cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)" : 8 Documents clear
HASIL TANGKAP SAMPINGAN (HTS) PADA PERIKANAN RAWAI TUNA DI SAMUDERA PASIFIK Agustinus Anung Widodo; Budi Iskandar Prisantoso; R Thomas Mahulette
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1839.843 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.265-276

Abstract

Masalah umum yang dihadapi dalam operasi penangkapan ikan terhadap sumberdaya yang sifatnya multi spesies dan multi-cohort di daerah tropis adalah diperolehnya hasil tangkapan bukan spesies target yang biasa disebut hasil tangkap samping (HTS) atau by-catch. Saat ini informasi mengenai HTS pada perikanan rawai tuna di Indonesia yang beroperasi di Samudera Pasifik masih terbatas. Disisi lain informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pengelelolaan sumberdaya tuna yang memadai. Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan infomasi tentang HTS pada perikanan rawai tuna di Samudera Pasifik dilakukan di Bitung bulan Mei sampai Juli 2010. Penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu melalui pengambilan contoh di pusat pendaratan armada rawai tuna (port sampling) dan observer di kapal rawai tuna (onboard observer). Port sampling dilakukan setiap hari pada minngu keempat selama bulan Mei sampai Oktober 2010. Onboard observer dilakukan sebanyak dua trip operasi penangkapan rawai tuna. Data yang dikumpulkan meliputi aspek operasional rawai tuna, jeni ikan HTS dan ukuran panjang cagak ikan HTS. Hasil riset menunjukkan bahwa rata-rata laju pancing HTS selama Mei sampai Oktober 2010 adalah 19,6 kg/100 mata pancing per tawur. Sebanyak 16 spesies HTS rawai tuna dapat diidentifikasi yang didominasi oleh ikan setuhuk hitam atau black marlin (Makaira indica). Ukuran low jaw fork length (LJFL) ikan ikan setuhuk hitam dan ikan meka secara berturut-turut adalah 97-198 cm (modus 141-160 cm), 94-241 cm (modus 161-180 cm) dan ukuran fork length ikan tikusan adalah 96-190 cm (modus 121-140 cm). The common fishing operation problematic in tropical waters which characterized by multispecies and multi-cohort resource is the numbers of bycatch exploited. Currently, the information of bycatch in the longline fishery especially operated in the Pacific Ocean is limited. On the other hand, this information is necessary for the implementation tuna fisheries management framework. The objective of this research is to collate the information of Pacific tuna longline bycatch landed in Bitung during the period of May until July 2010. Research conducted in two ways i.e. through port sampling at the central landing of tuna longline and observer onboard. Port sampling was conducted in the forth week during May until October 2010, whilst observer onboard was conducted in two trips within that period. Data collected consists of operational aspects of tuna longliners, species composition of bycatch and its fork length. Results of this research showed that the average of hook rate during the period of May October 2010 was 19.10 kg/100 hooks per set. Sixteen species of tuna longline bycatch have been identified and showed that black marlin (Makaira indica) was predominant. Size of Low Jaw Fork Length (LJFL) of blackmarlin, swordfish and thresher shark were 97-198 cm (mode 141-160 cm), 94-241 cm (mode 161-180 cm) and 96- 190 cm (121-140 cm) respectively.
PERKEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DAN BAGAN DI PERAIRAN BARAT SUMATERA Tuti Hariati; Khairul Amri
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.829 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.229-235

Abstract

Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan target utama pukat cincin dan bagan yang beroperasi di perairan barat Sumatera. Penelitian pada periode Maret sampai November 2008 di Sibolga bertujuan untuk memperoleh informasi perkembangan perikanan pelagis kecil di barat Sumatera meliputi perkembangan jumlah pukat cincin dan bagan, jumlah trip, lama trip, indeks kelimpahan dan panjang ikan pertama kali tertangkap (lc). Data yang dikumpulkan adalah hasil tangkapan pukat cincin dan bagan per jenis ikan per trip tahun 2007-2008, jumlah trip, lama trip serta frekuensi panjang ikan pelagis kecil dominan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan aktivitas penangkapan (jumlah trip) pukat cincin dari tahun 2002 sampai 2008, sedangkan jumlah trip bagan meningkat sampai tahun 2007 disusul dengan penurunan tajam pada tahun 2008. Indeks kelimpahan (CPUE) ikan pelagis dari pukat cincin tahun 2007 dan 2008 berkisar 500 600kg/hari, naik dari tahun 2003 (400-500 kg/hari). Diduga indeks kelimpahan ikan pelagis kecil di perairan barat Sumatera pada tahun 2008 masih tetap karena meluasnya daerah penangkapan. Penurunan CPUE ikan pelagis kecil bagan perahu dari 590 kg/hari (2007) menjadi 340 kg/hari (2008), diduga merupakan indikasi turunnya kelimpahan jenis-jenis ikan tersebut di perairan pantai yang relatif sempit. Lc ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma) dan banyar (Rastrelliger kanagurta) pada tahun 2008 cenderung turun dibanding tahun 2003-2004, sedangkan nilai Lc ikan layang biru (D. macarellus) cenderung tetap. Untuk mempertahankan kelestarian sumber daya ikan pelagis kecil, perlu dilakukan pengelolaan jumlah kapal pukat cincin dan bagan yang beroperasi di perairan pantai barat Sumatera Small pelagic resources is the main target of both purse seine and boat lift net fisheries operated in the western Sumatera waters . This research was conducted in the period of March until November 2008. The objective is to obtain some information on development of small pelagic fishery in the western Sumatera waters including the number of purse seine and boat lift net, number and duration of trip, index of abundance (CPUE), and fish length of first catch (Lc). Data collected consist of number of purse seine and boat lift net, number of trip catch by species per trip during 2007-2008, and length frequency distribution of several dominant species. The results indicated decreasing of trip number during years 2004 to 2008. The CPUE of purse seine in 2007 and 2008 were 500-600 kg/day, relatively similar with in 2003 (300 400 kg/day). Index of abundance of small pelagic fish caught by purse seine supposed to be stable by expansion of fishing ground toward off shore. The CPUE of boat lift net decreased from 590 kg/day (2007) to 340 kg/day (2008), indicated of decreasing small pelagic fish abundance in the fishing ground of the coastal area. Compared with the length of first catch (Lc) of Decapterus russell, D. macrosoma and Rastrelliger kanagurta in years 2003-2004, Lc values of those species in 2008 decreased, while Lc values of D. macarellus were relatively constant. For maintaining sustainable of small pelagic fishes resources, management the number of both purse seine and boat liftnet is needed.
KERAGAMAN GENETIK IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA Budi Nugraha; Dian Novianto; Abram Barata
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.124 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.277-284

Abstract

Informasi kondisi populasi ikan tuna mata besar di perairan Samudera Hindia belum banyak diketahui. Hal ini dapat diprediksi melalui pendekatan dengan menggunakan analisis DNA. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keragaman genetik dan struktur populasi ikan tuna mata besar dari perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa dan Nusa Tenggara, dan barat Sumatera. Pengambilan sampel ikan tuna mata besar dilakukan pada bulan Maret sampai November 2010 berlokasi di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa dan Nusa Tenggara, dan barat Sumatera. Pengumpulan sampel jaringan (sirip) ikan tuna mata besar dilakukan oleh observer di atas kapal tuna longline. Nilai keragaman haplotipe (genetik) yang diperoleh adalah 0,8267 untuk kelompok sampel 1 dan 0,7766 untuk kelompok sampel 2 dengan nilai rata-rata keragaman genetik adalah 0,8017. Jarak genetik antara kelompok sampel ikan tuna mata besar di Samudera Hindia adalah 0,0038. Dendrogram yang dibentuk berdasarkan jarak genetik menunjukkan bahwa kelompok sampel ikan tuna mata besar yang diamati dapat dibagi menjadi dua kelompok populasi (subpopulasi), yaitu kelompok pertama terdiri dari ikan tuna mata besar yang berasal dari Samudera Hindia selatan Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan kelompok kedua yang berasal dari Samudera Hindia barat Sumatera. Information of bigeye tuna population condition in Indian Ocean has been not known. This can be predicted through the approach of using DNA analysis. This study aimes to obtain information on genetic diversity and population structure of the bigeye tuna from the Indian Ocean south of Java and Nusa Tenggara, and West Sumatra. Sampling bigeye tuna conducted in March until November 2010 is located in the Indian Ocean south of Java and Nusa Tenggara, and West Sumatra. The samples (fin) of bigeye tuna was collected by the observers on board tuna longline. Value of haplotype diversity (genetic) obtained was 0.8267 for the sample group 1 and 0.7766 for sample group 2 with an average was 0.8017. Genetic distance between sample groups of bigeye tuna in the Indian Ocean was 0.0038. Dendrogram established based on genetic distance shows that the group of bigeye tuna observed can be divided into two groups of populations (subpopulations), the first group consisted of bigeye tuna from the Indian Ocean south of Java and Nusa Tenggara, while the second group was from the Indian Ocean west of Sumatra.
POTENSI PRODUKSI IKAN DAN STATUS PERIKANAN DI WADUK MALAHAYU, KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH Andri Warsa; Kunto Purnomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.656 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.237-245

Abstract

Waduk Malahayu di Kabupaten Brebes - Jawa Tengah dengan luas 620 ha mempunyai fungsi utama sebagai penyedia air baku untuk kebutuhan air minum dan irigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga potensi produksi ikan dan status perikanan di Waduk Malahayu. Penelitian dilakukan pada bulan Mei, Juli, Agustus, dan Oktober 2010 dengan metode survei berstrata. Potensi produksi ikan dihitung berdasarkan produktivitas primer fitoplankton dan survey sumberdaya ikan dilakukan dengan pemasangan jaring insang percobaan serta pengumpulan data hasil tangkapan nelayan oleh enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap di Waduk Malahayu adalah ikan mujair (Oreochromis mossambicus), beunteur (Puntius binotatus), sili (Macrognathus aculeatus), nila (Oreochromis niloticus), gabus (Channa striata), dan sepat (Trichogaster pectoralis). Rata – rata nilai produktivitas primer kotor Waduk Malahayu adalah 3,3 mgC/m3/jam dengan rata – rata potensi produksi ikan sebesar 1.337 kg/ha/tahun atau 828 ton/tahun. Jumlah nelayan yang beroperasi di Waduk Malahayu setiap hari berkisar 27 – 70 orang dengan tangkapan per satuan usaha adalah 5,8 kg/orang/ hari dengan rata – rata produksi mencapai 157,3 ton/tahun sehingga tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya sekitar 40 % dari total potensi produksi ikan. Malahayu Reservoir in Brebes Regency, Central Java, a total water surface area of 620 ha has main function as source of drinking water and irrigation. The aim of this study was to estimate the fish potential yield and state of fisheries of the reservoir. The study was conducted in May, July, August, and October 2010 using stratified survey method. Fish potential yield was estimated based on phytoplankton primary productivity and survey of fisheries resources was conducted using experimental gillnets and fish catch data collected by enumerator. The result showed that fish species caught were mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus), spotted barb (Puntius binotatus), lesser spiny eel (Macrognathus aculeatus), nile tilapia (Oreochromis niloticus), striped snakehead (Channa striata) and snakeskin gourame (Trichogaster pectoralis). Average of gross primary productivity of the reservoir was 3.3 mg C/ m3/hour with an average fish potential yield was 1,337 kg/ ha/ year or 828 tons/year. An average of fishermen operated were between 27-70 people per day with an average catch per unit of effort was 5.8 kg/person/day and fish production reached 157.3 tons/year, so that fish resources exploitation was about 40 % of the total fish potential yield.
PENGARUH EPISODE LA NINA DAN EL NINO TERHADAP PRODUKSI BEBERAPA PELAGIS KECIL YANG DIDARATKAN DI PANTAI UTARA JAWA Kamaluddin Kasim; Agustinus Anung Widodo; Andhika Prima Prasetyo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.875 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.257-264

Abstract

Sumberdaya ikan pelagis di Laut Jawa telah dimanfaatkan secara intensif sejak dekade tahun 1980-an danmerupakan kegiatan perikanan utama di Indonesia. Beberapa famili ikan pelagis dominan yang tertangkap diantaranya dari famili Clupeidae, Carangidae dan Scombridae. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh periode La Nina dan El Nino terhadap produksi beberapa jenis ikan yang dominan tertangkap di Pantai Utara Jawa. Penelitian dilakukan selama bulan April sampai dengan September 2010 dengan mengumpulkan data pendaratan ikan melalui enumerator di beberapa lokasi pendaratan ikan yakni PPN Pekalongan; PPI Bajomulyo II dan Bajomulyo I – Juwana; serta PPIRembang. Data SouthernOscilation Indiex (SOI) diperoleh dari situs resmi BadanMetereologi pemerintah Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puncak produksi ikan layang, banyar dan tongkol yang didaratkan di Pantai Utara Jawa relatif lebih panjang pada periode La Nina dibandingkan pada periode El Nino. Rata-rata produksi ikan selar berbeda nyata (P<0,05) antara periode El Nino dan Periode La Nina sedangkan jenis layang, banyar dan tongkol tidak berbeda nyata (P>0,05). Pelagic fish resources in the Northern Coast of Java has been exploited since early 1980’s as themost intensive fishery in Indonesia. Several families of pelagic fish that commonly exploited in Java Sea are Clupeidae, Carangidae, and Scombridae. The study was conducted from March to September 2010 by compiling fish landing data from field enumerators in the several fish landing locations such as PPN Pekalongan, PPI bajomulyo I and Bajomulyo II at Juwana, and PPI Rembang. The Current work aims to determine the production of small pelagic fishery affected by El Nino or La Nina evidence. Southern Oscillation Index (SOI) parameter was used as an indicator of climate change parameter. The results show that the peak of season production of russel’s scad (Decapterus russelli), indianmackerel (Rastrelliger kanagurta), and frigate mackerel (Auxis thazard) weremore longer during the periode of La Nina than those of the periode of El Nino. Average production values of yellowstrip trevally (Selaroides leptolepis) were significantly different during La Nina periodes compared to El Nino periodes (P<0,05) while russel’s scad, indian mackerel, and frigate mackerel did not show significantly different.
STRUKTUR KOMUNITAS DAN BIOMASSA STOK IKAN DI DANAU SEMBULUH DAN PAPUDAK, KALIMANTAN TENGAH Endi Setiadi Kartamihardja; Kunto Purnomo; Zulkarnaen Fahmi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.877 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.285-291

Abstract

Danau Sembuluh (luas 9.612 ha) dan Papudak (luas 247 ha) adalah danau banjiran (flood lake) yang terletak di bagian tengah DAS Seruyan, Kalimantan Tengah merupakan sentra penangkapan ikan. Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan struktur komunitas dan besaran stok ikan serta karakteristik perikanan tangkap di ke dua danau tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survey, pengambilan sampel ikan dengan menggunakan gill net percobaan dan pencatatan data hasil tangkapan ikan harian oleh enumerator. Besaran stok ikan dianalisis menggunakan metode akustik dengan alat Echo sounder portable EY-60, transducer model ES120-7 dengan frekuensi 120 Khz dan alat dioperasikan pada pulsa durasi 0,512 ms. Komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Sembuluh dan Papudak terdiri dari 29 jenis yang didominasi oleh jenis ikan dari famili Cyprinidae. Beberapa jenis ikan yang populasinya menurun dan jarang tertangkap adalah ikan jelawat (Leptobarbus hoevenii), patin (Pangasius spp), bakut (Oxyeleotris marmorata) dan pipih (Notopterus spp). Biomassa stok ikan berkisar antara 64-1.628 kg/ha dengan rata-rata 461,8 kg/ha atau total biomasa stok ikan 4.552,4 ton. Hasil tangkapan ikan berkisar antara 10.212– 9.649 kg/bl dengan rata-rata 39.608 kg/bl, sedangkan rata-rata hasil tangkapan udang galah 1.046 kg/bl. Hasil tangkapan ikan dan udang galah berfluktuasi menurut musim dan fluktuasi permukaan air danau. Produksi ikan di Danau Sembuluh masih dapat ditingkatkan melalui penebaran ikan asli (restocking) yang populasinya sudah menurun sedangkan Danau Papudak sangat potensial untuk dijadikan kawasan suaka produksi ikan. Sembuluh (9,612 ha) and Papudak (247 ha) lakes, a type of flood lake located at central part of Seruyan river basin, is a main fishing area at Central Kalimantan. A study to investigate structure of fish community, fish biomass and characteristics of fisheries of the both lakes has been conducted. A survey method, sampling by using experimental gillnet and daily data of fish catches collected by enumerators were carried out. Fish biomass was analyzed by using hydroaccoustics method with a portable Echo sounder EY-60, transducer model ES120-7 with the frequency of 120 KHz and its operated at pulse duration of 0,512 ms. The results showed that structure of fish community of the Sembuluh and Papudak lakes composed of 29 species which is dominated by species of the cyprinids. Some degraded and rare species are carp (Leptobarbus hoevenii), catfish (Pangasius spp), sand goby (Oxyeleotris marmorata) and feather back (Notopterus spp). Fish stock kibiomass ranged between 64-1,628 kg/ha with an average of 461.8 kg/ha or the total biomass 4,552.4 tones. The actual fish yield was between 10,212– 79,649 kg/month with an average of 39,608 kg/month, while the actual giant prawn yield was 1,046 kg/ month. The fish and giant prawn yield fluctuated by monsoon and water surface fluctuation. The fish production of the Sembuluh lake can be increased through restocking of degraded fish population while the Papudak lake was highly potential and suitable for conservation area.
STANDARDISASI UPAYAPENANGKAPAN PUKAT CINCIN DI LAUT JAWA Mahiswara Mahiswara; Mohamad Natsir; Tri Wahyu Budiarti
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.416 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.247-255

Abstract

Pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa didominasi oleh armada pukat cincin. Pukat cincin merupakan jenis alat tangkap yang efektif yang dalam kajian stok sumber daya ikan pelagis sering dijadikan sebagai alat tangkap standard. Oleh karena armada pukat cincin memiliki variasi karakteristik teknis, maka untuk menghindari bias perlu dilakukan standardisasi upaya. Standardisasi upaya penangkapan kapal pukat cincin di Laut Jawa periode 2006-2008 dilakukan menggunakan metode analisis komponen utama dari karakteristik teknis; panjang kapal, lebar kapal, dalam kapal, tonase, tenaga penggerak, daya lampu, dimensi jaring, kapasitas palka, dan jumlah ABK. Tiga komponen utama telah dapat menjelaskan lebih dari 60 % total varians yang difungsikan untuk menghitung fishing power masing-masing kapal. Metode analisis komponen utama menghindarkan ketergantungan terhadap satu karakter sehingga memungkinkan untuk melakukan penghitungan nilai fishing power bagi kapal pukat cincin baru yang masuk ke dalam armada pukat cincin. Berdasarkan hasil analisis diperoleh fungsi hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) CPUE = 353.4 * 16.95.Ci dan Fishing Power Indeks (FP) = 1 +(16.59) * (353.4)-1. Ci. Exploitation of small pelagic fish resources in Java Sea was dominated by purse seiners fishery. Purse seine is an effective type of fishing gear, this gear was often used as standard fishing gear for pelagic fish stock assessment. Since purse seiners has a variety of technical characteristics, standardization efforts need to be done to avoid the bias during analysis. Catch effort of purse seiners in Java Sea on the period of 2006-2008 was standardized using principal components analysis method of the boat characteristics, boat length, boat width, boat depth, gross tonnage, engine propulsion, light power, net dimensions, fish hold capacity and total number of crews. Three new major components have explained more than 60% of the total variance which enabled to calculate the fishing power of each boat. Principal components analysis method was used to avoid dependence on a single character to allow the calculation of the value of fishing power for new purse seine fleet. Based on the results obtained by analyzing the function of catch per unit effort formula was CPUE = 353.4 * 16.95.Ci and Fishing Power Index (FP) = 1 + (16.59) * (353.4) -1. Ci.
PERCOBAAN PENANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN MENGGUNAKAN FYKE NET MODIFIKASI DI PERAIRAN SELAYAR Syawaluddin Soadiq; Ari Purbayanto; Indra Jaya
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.714 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.4.2011.293-300

Abstract

Fyke net umumnya dioperasikan di sungai dan danau memerangkap ikan yang tergiring oleh jaring pemandu disaat ikan berusaha berenang melawan arus. Fyke net yang dioperasikan di terumbu karang disesuaikan dengan sifat ikan yang secara sukarela masuk kantong fyke net sehingga modifikasi bagian-bagiannya perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas fyke net modifikasi untuk menangkap ikan target dan menganalisis hasil tangkapan terkait dengan aspek keramahan lingkungan. Penelitian dilakukan dengan uji coba penangkapan ikan menggunakan 2 tipe disain fyke net modifikasi yaitu tipe A (sayap dengan serambi) dan tipe B (sayap tanpa serambi). Jumlah individu ikan hasil tangkapan total (ekor) berbeda sangat nyata antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 2,96*B). Berat total (gram) ikan hasil tangkapan juga berbeda sangat nyata antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 5,19*B). Jumlah individu hasil tangkapan ikan karang target berbeda sangat nyata antara fyke net tipe A dan tipe B (A > 15,50*), demikian pula berat ikan karang hasil tangkapan berbeda sangat nyata antara tipe fyke net A dan tipe B (A > 10,56*B), akan tetapi hasil tangkapan ikan non-target antara fyke net tipe A dan B tidak menunjukkan perbedaan. Modifikasi bagian sayap fyke net dengan menambahkan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan secara nyata baik dari segi jumlah (ekor) maupun berat (gram). Rancangan fyke net sayap dengan serambi telah meningkatkan hasil tangkapan berdasarkan jumlah individu dan berat ikan karang target namun tidak menunjukkan peningkatan secara nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan non-target yang merupakan komponen tangkapan sampingan (by-cacth). Penggunakan fyke net modifikasi efektif menangkap ikan karang target dan selektif terhadap ikan non-target. Fyke net as a passive gear is commonly operated stationary or moved in river, lake and estuarin waters. Fish to become entrapped by using net leader that guiding fish when swimming againts currentand finally move into bunt end of fyke net. Reef fish have different characteristic on fyke net interaction which was voluntary trapped on gear, then for this reason the modification of fyke net to catch reef fish is properly needed. This research is to determine effectiveness of modified fyke net on target catch of reef fish and to analyze catch of modified fike net in order to achieve friendly environmental level. This experiment was using two designs of modified fyke net (type-A of chambered wing, type-B of nonchambered wing). Both fyke nets used was simultaneously operated at 25 m distance to sample reef fish in two locations. The fyke nets fished 24 hours then repeated 7 times for each location. The result showed that the reef fish as the target catch was dominant in their weight. While, the reef fish as the non-target catch was dominant in their number. Total catch of fyke net A was significantly higher (2.96 times) than that fyke net B. Moreover, the number of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (15.50 times) than that fyke net B. The weight of reef fish as the target catch of fyke net A was significantly higher (10.56 times) than fyke net B. But, there was no significantly different between fyke net A and B on reef fish as non-target catch. Design of modified fyke nets A was effective to catch reef fish as target catch and selective to catch non-target reef fish.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2011 2011


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue