabupaten Boyolali Ufairoh, Azum; Darundiati, Yusniar Hanani; Wahyuningsih, Nur Endah
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.379-384

Abstract

Latar belakang: Pemandian umum merupakan salah satu sarana rekreasi air tanpa pengolahan dan berada di lingkungan terbuka yang berpotensi menjadi media penyebaran penyakit seperti penyakit gastrointestinal. Kualitas air pemandian umum harus selalu terjaga secara terus menerus sehingga terbebas dari pencemaran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perubahan kualitas air Pemandian Umum Pengging Kabupaten Boyolali.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini menggunakan air Pemandian Umum Pengging, terdiri dari Umbul Temanten, Umbul Ngabean, dan Umbul duda. Metode sampling yang digunakan adalah grab sampling. Sampling dilakukan 3 kali yaitu pada hari padusan, hari Minggu, dan hari Senin. Total sampel yang diteliti sebanyak 39 sampel air.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah E.coli di Pemandian Umum Pengging saat padusan 208 CFU/100 ml, saat hari Minggu 152 CFU/100, dan saat hari Senin 57 CFU/100 ml. Rata-rata jumlah Enterococci saat Padusan 231 CFU/100 ml, hari Minggu 49 CFU/100 ml, dan hari Senin 23 CFU/100 ml. Rata-rata jumlah pengguna saat padusan 122 orang, hari Minggu 56 orang, dan hari Senin 22 orang. Rata-rata nilai pH saat padusan 6,6, hari Minggu 6,7, dan hari Senin 6,8. Rata-rata suhu saat padusan 27oC, hari Minggu 26,6oC, dan hari Senin 26,3oC. Pengujian dengan uji Pearson menunjukan bahwa jumlah E. coli dan Enterococci dipengaruhi oleh jumlah pengguna dengan p-value 0,000 (<0,05)Simpulan: Secara keseluruhan kualitas bakteriologis air Pemandian Umum Pengging belum memenuhi syarat berdasarkan Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 saat terjadi peningkatan jumlah pengguna saat Senin dan Minggu atau padusan.Kata kunci: E. coli, Enterococci, pemandian umum ABSTRACT Title: Study of Bacteriological Water Quality in Pengging Public Bath of Boyolali RegencyBackground: Public bath is one of the recreational water facilities without treatment and located at open environment that has the potential to become a medium for health problems such as gastrointestinal diseases. The quality of public bath water must always be maintained continuously so that it is free from pollution. The purpose of this study was to determine the water quality of Pengging Public Baths in Boyolali Regency.Method: This study used an observational study design cross-sectional approach. The population in this study used the Pengging Public Bathwater consisting of Umbul Temanten, Umbul Ngabean, and Umbul Duda. The sampling method used is grab sampling, where sampling is done 3 times, namely on padusan, Sunday, and Monday. The total sample studied was 39 water samples.Result: The results showed the average number of E. coli in the Pengging Public Bath during padusan 208 CFU / 100 ml samples, on Sunday 152 CFU / 100 ml samples, and Monday 57 CFU / 100 ml samples. The average number of Enterococci at padusan 231 CFU / 100 ml samples, Sunday 49 CFU / 100 ml samples, and Monday 23 CFU / 100 ml samples. The average number of users at padusan is 122 people, Sunday is 56 people, and Monday is 22 people. The average pH value at padusan is 6.6, Sunday 6.7, and Monday 6.8. The average temperature at padusan 27oC, Sunday 26.6oC, and Monday 26.3oC. Pearson correlation test shows that E. coli and Enterococci are affected by the number of users with p-value 0,000 (<0,05).Conclusion: Overall the bacteriological quality of the Pengging Public Bath has not met the requirements based on the Permenkes RI No. 32 of 2017 when there is an increase in the number of users when Monday and Sunday or padusan.Keywords: E. coli, Enterococci, public bath
Karakteristik Pekerja pada Penggilingan Padi di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal Afgrianti, Yuni; Sulistiyani, Sulistiyani; Wahyuningsih, Nur Endah
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.338-344

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Kecamatan Rowosari merupakan salah satu sentra pertanian di Kabupaten Kendal dengan luas lahan pertanian sawah mencapai 20,30 km2 (62,19%) dari luas lahan yang ada. Mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian yaitu sebesar 57,33% rumah tangga, termasuk di industri penggilingan padi. Kegiatan penggilingan padi memiliki potensi bahaya paparan debu. Paparan debu tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Karakteristik responden seperti umur, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga dapat mempengaruhi gangguan fungsi paru. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan bersifat analitik observasional yang dilakukan pada industri penggilingan padi di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Populasi penelitian sebanyak 95 pekerja penggilingan padi dan sampel sebanyak 57 pekerja laki-laki diambil dengan rumus slovin dan teknik simple random sampling. Analisis statistik deskriptif menggunakan distribusi frekuensi. Variabel penelitian ini yaitu umur, masa kerja, lama paparan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga. Hasil: Pekerja berumur ≥40 tahun sebanyak 36 responden (63,2%), masa kerja ≥5 tahun 37 responden (64,9), lama paparan >8 jam 17 responden (29,8%), 33 responden (57,9%) memiliki kebiasaan merokok dan 51 responden (89,5%) tidak rutin berolahraga. Responden yang memiliki gangguan fungsi paru sebanyak 49 responden (86%) dengan 38,6% restriktif, 24,6% obstruktif dan 22,8% mixed. Simpulan: karakteristik pekerja yang terpapar debu penggilingan padi di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal dapat mempengaruhi gangguan fungsi paru. Kata kunci: Karakteristik pekerja, gangguan fungsi paru, penggilingan padiASBTRACTTitle : Characteristics of Workers in Rice Milling in Rowosari District, Kendal RegencyBackground: Rowosari District is one of the agricultural centers in Kendal Regency with an area of paddy farming land reaching 20.30 km2 (62.19%) of the existing land area. The majority of the population works in the agricultural sector, namely 57.33% of households, including in the rice milling industry. Rice milling activities have the potential danger of dust exposure. Exposure to high dust for long periods of time can cause respiratory distress. Respondent characteristics such as age, years of service, duration of exposure, smoking and exercise habits can affect lung function disorders.Method: This study used a cross sectional and observational analytic design conducted in the rice mill industry in Rowosari District, Kendal Regency. The study population was 95 rice mill workers and a sample of 57 male workers were taken with the Slovin formula and simple random sampling technique. Descriptive statistical analysis using frequency distribution. The variables of this study are age, years of service, duration of exposure, smoking and exercise habits.Results: Workers aged ≥40 years were 36 respondents (63.2%), years of service ≥5 years 37 respondents (64.9), duration of exposure> 8 hours 17 respondents (29.8%), 33 respondents (57.9 %) have smoking habit and 51 respondents (89.5%) do not exercise regularly. Respondents who had lung function disorders were 49 respondents (86%) with 38.6% restrictive, 24.6% obstructive and 22.8% mixed.Conclusion: characteristics of workers exposed to rice milling dust in Rowosari District Kendal Regency can affect lung function disorders. Keywords: Worker Characteristics, Lung Function Disorder, Rice Milling
Kajian Literatur Analisis Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode Kualitatif pada Proyek Konstruksi di Indonesia: sebuah review Friyandary, Berliana; Ihsan, Taufiq; Lestari, Resti Ayu
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.331-344

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Proyek konstruksi penyumbang terbesar dalam hal angka kecelakaan kerja di Indonesia. Bahkan, merujuk data Badan Penyelenggara Jasa Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, konstruksi tercatat sebagai jawara nasional kecelakaan kerja dari tahun ke tahun. Di Indonesia angka kecelakaan kerja cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sektor konstruksi menempati urutan tertinggi kecelakaan kerja yaitu 30%. Tingginya risiko kecelakaan pada sektor konstruksi di Indonesia dapat mengakibatkan bahaya bagi para pekerja di sektor tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka perlu dilakukan analisis risiko. Pada kajian ini dikumpulan 10 jurnal nasional tentang analisis risiko proyek konstruksi di seluruh Indonesia dan diharapkan dapat mengetahui tingkatan risiko pada suatu potensi bahaya, sehingga dapat dilakukan pengendalian untuk melindungi tenaga kerja dari kecelakaan.Metode: Penelitian metode analisis risiko kualitatif ini menggunakan identifikasi bahaya JSA, What if dan Checklist.Hasil: Hasil kajian literatur menunjukkan teridentfikasi 10 jenis proyek konstruksi dengan 328 bahaya risiko, terdiri dari 19 risiko sangat tinggi, 68 risiko tinggi, 196 risiko sedang dan 45 risiko rendah. Identifikasi bahaya risiko dilakukan dengan menjabarkan bahaya setiap pekerjaan yang dilakukan pada proyek tersebut. Perbedaan identfikasi risiko dibedakan berdasarkan proses pengumpulan data dengan teknik brainstorming, checklist dan wawancara langsung. Identifikasi bahaya dilakukan agar dapat dilakukan pengendalian risiko lebih lanjut dari pekerjaan tersebut.Simpulan: Dalam melakukan analisis risiko perlu adanya identifikasi risiko dalam menentukan tigkatan risiko dari pekerjaan tersebut, sehingga dapat dilakukan pengendalian risiko.Kata kunci: Analisis risiko, identifikasi bahaya, pengendalian risiko, konstruksi Indonesia ABSTRACTTitle: . Literature Review of Occupational Safety Risk Analysis in Indonesian Construction Projects with Qualitative Methods: a reviewBackground: Construction projects are the biggest contributor to the number of work accidents in Indonesia. Infact, referring to data from the Social Service Administration for Employment (BPJS), construction is listed as the national champion for work accidents from year to year. In Indonesia, the number of work accidents tends to increase from year to year. The construction sector ranks the highest for work accidents, namely 30%. The high risk of accidents in the construction sector in Indonesia can pose a danger to workers in that sector. Therefore, to avoid this, it is necessary to carry out a risk analysis. In this study, 10 national journals on risk analysis of construction projects throughout Indonesia were collected and it is hoped that the risk level of a potential hazard can be identified, so that controls can be carried out to protect workers from accidents.Method: This qualitative risk analysis research uses hazard identification method JSA, What if and Checklist Result:The results of the literature review showed that 10 types of construction projects were identified with 328 risk hazards, consisting of 19 very high risks, 68 high risks, 196 medium risks and 45 low risks. Hazard identification is carried out by describing the hazards of each work carried out on the project. The difference in risk identification is differentiated based on the data collection process with brainstorming techniques, checklists and direct interviews. Hazard identification is carried out so that further risk control can be carried out from the workConclusion: In carrying out risk analysis, it is necessary to identify risks in determining the risk level of the work, so that risk control can be carried out.Keywords: Risk analysis, hazard identification, risk control, Indonesian construction
Praktik Menyusui yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia: Telaah Literatur Chairunnisa, Syifa Al Janna; Nugraheni, Sri Achadi; Kartini, Apoina
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.353-362

Abstract

Latar belakang: Masih rendahnya tingkat menyusui di Indonesia bersamaan dengan cukup tingginya kejadian stunting pada balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi variabel faktor praktik menyusui yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia.Metode: Strategi pencarian literatur dalam database daring dilakukan menggunakan mesin pencarian Portal Garuda, SpringerLink, EBSCOhost, dan Google Scholar dengan kata kunci: stunting, indonesia, breastfeeding. Pembatasan ditetapkan pada artikel: artikel asli dari sumber utama dengan teks penuh, diterbitkan sepuluh tahun terakhir, berbahasa Indonesia dan/atau Inggris. Faktor praktik menyusui yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia diidentifikasi. Dari 808 artikel didapatkan 37 artikel memenuhi kriteria, diidentifikasi dan menghasilkan tiga variabel besar yaitu pelaksanaan IMD, pemberian ASI eksklusif, serta durasi menyusui (lamanya pemberian ASI dalam lingkup waktu luas).Hasil: Variabel yang berhubungan positif dengan kejadian stunting di Indonesia yaitu pelaksanaan IMD serta pemberian ASI eksklusif. Penundaan inisiasi menyusu atau tidak melaksanakan IMD serta tidak memberikan ASI eksklusif menjadi faktor risiko stunting pada balita di Indonesia dengan OR tertinggi masing-masing sebesar 3,69 dan 19,50. Variabel durasi menyusui terhadap kejadian stunting di Indonesia masih inkonklusif dimana durasi menyusui yang lebih lama ditemukan berhubungan positif dan negatif dengan menjadi faktor protektif dan faktor risiko kejadian stunting pada balita di Indonesia.Simpulan: Praktik menyusui yang ditemukan berhubungan signifikan dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia meliputi pelaksanaan IMD, pemberian ASI eksklusif, serta durasi menyusui, menggambarkan bagaimana pentingnya praktik menyusui berinteraksi terhadap status gizi.Kata kunci: stunting; Indonesia; praktik menyusui; balitaABSTRACTTitle: Breastfeeding Practice Factors Associated with Stunting among Under-five Children in Indonesia: A Literature ReviewBackground: Low rates of breastfeeding practices in Indonesia coincide with the high incidence of childhood stunting. This review aimed to identify breastfeeding factor variables associated with stunting among under-five children in Indonesia.Method: Online literature search strategy was conducted using Portal Garuda, SpringerLink, EBSCOhost, and Google Scholar with the following keywords: stunting, Indonesia, breastfeeding. Search limits included: original and full article from primary sources, published in the last ten years, Indonesian and/or English language. Breastfeeding practice factors associated with stunting were identified. From 808 articles, 37 were obtained fulfilling the criteria. They were identified and produced three major variables, including breastfeeding initiation, exclusive breastfeeding, and breastfeeding duration.Result: Variables reported to be positively associated with stunting among under-five in Indonesia were breastfeeding initiation and exclusive breastfeeding. Delayed breastfeeding initiation and non-exclusive breastfeeding were reported to be the risk factors of stunting among under-five in Indonesia with the highest OR of 3,69 and 19,50. The breastfeeding duration variable is still inconclusive, where prolonged breastfeeding was found positively and negatively associated by becoming the protective and risk factors of stunting among under-five children in Indonesia.Conclusion: Breastfeeding practice factors found to be significantly associated with stunting in Indonesia are exclusive breastfeeding, breastfeeding initiation and breastfeeding duration, demonstrating the importance of how breastfeeding practices interact with nutritional status. Keywords: Stunting; Indonesia; breastfeeding practices; under-five children
Gambaran Kepatuhan Minum Obat dalam Pengobatan Massal Pencegahan Filariasis Limfatik di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Mailana, Alfiko Aditya; Saraswati, Lintang Dian; Kusariana, Nissa; Ginandjar, Praba
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.345-352

Abstract

Latar belakang: Indonesia merupakan negara endemis filariasis di Asia Tenggara dengan 236 kabupaten/ kota (46%) termasuk dalam daerah endemis. Kabupaten Semarang menjadi salah satu daerah endemis yang menjalankan POPM filariasis sejak tahun 2017. Pada tahun 2018 terjadi penurunan angka cakupan minum obat dan peningkatan jumlah kasus filariasis di Kabupaten Semarang. Hal tersebut dapat memengaruhi keberhasilan pelaksanaan POPM filariasis di Kabupaten Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kepatuhan minum obat masyarakat dalam POPM filariasis di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif menggunakan desain studi cross sectional dengan metode rapid survey. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang pada bulan September-Oktober 2019. Penelitian ini menggunakan cluster sampling dua tahap dengan unit sampling adalah rukun warga (RW). Jumlah cluster dalam penelitian ini adalah 30 cluster dengan besar sampel sebanyak 210 responden berusia ≥ 18 tahun. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang patuh meminum obat pencegahan filariasis (79,5%) lebih banyak terdapat pada responden dewasa berumur 18-44 tahun (84,6%), berjenis kelamin perempuan (82,8%), tamat SMP/ sederajat (85,7%), tidak bekerja (84,9%), berpengetahuan baik (90,9%), mendapat dukungan kader baik (94,7%), mendapat dukungan sosial baik (84,7%), dan tidak mengalami efek samping obat pencegahan filariasis pada periode pertama (92,7%). Sedangkan, alasan responden tidak meminum obat pencegahan filariasis paling banyak adalah karena takut terhadap efek samping obat (27,9%).Simpulan: Responden dewasa (18-44 tahun), perempuan, tamat SMP/ sederajat, tidak bekerja, berpengetahuan baik, mendapatkan dukungan kader dan sosial baik, serta tidak mengalami efek samping obat pada POPM periode pertama lebih patuh dalam meminum obat pencegahan filariasis.Kata kunci: Filariasis, kepatuhan minum obat, POPM ABSTRACTTitle: Compliance of Taking Drugs in the Filariasis Mass Drug Administration at Banyubiru Sub-district Semarang RegencyBackground: Indonesia is a filariasis endemic country in Southeast Asia with 236 endemic districts (46%). Semarang Regency has become one of the endemic districts that have been running filariasis MDA since 2017. There has been a decreasing of MDA coverage and increasing the number of filariasis cases in 2018. Those problems could affect the success of filariasis elimination. This study aims to describe the community's filariasis MDA compliance in Banyubiru Sub-district.Method: This research is an observational descriptive study. Research was done using a cross-sectional design with a rapid survey method that was conducted in September-October 2019. This study used two-stage cluster sampling with rukun warga (RW) as sample unit, 30 clusters were selected with sample number was 210 of ≥18 years old respondents.Result: Compliant respondents who took filariasis prevention drugs (79.5%) were mostly found in adult respondents aged 18-44 years (84.6%), female (82.8%), completed junior high school/ equivalent (85.7%), jobless (84.9%), have good knowledge (90.9%), have good cadre support (94.7%), have good social support (84.7%), and not experiencing filariasis prevention drugs side effect (92.7%). Meanwhile, respondents mostly did not take filariasis prevention drugs was because they were afraid with side effects of the drug (27.9%).Conclusion: Respondents who adult (18-44 years old), female, graduated from junior high school/ equivalent, jobless, have good knowledge, have good cadre and social support, and not experiencing drugs side effects in the MDA first period are more compliant in taking filariasis prevention drugs. Keywords: Filariasis, drug compliance, filariasis MDA
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Penggilingan Padi: Kajian Sistematis Islamiyati, Nur; Nurjazuli, Nurjazuli; Suhartono, Suhartono
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.311-321

Abstract

Latar belakang:Gangguan fungsi paru dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, hal ini telah ditemukan dalam beberapa penelitian. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru dalam penelitian terdahulu masih belum memiliki kepastian mengenai faktor penyebab. Tujuan dilakukan kajian sistematik guna mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan fungsi paru pada pekerja penggilingan padi.Metode: Kajian ini menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews dan Meta-Analyses). Langkah awal dilakukan identifikasi untuk mengumpulkan artikel dari beberapa database jurnal dan grey literatur. Setelah itu penyeleksian artikel dengan melihat judul, kata kunci dan abstrak artikel. Penilaian kelayakan artikel dilakukan dengan melihat secara keseluruhan teks, tahap ini digunakan untuk menentukan kelayakan artikel yang digunakan.Hasil: Terdapat 7 artikel yang dianalisis dalam kajian ini, indikator gangguan fungsi paru dinilai dengan pengukuran kapasitas paru dalam 6 artikel dan gejala gangguan pernafasan dalam 1 artikel. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan fungsi paru pada pekerja penggilingan padi berdasarkan hasil analisis artikel meliputi umur, lama kerja, masa kerja, kebiasaan merokok, penggunaan alat pelindung diri (APD), paparan debu dan kadar debu.Simpulan: Faktor gangguan fungsi paru yang dominan dalam ketujuh artikel adalah masa kerja. Semakin lama masa kerja semakin besar risiko mengalami gangguan fungsi paru.ABSTRACTTitle : Factors Associated with Impaired Lung Function in Rice Mill Workers: A Systematic StudyBackground: Impaired lung function can be caused by various factors, this has been found in some research. Factors associated with impaired lung function in previous studies are still uncertain about the causative factors. The purpose of systematic review is to find out the factors that can cause lung function disorders in rice milling workers.Method: This review uses the PRISMA method (Preferred Item Reporting for Systematic Review and Meta Analysis). The initial step is to identify the articles to collected from several journal databases and gray literature. After that the article is selected by looking at the title, keywords and article abstract. The eligbility ofthe article by looking at the overall text, at this stage used to decide the appropriateness of the article used.Results: There were 7 articles analyzed in this study, indicators of impaired lung function were assessed by measuring lung capacity in 6 articles and symptoms of respiratory disorders in 1 article. Factors associated with impaired lung function in rice mill workers based on the results of the analysis of the article are age,length of work, work period, smoking habits, use of personal protective equipment (PPE), dust exposure and dust levels.Conclusion: The dominant factor impaired lung function from the seven articles is work period. The longer working period, the greater risk of experiencing lung function disorders.Keywords: Impaired lung function, rice dust, rice milling
PENGARUH MEDIA SOSIAL DAN KETIDAKPUASAN TUBUH PADA PERILAKU DIET MAHASISWA DI KOTA SEMARANG Nohana, Olvinny Caroline; Kusumawati, Aditya; Widjanarko, Bagoes
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.363-367

Abstract

 Latar belakang: Informasi mengenai diet dapat dengam mudah ditemukan melalui media sosial, namun masih terdapat informasi yang kurang tepat yang dapat menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan. Ditemukanya image pada media sosial seperti “cantik Ideal” atau “body goals” dapat meningkatkan ketidakpuasan tubuh. Ketidakpuasan tubuh dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan perilaku diet yang tidak sehat. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, pendekatan kuantitatif, desain penelitian cross sectional dengan sampel 269 responden mahasiswa yang berkuliah di Universitas di kota Semarang dengan kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan berupa angket yan disebar secara online. Analisis data yang digunakan yaitu univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden perempuan (78,8%), laki – laki (21,2%). Kategori Indeks massa tubuh normal (62,1), gemuk berat (17,1), gemuk ringan (12,3%), kurus (6,7%), sangat kurus (1,9%). Perilaku diet sehat (50,9%), perilaku diet tidak sehat (49,1%). Responden yang memiliki kepuasan tubuh (50,2%), ketidakpuasan tubuh (49,8%). Kepercayaan pada informasi diet pada media sosial (81%). Keinginan melakukan diet setelah akses informasi diet pada media sosial (82%).  Simpulan: Dari ketiga faktor (media sosial, sikap, dan ketidakpuasan tubuh) faktor yang mempengaruhi perilaku diet adalah sikap dan ketidakpuasan tubuh. Sedangkan media sosial digunakan sebagai alat mencari informasi mengenai diet dan mendukung niat untuk melaksanakan diet.Kata kunci: Media sosial, diet, ketidakpuasan tubuhABSTRACT Title: The Effect Of Social Media And Body Dissatisfaction On Diet Behaviour In University Students In Semarang Background: Information about diet can be easily found through social media, but there is still inaccurate information that can cause various health problems. Finding images on social media such as “Beauty Ideal” or “body goals” can increase body dissatisfaction. Body dissatisfaction can be one of the factors that increase unhealthy diet behavior.Methods:  This type of research is descriptive analytic, quantitative approach, cross sectional research design with a sample of 269 student respondents studying at universities in the city of Semarang with inclusion criteria. The instrument used was a questionnaire which was distributed online. The data analysis used was univariate and bivariate with the chi-square test.Results: The results showed that the respondents were female (78.8%), male (21.2%). Categories: Normal body mass index (62.1), heavy fat (17,1%), light fat (12,3%), thin (6,7%), very thin (1,9%). Healthy diet behavior (50.9%), unhealthy diet behavior (49.1%). Respondents who have body satisfaction (50.2%), body dissatisfaction (49.8%). Trust in diet information on social media (81%). The desire to go on a diet after accessing diet information on social media (82%).  Conclusion: Of the three factors (social media, attitude, and body dissatisfaction) the factors that influence dietary behavior are attitude and body dissatisfaction. Meanwhile, social media is used as a tool to find information about diet and support the intention to carry out the diet. Keyword: Social media, diet, body dissatisfaction
The constraints of Administrative Readiness in the process to the Regional General Service Agency of Public Health Center in Anambas Islands Regency ANDRI PURNOMO; Sutopo Patria Jati; Ayun Sriatmi
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.368-374

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Puskesmas BLUD memberikan poin lebih dalam hal keleluasaan mengelola keuangan.  Proses pengajuan BLUD Puskesmas selama ini masih terkendala dengan kelengkapan persyaratan yang dianggap belum memenuhi ketentuan. Dari tiga persyaratan hanya persyaratan administratif yang belum dipenuhi. Penelitian ini bertujuan menganalisis kendala kesiapan dalam pemenuhan persyaratan administratif menuju Puskesmas BLUD.Metode: Merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian di Puskesmas Palmatak dan Puskesmas Tarempa dengan alasan kedua puskesmas mempunyai cakupan layanan terbanyak, jumlah kunjungan terbanyak dan sebagai Puskesmas penerima kapitasi terbesar. Subjek penelitian Kepala Puskesmas dan Kepala TU sebagai informan utama dengan informan triangulasi Kepala Dinkes PPKB dan Kabid Pelayanan Kesehatan. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis isi.Hasil: Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Anambas terkendala dengan kemampuan melengkapi persyaratan administratif sehingga dokumen tidak bisa dikumpulkan dalam waktu yang cepat dan lengkap. Dari 6 dokumen yang harus dikumpulkan, Puskesmas Palmatak mengumpulkan 4 dokumen dan Puskesmas Tarempa 2 dokumen. Dokumen yang tidak dikumpulkan oleh kedua Puskesmas adalah dokumen surat pernyataan kesanggupan meningkatkan kinerja dan dokumen laporan audit terakhir. Sementara untuk dokumen pola tata kelola, rencana strategi bisnis dan laporan keuangan pokok masih belum lengkap, sedangkan dokumen standar pelayanan minimal sudah dipenuhi. Kendala Puskesmas dalam melengkapi persyaratan administratif karena kurangnya motivasi dan lemahnya komunikasi internal Puskesmas. Selain itu pemahaman yang tidak benar tentang peran petugas apalagi dilatarbelakangi karakteristik pendidikan yang berbeda.Simpulan:  Puskesmas belum siap menjadi BLUD. Perlu koordinasi intensif antara Puskesmas dan Dinkes PPKB melalui konsultasi secara rutin dan terjadwal.Kata Kunci:  Kendala, persyaratan administratif, Badan Layanan Umum DaerahABSTRACTTitle: The constraints of Administrative Readiness in the process to the Regional General Service Agency of Public Health Center in Anambas Islands RegencyBackground:  The financial managing in the Regional General Service Agency of public health center  were more flexibility.  The submission process of the Regional General Service Agency of public health center stilll constrained by incompleteness of requirements of the provisions. There was only administrative requirement from three requirnents  that have not been fullfill. This research aims to analyze the constraints of readiness in fulfilling the administrative requirements towards the Regional General Service Agency of  public health center.Method:  It is a descriptive research with a qualitative approach. The location of this research in Palmatak Public health center and Tarempa Public health center which has the most service coverage, the largest number of visits and as the largest capitation of recipient's Public health center. The main informant of this research were head of Public health center and head of administration.  The triangulation informants  of this research were  the head of Health Office in Population Control and Family Planning and the head of Health Service. The data collected by  in-depth interviews and document study. This Collected data is analyzed by methods content analysis.Result: The Public health center in the Anambas Islands District was  constrained by the ability to completed the administrative requirements. It caused the documents could not be collected timely and completly. From the 6 documents must be gathered, Palmatak Public health center just collected 4 documents and Tarempa Public health center  just collected 2 documents. The documents did not collected by both public health centres were the ability to improve the performance document and  the latest audit report document. Mainwhile, the governance documents, the business strategy plan and the underlying financial statements were still incomplete but the standard minimal service document was fullfill. The Problem of Public health center in completing the administrative requirement caused by the weak of motivation  and  internal communication in public health center. Besides, the incorrect understanding of employee role because of different educational characteristics. Conclusion: The Public health center is not ready to become a regional General Service Agency. It needs intensive coordination between the Public health center and the Health Department of Population and Family Planning through regular and scheduled consultation.Keywords: Constraints, administrative requirements, regional public service agency
Hubungan Jenis Minyak Goreng, Suhu, dan PH Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Goreng Pedagang Penyetan Elsa Christiana Hutajulu; Nurjazuli Nurjazuli; Nur Endah Wahyuningsih
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 5 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.5.375-378

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Crude Palm Oil (CPO) adalah minyak sayur yang diproduksi oleh kelapa sawit yang ditemukan di Indonesia, kelapa sawit memiliki kualitas yang dapat ditentukan melalui kandungan digliserida dan tingkat asam lemak bebas. Tingkat FFA yang diizinkan oleh pemerintah adalah 0,3% menurut SNI 01-3741-2002, minyak goreng yang telah digunakan secara teratur dengan temperatur tinggi dapat menyebabkan minyak menjadi tidak sehat dan tidak cocok untuk dikonsumsi. Kecamatan Tembalang, kota Semarang merupakan salah satu dari sekian banyak daerah di wilayah Jawa Tengah, terdapat beberapa pedagang yang menjual penyetan, dan lokasinya berada di pinggir jalan, di Kecamatan Tembalang, Semarang. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menganalisa kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng.Metode: Sebuah studi deskriptif observasional dengan pendekatan lintas sectional. Sampel yang 42 sampel dari 3 kali sampling per penyetan kios dengan pengulangan dari 2 kali dengan total sampling. Variabel dalam studi ini adalah kadar asam lemak bebas sebagai variabel dependen dan suhu, pH, dan frekuensi penggorengan sebagai variabel independen. Analisis data dilakukan oleh tes Spearmen Rank.Hasil: Hasil uji laboratorium kadar asam lemak bebas dalam 7 sampel minyak goreng (16,7%) melebihi standar kualitas yang ditentukan. Hasil tes hubungan menunjukkan bahwa suhu (p-nilai = 0,006), pH (p-nilai = 0,038), penggorengan frekuensi (p-nilai = 1 berkaitan dengan tingkat asam lemak bebas dalam minyak goreng yang digunakan oleh pedagang penyeting sepanjang jalan Sirojudin dan BanjarsariSimpulan: Kesimpulan dari studi ini adalah tingkat kadar asam lemak bebas dalam minyak goreng berkaitan dengan suhu, pH, dan frekuensi menggoreng.Kata kunci: Asam lemak bebas, minyak nabati, warung makananABSTRACT Title: Relationship types of cooking oil, temperature, and Ph to the free fatty acid levels in cooking oil Penyetan tradersBackground:Crude Palm Oil (CPO) is a vegetable oil produced by oil palm found in Indonesia, palm oil has a quality that can be determined through the content of diglycerides and the levels of free fatty acids. The level of FFA allowed by the Government is 0.3% according to SNI 01-3741-2002, cooking oil that has been used regularly with high temperatures can cause oil to be unhealthy and not suitable for consumption. Tembalang Subdistrict, Semarang City is one of the many areas in the Central Java region, there are some traders who sell penyetan, and the location is on the roadside, in the Tembalang District of Semarang. The main objective of this study is to analyze the free fatty acid content on cooking oilMethod: An observational descriptive study with cross sectional approach. The samples were 42 samples from 3 times the sampling per penyetan stall with repetitions of 2 times with total sampling. The variables in this study are Free Fatty Acid Levels as the dependent variable and temperature, pH, and frying frequency as independent variables. Data analysis was performed by the Spearmen Rank test.Result: Laboratory test results of free fatty acid levels in 7 cooking oil samples (16.7%) exceeded the specified quality standard. The relationship test results show that temperature (p-value = 0.006), pH (p-value = 0.038), Frying Frequency (p-value = 1) relates to the level of free fatty acids in cooking oil used by penyeting traders along Jalan Sirojudin and BanjarsariConclusion: The conclusion of this study is the level of free fatty acids in cooking oil is related to temperature, pH, type of cooking oil, and the color of cooking oil.Keywords: Free fatty acid, edible oil, food stalls

Page 1 of 1 | Total Record : 10