cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)" : 7 Documents clear
ASPEK BIOLOGI, DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Tirtadanu Tirtadanu; Ali Suman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.866 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.205-214

Abstract

Penangkapan rajungan yang intensif di perairan Kotabaru memerlukan kajian biologi dan dinamika populasi sebagai dasar dalam menentukan pengelolaan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi, dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya rajungan di perairan Kotabaru. Penelitian dilakukan pada Januari – November 2016 di daerah pendaratan rajungan di Kotabaru. Pengambilan sampel dilakukan tiap bulan berbasis enumerator dengan metode random sampling. Analisis dinamika populasi dilakukan dengan model analitik berdasarkan pergeseran modus struktur ukuran lebar karapas. Hasil penelitian menunjukkan modus ukuran rajungan tertangkap adalah 110 mmCW pada jantan dan 120 mmCW pada betina. Pertumbuhan bobot rajungan jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Nisbah kelamin rajungan tidak seimbang dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1,7 : 1. Ukuran rata-rata pertama kali matang gonad (Lm) rajungan betina adalah 110,25 mmCW. Lebar karapas asimptotik (CW) rajungan adalah 179,2 mmCW pada jantan dan 183,6 mmCW pada betina. Laju pertumbuhan rajungan (K) adalah 1,36 per tahun pada jantan dan 1,11 per tahun pada betina. Laju eksploitasi (E) rajungan sebesar 0,68 pada jantan dan 0,77 pada betina menunjukkan tingkat pemanfaatan lebih tangkap (overfishing). Pengelolaan yang disarankan adalah mengurangi upaya penangkapan sekitar 54% dari 4.190 unit armada jaring rajungan, penentuan ukuran minimum rajungan yang boleh tertangkap sebesar 110 mmCW sebagai masukan bila ada revisi terhadap peraturan tentang penangkapan rajungan dan dilakukan penutupan penangkapan pada beberapa daerah asuhan. Intensive fishing on blue swimming crab (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) in Kotabaru waters requires biological study and population dynamic as bases to determine proper management. The current research aims to study biological aspects, population dynamic and exploitation rate of crab in Kotabaru waters. The research was conducted on January-November 2016 at landing site of crab in Kotabaru. Samples were collected every month by enumerator with random sampling method. Population dynamic was analysed by analytical model. Results show that the mode of carapace width was 110 mmCW in males and 120 mmCW in females. The growth in weight of male was greater than female. Sex ratio of male and female crabs was (1.7:1). Length at first (Lm) of female crab was 110.25 mmCW. The asymptotic carapace width (CW) of crab was 179.2 mmCW for male and 183.6 mmCW for female. The growth rate of crab (K) was 1.36 year-1 for male and 1.11 year-1 for female. The explotation rate (E) of crab was 0.68 for males and 0.77 for female so that the exploitation was overfished. From the results obtained, it suggests that the fishing effort should be reduced to 54% of 4.190 gillnet fleet and the minimum legal size would be at 110 mmCW as input for regulation if is needed and it should be determined the closure of fishing activities in some nursery grounds. 
ASPEK BIOLOGI DAN MUSIM PENANGKAPAN LOBSTER (Panulirus spp) DI PERAIRAN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Setiya Triharyuni; Ngurah N Wiadnyana
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1181.431 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.167-180

Abstract

Lobster merupakan komoditas perikanan andalan yang banyak dieksploitasi di perairan Kupang untuk memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri. Hal ini menyebabkan kegiatan penangkapan lobster berlangsung sangat intensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek biologi dan musim penangkapan lobster. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi ukuran panjang karapas dan berat serta jenis kelamin tiap-tiap jenis lobster yang tertangkap serta hasil tangkapan dan upaya yang dilakukan secara bulanan. Data tangkapan lobster yang dianalisis dicatat selama periode Oktober 2015 - Desember 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  terdapat empat jenis lobster dari kelompok Palinuridae, yaitu lobster bambu (P. versicolor), lobster batu (P. penicillatus), lobster pasir (P. homarus) dan lobster mutiara (Panulirus ornatus). Berdasarkan jumlah individu, tangkapan lobster bambu mendominasi yaitu sekitar 60 % dari tangkapan total. Secara umum ukuran dari semua jenis lobster sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang undangan. Nisbah kelamin yang seimbang dan ukuran rata-rata pertama kali tertangkap lebih besar dari setengah panjang infinitif dan panjang pertama matang gonad menunjukkan bahwa sumber daya lobster masih layak untuk dieksploitasi. Musim penangkapan losbter di wilayah Kupang ini secara umum terjadi pada periode musim penghujan yang mulai dari September sampai Februari. Pembinaan kepada nelayan perlu ditingkatkan agar nelayan tetap patuh pada peraturan perundangan yang berlaku, bahkan dapat diikuti dengan nelayan di wilayah lainnya. Lobster fishery commodity in Kupang. Many lobsters are exploited in these waters to meet domestic and foreign market demand. This led to lobster fishing activities very intensive. The research on lobster resources was conducted to analyze the biology aspect and lobster fishing season. Data included, length of the carapace, individual weight, sex of lobsters and the monthly catches and efforts. The lobster catch data analyzed were recorded during the period of October 2015 - December 2016. The results show that there were four species of lobster from the Palinuridae group,i.e:the ornate spiny lobster (Panulirus ornatus), pronghorn spiny lobster (P. penicillatus), scalloped spiny lobster (P. homarus) and painted spiny lobster (P. versicolor). The catch was dominated by P. versicolor with 60% of the total catch. Generally the size of all lobster species with the regulation concerning the lobster fishing. The balance of sex ratio and the size of Lc of more than 0,5 of Land more than length at first maturity indicates that the lobster resource in Kupang and surrounding waters  is still exploited. The losbter fishing season is generally in the rainy season period from September to february. The increase of guidance to fishermen is needed to keep the fishermen the law and regulations, even can be followed by fishermen in other areas.
ASPEK BIOLOGI, SEBARAN, DAN DAERAH ASUHAN UDANG Metapenaeus dobsoni (MIERS, 1878) DI PERAIRAN ACEH TIMUR Dimas Angga Hedianto; Astri Suryandari; Didik Wahju Hendro Tjahjo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.288 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.153-166

Abstract

Udang Metapenaeus dobsoni (Miers 1878) atau dikenal sebagai udang halus/kapur merupakan jenis udang penaeid yang dominan tertangkap di pesisir perairan Aceh Timur. Penelitian yang dilaksanakan pada April dan September tahun 2014-2015 serta April 2016 di perairan Aceh Timur bertujuan untuk mengkaji beberapa aspek biologi, kepadatan stok dan sebarannya, serta menduga daerah asuhan udang Metapenaeus dobsoni yang berguna sebagai bahan masukan untuk pengelolaannya. Aspek biologi udang yang dianalisis meliputi hubungan panjang-berat, kebiasaan makanan, dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm50). Pengambilan sampel untuk mengetahui sebaran Metapenaeus dobsoni dilakukan menggunakan metode sapuan dengan alat tangkap mini beam trawl di 25 stasiun yang mewakili daerah estuaria, sungai, dan pesisir. Udang Metapenaeus dobsoni memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif dengan tingkat trofik sebagai detritivora. Ukuran pertama kali matang gonad dicapai pada ukuran panjang karapas 1,3 cm. Udang Metapenaeus dobsoni tergolong udang kosmopolit dan euryhaline, sehingga menyebar secara luas di sepanjang perairan Aceh Timur. Kepadatan stok udang Metapenaeus dobsoni pada fase juvenil dan udang muda banyak ditemukan di daerah sungai yang ditumbuhi mangrove dengan salinitas di dasar perairan yang relatif rendah dan substrat dominan berupa lumpur (fraksi debu dan liat). Di daerah muara (kuala) dan pesisir dengan substrat dominan pasir dan salinitas cukup tinggi banyak ditemukan udang pada fase muda hingga dewasa. Daerah asuhan utama udang Metapenaeus dobsoni terdapat di Kuala Arakundo.Metapenaeus dobsoni (Miers 1878) shrimp, locally called “udang halus/kapur”, is a dominant penaeid shrimp caught in the coastal waters of East Aceh. The research was conducted in April and September of 2014-2015 and April 2016 in East Aceh waters aims to assess some biological aspects, distribution, stock density, and nursery ground of the shrimp management. Analysis on biological aspects include length-weight relationship, food habits, and carapace length at first maturity (Lm50). Sampling to determine distribution of the species was based on swept area method using mini beam trawl. Total 25 sampling sites selected representing estuary, river, and coastal area, respectively. Metapenaeus dobsoni has negative allometric growth pattern with trophic level as detritivore. Size at first maturity the carapace length of 1.3 cm. Stock density of Metapenaeus dobsoni in the juvenile and adolescent phase commonly found in mangroves-covered river area with relatively low salinity at the bottom waters and have mud as dominant substrate (fraction of silt and clay). The adolescent to adult phase found in the estuary (river mouth) and coastal area with sand as dominant substrate and high salinity waters. The main nursery grounds of Metapenaeus dobsoni found in Kuala Arakundo.
PENCATATAN KEDUA DAN BEBERAPA ASPEK BIOLOGI LOBSTER BATIK MERAH (Panulirus longipes femoristriga Von Martens, 1872) YANG DITANGKAP DI TELUK SEPI, LOMBOK BARAT Amula Nurfiarini; Sri Endah Purnamaningtyas
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.28 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.141-152

Abstract

Panulirus longipes femoristriga atau lobster batik merah merupakan salah satu jenis tropical spiny lobster dari Famili Palinuridae yang jarang ditemukan di Perairan Indonesia. Untuk itu penting dilakukan pengamatan aspek biologi lobster batik merah ini dan sejarah penemuannya di perairan Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode percobaan penangkapan dengan tangan dan bantuan kompresor. Beberapa analisis yang dilakukan antara lain analisis komposisi, kelas ukuran, kebiasaan makanan, analisis tingkat kematangan gonad dan fekunditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sejarah ditemukan, lobster batik merah (P. l. femoristriga) merupakan tropical spiny lobster dari kelompok Palinuridae dan merupakan salah satu sub varian dari lobster batik (P. longipes). Jenis ini tercatat ditemukan di perairan Lombok sebagai lokasi ke empat di Indonesia setelah Perairan Sulawesi, Papua Barat, dan Ambon. Komposisinya di perairan menempati nilai prosentase bobot dan jumlah masing masing dalam kisaran 11,26-12,03 % dan 21,28- 22,5 %, berada di urutan ke empat setelah lobster batu, bambu dan batik. Struktur ukuran hasil tangkapan didominasi ukuran larang tangkap. Kebiasaan makanan dari lobster batik merah terdiri atas kelompok moluska: jenis gastropoda dan bivalvia, krustasea jenis udang udangan dan kepiting serta makrofita. Fekunditas bekisar antara 8.332 – 66.076 butir dengan diameter telur berkisar antara 0,45-0,79 mm. Panjang karapas dan bobot pada saat pertama kali matang gonad masing-masing adalah 3,8 – 4,7 cm (4.3 cm) dan 66,12 – 106,45 gr. (rata rata 87,58 gr).Panulirus longipes femoristriga or red batik lobster (white-whiskered coral crayfish) is one type of tropical spiny lobster from the Family of Palinuridae that is rarely found in Indonesian waters. It is important to observe the biological aspects of this red batik lobster and the history of its discovery in Indonesian waters. The research was carried out using a hand-held method of and compressor equipment. Several analyzes were performed, among others, composition analysis, class size, food habits, maturity level analysis of gonad and fecundity. The results showed that based on the history of the red batik lobster (P. l. femoristriga) tropical spiny lobster of one of sub variants of batik lobster (P. longipes). This species recorded is found in the waters of Lombok as the fourth location in Indonesia after the waters of Sulawesi, West Papua, and Ambon. Its composition occupies precentage value of weight and number of each in the range of 11.26 to 12.03% and 21.28 to 22.5% respectively, ranked as fourth after rock, bamboo and batik lobsters. The size of the catch is dominated by the size of the ban. The food habit of red batik lobsters of mollusks: gastropods and bivalves, crustaceans (shrimps) and crabs as well as macrophytes. Fecundity ranged between 8,332 - 66,076 eggs, with diameter ranging from 0.45 to 0.79 mm. The carapace length and weight at the first mature gonad ranged between 3.8 - 4.7 cm (4.3 cm) and 66.12 - 106.45 gr (average 87.58 gr), respectively.
KONDISI DAN PRIORITAS UNTUK MENGENDALIKAN PEMANFAATAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus, RÜPPELL, 1835) DI KABUPATEN RAJA AMPAT Hendrik Sombo; Mohammad Mukhlis Kamal; Yusli Wardiatno
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.047 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.181-191

Abstract

Hasil survei potensi yang dilakukan IUCN dan LPSPL Sorong menunjukkan nilai kelimpahan ikan napoleon (Cheilinus undulatus) di Kabupaten Raja Ampat termasuk dalam kategori rendah. Walaupun demikian, nelayan tetap menginginkan ada kuota untuk pemanfaatannya karena merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama. Aktivitas pemanfaatan harus disertai dengan upaya pengendalian untuk menjaga kelestarian sumberdaya. Penerapan upaya fishing control dan manajemen kebijakan belum dilakukan secara optimal, sehingga diperlukan penetapan berdasarkan skala prioritas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi pemanfaatan dan menentukan skala prioritas upaya untuk mengendalikan pemanfaatan ikan napoleon di Kabupaten Raja Ampat. Penentuan skala prioritas dianalisis dengan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan melibatkan pakar di bidang konservasi dalam penilaian. Berdasarkan hasil identifikasi, kondisi pemanfaatan ikan napoleon di Kabupaten Raja Ampat dilakukan belum sesuai dengan ketentuan regulasi yang telah ditetapkan. Hasil penilaian dengan model AHP menunjukkan bahwa kriteria yang paling penting untuk mengendalikan pemanfaatan ikan napoleon adalah sumberdaya ikan lestari, dan urutan prioritas alternatif adalah sosialisasi kepada nelayan/pengusaha (bobot 0,2935), pengawasan (bobot 0,2715), survei kelimpahan secara berkala (bobot 0,2181) dan penerapan lalu lintas perdagangan melalui bandara (bobot 0,2169).The results of potential survey by IUCN and LPSPL Sorong showed the abundance value of napoleon fish (Cheilinus undulatus) in Raja Ampat Regency was low category. Nonetheless, the fisher quota for its utilization because it is one of the main sources of livelihood. The utilization activities should be followed by control of effort to maintain resource sustainability. Implementation of fishing control and management decisions has not been done optimally, therefore it need to be set based on priority scale. The purpose of this study were to identify conditions of utilization and to determine the priority scale to control utilization of napoleon wrasse fishery in Raja Ampat Regency. Determination of priority scale were analyzed with Analytical Hierarchy Process (AHP) model by involving experts in the field of conservation in the assessment. Based on the results of identification, the condition of the utilization of napoleon fish in Raja Ampat Regency was not with the regulation. The results of the assessment with AHP model showed that the most important criteria to control utilization of napoleon wrasse fishery is sustainable fish resources, and alternatives priority order are socialization/awareness program to fishers/live fish buyer (value 0.2935), surveillance (value 0.2715), periodic density surveys (value 0.2181) and implementation of trade air-only (value 0.2169).
DINAMIKA POPULASI LOBSTER PASIR (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT Zairion Zairion; Nefi Islamiati; Yusli Wardiatno; Ali Mashar; Rudi Alek Wahyudin; Agus Alim Hakim
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.878 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.215-226

Abstract

Dinamika populasi merupakan aspek penting sebagai dasar pengelolaan perikanan dan informasi tentang aspek tersebut pada lobster pasir masih minim di perairan Palabuhanratu. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek pertumbuhan, pola rekrutmen, mortalitas dan laju eksploitasi lobster pasir (Panulirus homarus) di perairan Palabuhanratu. Penelitian ini dilakukan periode Juni 2015-Mei 2016 dengan metode sensus. Lobster pasir hasil tangkapan jaring insang dasar dengan jumlah total sampel 483 ekor mempunyai panjang karapas antara 28-100 mm. Pola pertumbuhan berdasarkan hasil regresi linear memperlihatkan allometrik negatif. Hasil analisis menggunakan metode ELEFAN I (Electronic Length Frequency Analysis) menunjukan koefisien pertumbuhan lobster pasir jantan (K = 0,29 per tahun), lebih kecil dibandingkan dengan betina (K = 0,40 per tahun). Rekrutmen terindikasi dua puncak dalam setahun: yaitu pada Februari-Mei dan September-Oktober). Laju mortalitaskarena penangkapan (F) mencapai 1,9-2,2 kali laju mortalitas alami (M). Nilai Lc<Lrmemperlihatkan lobster pasir sudah tertangkap sebelum mencapaiukuran rata-rata mengerami telur atau ukuran kematangan reproduktif. Laju eksploitasi lobster pasir mencapai 32-38% di atas laju eksploitasi optimum, sehingga lobster pasir sudah mengalamieksploitasi yang berlebih.Population dynamics is an important aspect as basic of fisheries management and little information of this aspect for spiny lobster fishery in Pelabuhanratu waters. This research aims to evaluate of growth aspects, recruitment pattern, mortality, and exploitation rate of scalloped spiny lobster (Panulirus homarus) in Palabuhanratu waters. This research was conducted in June 2015 until May 2016 using census method. The size of P. homarus captured using bottom gill-net with total sample 483 specimen was between 28-100 mm carapace lengths (CL). Linear regression showed that growth pattern was negative allometric. The growth coefficient of male (K = 0.29 per year) was found smaller than female (K = 0.40 per year) based on ELEFAN I (Electronic Length Frequency Analysis) method. Recruitment seems to be accrued twice peaks a year (February to May and September to October) and the highest was at February to May. Fishing mortality (F) reached 1.9 to 2.2 times of natural mortality (M). The LcÂLr value showed that female has been caught before reached the average size of bearing eggs or reproductive maturity size. The exploitation rate of spiny lobsters reaches 32-38% above optimum level. This study suggests that the spiny lobster fishery in Palabuhanratu in the state of overexploitation.
DINAMIKA POPULASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus, 1758) DI DANAU PANIAI, PAPUA Samuel Samuel; Yoga Candra Ditya; Vipen Adiansyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.087 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.3.2017.193-203

Abstract

Introduksi ikan nila atau “serapia” (Oreochromis niloticus) di Danau Paniai bertujuan untuk meningkatkan diversitas hasil tangkapan dan mengurangi tekanan eksploitasi terhadap jenis ikan endemik. Pertumbuhan dan produksi ikan nila yang cepat tanpa diiringi upaya pengelolaan akan mengancam keberlanjutan ikan endemik di danau. Upaya pengelolaan sumberdaya ikan di suatu perairan membutuhkan informasi dinamika populasi. Penelitian dinamika dan pengelolaan populasi ikan nila dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016. Contoh ikan dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan jaring insang dengan berbagai ukuran mata jaring dan dari 4 (empat) enumerator pada tujuh stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan populasi ikan nila di Danau Paniai didominasi ukuran panjang individu antara 15-25 cm sebanyak 67,24%. Pola pertumbuhan ikan jantan dan betina adalah isometrik, panjang maksimum rata-rata (L) adalah 37,28 cm dan koefisien pertumbuhan (K) adalah 0,50 per tahun. Mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F) masing-masing sebesar 0,99 dan 0,54 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) diperoleh nilai 0,35 lebih kecil dari nilai optimum (E=0,5). Ukuran rata-rata ikan nila tertangkap (Lc) adalah 20,55 cm lebih besar dari ukuran pertama matang gonad (Lm) sebesar 14,73 cm. Nilai Lc>Lm mengindikasikan sebagian besar populasi ikan nila di Danau Paniai sempat melakukan pemijahan sehingga pemanfaatan lebih atau sama dengan nilai optimum diharapkan dapat meningkatkan pemanfataan ikan nila di Danau Paniai. Introduction of nile tilapia (Oreochromis niloticus) in Lake Paniai known as “serapia” is aimed for improving the diversity of catches and reducing the exploitation pressure on the endemic fish species. The rapid growth, reproduction and production of nile tilapia without its management efforts is a new threat to the sustainability of the existence and utilization of endemic fish species in the lake. Management efforts of fish resources require population dynamics information. Research on the dynamics and management of nile tilapia populations was conducted from February to October 2016. Fish samples were collected from fishermen catches using nets with various mesh sizes and from four enumerators at seven observation stations. The results showed that the population of nile tilapia in Lake Paniai was dominated by individual length between 15-25 cm with frequency of 67,24%. The growth pattern of male and female fish were isometric, the average maximum length (L) was 37.28 cm and the growth coefficient (K) was 0.50 per year. Natural mortality (M) and fishing mortality (F) were 0.99 and 0.54 per year respectively. Exploitation rate (E) of 0.35 was smaller than the optimum value (E=0.5). The average size of nile tilapia captured (Lc) was 20.55 cm larger than the first size of gonad maturity (Lm) of 14.73 cm. The Lc value was higher than that the Lm value(Lc>Lm) indicating that most of nile tilapia population in Lake Paniai has spawned so that increasing the more or equal to the optimum value was expected to improve the of nile tilapia fish in Lake Paniai.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue