cover
Contact Name
Muhammad Kurniawan Alfadli
Contact Email
m.kurniawan@unpad.ac.id
Phone
+6285669298592
Journal Mail Official
bsc.ftg@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bulletin of Scientific Contribution : Geology
ISSN : 16934873     EISSN : 2541514X     DOI : doi.org/10.24198/bsc%20geology.v18i1
BSC Geology adalah jurnal yang dikelola oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran,terbit 3 kali dalam setahun (April, Agustus, dan Desember), yang menerbitkan karya tulis ilmiah dalam bidang kebumian terutama yang berkaitan dengan geologi seperti : Petrologi Paleontologi Geomorfologi Stratigrafi Geologi Dinamik Geologi Lingkungan dan Hidrogeologi Geologi Teknik Geokimia Geofisika Sedimentologi. Setiap artikel yang akan diterbitkan adalah bersifat tanpa biaya (no processing charges dan no submission charges). Dewan redaksi dan penerbit tidak pernah meminta bayaran untuk penerbitan pada jurnal ini. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk memperkaya pengetahuan dan informasi tentang ilmu kebumian dan dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan bersama.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY" : 6 Documents clear
Regresi Non-Linear pada Pemodelan Dekompaksi Alam, Syaiful; Nurdradjat, .; Muljana, Budi; Setiadi, Djadjang Jedi
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.801 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i1.20989

Abstract

AbstractDecompaction modeling is critical step in geohistory analysis. Decompaction modeling aims to obtain the thickness of stratigraphic unit before being compacted. Formulation of decompaction modeling requires initial porosity ( )  and coefficient of compaction (c). These two parameters are disentangled by porosity-depth relationship. Exponential model is used as the basis for knowing the relationship. Historically, exponential model often describes a more realistic porosity-depth phenomenon than other models. The exponential model yield the absence of negative porosity as the depth increases. The parameter  and c from a number of data are solved through regression method. This paper presents statistical explanation on non-linear regression to generate a simpler formulation, thus facilitating the calculation of initial porosity and coefficient of compaction. These parameters are used later in decompaction modeling.  Keywords: Decompaction modeling, non-linear regression, initial porosity, coefficient of compaction. AbstrakPemodelan dekompaksi adalah bagian yang penting dalam analisis geosejarah. Pemodelan dekompaksi bertujuan untuk mendapatkan ketebalan unit stratigrafi sebelum mengalami kompaksi. Formulasi pemodelan dekompaksi memerlukan parameter porositas awal ( ) dan koefisien kompaksi (c). Kedua parameter tersebut dapat ditentukan dari model porositas-kedalaman yang digunakan. Model eksponensial dijadikan sebagai landasan untuk mengetahui hubungan tersebut. Secara historis, model eksponensial seringkali menyajikan fenomena porositas-kedalaman yang lebih realistis dibandingkan dengan model lain. Model eksponensial memungkinkan tidak adanya nilai porositas yang negatif seiring dengan bertambahnya kedalaman. Parameter  dan c dari sejumlah data tersebut dapat dicari melalui metode regresi. Paper ini menyajikan pemaparan proses statistik regresi non-linear sehingga menghasilkan formulasi yang lebih sederhana. Formulasi ini memudahkan perhitungan penentuan parameter   dan c. Parameter tersebut digunakan nantinya dalam pemodelan dekompaksi. Kata kunci: Pemodelan dekompaksi, regresi non-linear, porositas awal, koefisien kompaksi.
Karakteristik dan Lingkungan Pengendapan Batubara Eosen Formasi Batu Ayau Cekungan Kutei Atas Bagian Barat Di Daerah Murung Raya Dan Sekitarnya, Kalimantan Tengah Suryanegara, Yoga; Wardhani, Vijaya Isnania; Sunardi, Edy
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.043 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i1.20953

Abstract

Endapan batubara di daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi Batu Ayau yang merupakan bagian dari Kelompok Tanjung pada Cekungan Kutei Atas bagian Barat. Diidentifikasi terdapat sebanyak 22 lapisan batubara dimana 4 (empat) lapisan batubara merupakan seam utama yaitu (dari bawah ke atas): seam B (1.05m), C (1.19m), D (1.43m) dan J (1.44m). Deskripsi megaskopis lapisan batubara: berwarna hitam yang didominasi pita terang (bright) – sangat terang (very bright), pecah blocky – concoidal, dan abundant cleat. Berdasarkan analisa maseral, batubara Eosen ini dapat diklasifikasikan sebagai tipe Vitrinite A. Rank batubara di daerah penelitian adalah low – medium volatile bituminous – semi antrasite (Rv: 1.75 – 2.0 dengan VM-daf: 13.78% – 28.14%) dan memiliki kualitas batubara metalurgi dengan CSN 8.5. Fasies sedimen pembawa batubara berupa perselingan fasies batupasir dengan batulanau dengan sisipan lapisan batubara. Fasies batulanau sisipan batubara diinterpretasikan merupakan endapan rawa yang dipengaruhi oleh aktivitas limpas banjir sedangkan fasies batupasir merupakan tipe endapan channel dan point bar. Kedua fasies sedimen ini diendapkan pada lingkungan fresh water atau sistem lingkungan pengendapan fluvial dengan pola meandering dan/atau braided system yang dipengaruhi oleh floodplain. Lingkungan pengendapan ini terbagi menjadi empat siklus sekuen lingkungan pengendapan fluvial. Berdasarkan analisa kualitas conto diketahui bahwa proses coalification batubara secara vertikal dikontrol oleh proses burial depth dan secara lateral dikontrol oleh adanya struktur geologi yang diidentifikasi sebagai bagian akhir dari Adang Flexure serta oleh adanya intrusi batuan beku Sintang yang tidak tersingkap ke permukaan. Kata kunci: Batubara Eosen, Type, Rank, Batubara Metalurgi, Fluvial System, Coalification.
Duboisia santeng (BOVIDAE, ARTIODACTYLA) DARI BUMIAYU Suharyogi, Ifan Yoga Pratama; Wibowo, Unggul Prasetyo; Insani, Halmi; Setiyabudi, Erick
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (711.943 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i1.20639

Abstract

Telah ditemukan sebuah spesimen fosil tanduk bovidae sebelah kiri pada penelitian lapangan tahun 2016 di Kali Santanaya, Cisaat (Bumiayu). Fosil tanduk tersebut disebandingkan dengan fosil Boselaphus tragocamelus, Tetracerus quadricornis, Bibos palaeosondaicus, Bibos javanicus, Bubalus palaeokerabau, Epileptobos groeniveldtii, dan Duboisia santeng berdasarkan morfologi dan ukurannya. Walaupun merupakan temuan permukaan, namun berdasarkan analisa geologinya disimpulkan berasal dari Formasi Gintung dan berdasarkan biostratigrafi fauna vertebrata dimungkinkan termasuk Unit Fauna Kedung Brubus dengan lingkungan hidup berupa lingkungan hutan yang terbuka.
UMUR FORMASI CANTAYAN DI SUNGAI CIBEET CIANJUR Abdurrokhim, .; Isnaniawardhani, Vijaya; Muhamadsjah, Faizal
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v17i1.21490

Abstract

ABSTRAKFormasi Cantayan yang tersingkap di Sungai Cibeet disusun oleh batupasir dalam berbagai ukuran butir dan ketebalan, breksi dan batulempung. Di bagian bawah disusun oleh perselingan batupasir kasar, dengan ketebalan bervariasi antara 30 sampai dengan 60 cm, dan dapat bisa menumpuk hingga ketebalan lebih dari 5 meter. Sisipan batulempung sesekali muncul diantara batupasir tersebut. Lapisan breksi dijumpai hanya di bagian bawah dari formasi ini. Semakin ke atas batulempung semakin dominan dan batupasir semakin tipis dan halus.Sebanyak 15 (lima belas) contoh batuan telah dipilih untuk analisa paleontologi. Delapan contoh diambil pada lintasan bagian timur dan tujuh contoh telah diambil pada lintasan bagian barat. Sedikitnya 3 (tiga) datum umur dapat ditentukan dari kemunculan beberapa fosil indek yang penting diantaranya adalah: Globoroalia menardii, Globorotalia acostaensis, Globorotalia menotumida dan Hestigerina pelagica. Ketiga datum tersebut adalah N14-N15, N16 dan N17. Dengan demikian Formasi Cantayan yang tersingkap di Sungai Cibeet, Cianjur adalah berumur dalam rentang waktu antara N15 – N 17 (Miosen Akhir).Kata Kunci: Formasi Citayan, Cibeet, Paleontologi, Fosil IndexABSTRACTThe Cantayan Formation which is revealed on the Cibeet River is composed of sandstones in various grain sizes and thicknesses, breccia and claystone. At the bottom are arranged by coarse sandstone intervals, with thicknesses varying from 30 to 60 cm, and can be piled up to a thickness of more than 5 meters. Claystone inserts occasionally appear between these sandstones. The breccia layer is found only at the bottom of this formation. Increasingly the claystone is increasingly dominant and the sandstone is getting thinner and smoother.A total of 15 (fifteen) rock samples have been selected for paleontological analysis. Eight samples were taken on the eastern trajectory and seven samples were taken on the western trajectory. At least 3 (three) datum ages can be determined from the appearance of several important fossil indexes including: Globoroalia menardii, Globorotalia acostaensis, Globorotalia menotumida and Hestigerina pelagica. The three datums are N14-N15, N16 and N17. Thus the Cantayan Formation which was revealed on the Cibeet River, Cianjur is aged in the time span between N15 - N 17 (Late Miocene).Keywords: Citayan Formation, Cibeet, Paleontology, Index Fossil
Stratigrafi Vulkanik Sub DAS Cibadak Implikasinya terhadap Kegiatan Gunungapi Salak Lereng Timur MUTAQIN, DEDEN ZAENUDIN; Mardiana, Undang; Mohammad, Febriwan; Alfadli, Muhammad Kurniawan; Natasia, Nanda
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v17i1.20904

Abstract

Penelitian Stratigrafi rinci mengenai daerah vulkanik masih jarang dilakukan. Hal ini biasanya dikarenakan oleh kondisi lapangan yang sulit ditempuh. Akan tetapi, penelitian fasies vulkanik  ditujukan untuk mengetahui perkembangan gunungapi secara geologi baik dari segi kebencanaan atau potensi. Penelitian ini berlokasi di Sub DAS Cibadak Lereng Timur Gunung Salak untuk mengetahui perubahan litologi baik secara lateral maupun vertikal. Permasalahan dipecahan dengan Observasi lapangan dan karakteristik permukaan. Data lapangan berupa lintasan-lintasan stratigrafi berdasarkan daerah sub DAS Cibadak yang terdiri dari sungai cibadak, cikuda, cipanengah dan cimenteng. Berdasarkan fasies vulknik dari keseluruhan analisis , terdapat 6 kelompok fasies dari muda ke tua yaitu Block and ash flow deposit 2 salak, lava flow 2 salak, block and ash flow deposit 1 salak, lava flow 1 salak, pumice flow deposit salak dan scoria flow deposit pra salak.
IDENTIFIKASI KONDISI FISIK AIR SUMUR DAN POLA ALIRAN AIRTANAH DANGKAL DI KECAMATAN SADANG KEBUMEN Hermawan, Nandian Mareta; Winduhutomo, Sueno; Raharjo, Puguh Dwi
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (725.061 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i1.20201

Abstract

Secara geologi kecamatan Sadang termasuk kedalam kompleks melange Luk Ulo yang merupakan percampuran berbagai jenis blok batuan yang tertanam dalam massa dasar lempung hitam bersisik (scaly clay). Percampuran ini diakibatkan oleh proses subduksi lempeng benua Eurasia dan lempeng samudera Indo-Australia pada zaman kapur. Blok-blok batuan yang tertanam dalam massa dasar lempung hitam itu beraneka jenis, baik batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik air bersih yang dipergunakan sehari-hari oleh masyarakat kecamatan Sadang dan pola aliran airtanah dangkalnya yang selanjutnya untuk mengidentifikasi konservasi airtanah.Pendekatan survei geologi dan pengamatan hidrogeologi di lapangan menghasilkan data pH, TDS dan suhu air bersih serta kondisi pola aliran airtanah dangkalnya. Hasil identifikasi kondisi fisik air bersih di daerah Sadang memperlihatkan variasi nilai pH, TDS dan suhu. Nilai pH air berkisar antara 6,4 – 8,7, dengan rata-rata pH 7,32. Nilai pH terendah tercatat di sumur penduduk (SP) 19 dan SP 23 dengan nilai 6,4, sementara nilai pH tertinggi tercatat di Bak Penampungan (BP) 3 dan BP 4 dengan nilai 8,7. Berdasarkan standar air baku Permenkes No. 32 tahun 2017, pH air baku berada pada kisaran 6,5 – 8,5. Sehingga di empat lokasi yaitu SP 19, SP 23, BP 3 dan BP 4, dimana nilai pH-nya diluar kisaran perlu menjadi perhatian. Secara keseluruhan daerah Sadang dan sekitarnya yang mempunyai nilai rata-rata pH 7,32 merupakan daerah dengan kondisi air yang baku, sedang variasi nilai TDS berkisar antara 29-190, dengan rata-rata TDS 95,87. Nilai TDS terendah tercatat di SP 9 sebesar 29 dan nilai TDS tertinggi tercatat di SP 26 sebesar 190. Berdasarkan standar air baku Permenkes No. 32 (2017), TDS air baku maksimal 500 mg/L. Nilai TDS tertinggi yang tercatat di daerah telitian sebesar 190 mg/L, tidak melebihi 500 mg/L, sehingga secara keseluruhan kondisi titik pengamatan termasuk kedalam air baku dari segi nilai TDS. Variasi nilai suhu berkisar 270C – 320C, dengan rata-rata suhu 28,750C. Nilai suhu terendah tercatat di SP 1, SP 9, SP 10, SP 12, SP 13 sebesar 270C dan nilai suhu tertinggi tercatat di SP 31 dan BP 4 sebesar 320C. Secara keseluruhan nilai suhu air daerah telitian sesuai dengan standar baku air bersih.Pola aliran airtanah di daerah telitian mengalir dari wilayah utara dan wilayah barat menuju wilayah timur dan wilayah selatan dengan ketinggian MAT di wilayah utara dan wilayah barat pada kisaran 55 mdpl semakin ke wilayah selatan dan wilayah timur ketinggian MAT semakin tinggi mencapai 219 mdpl.Kata kunci : geologi, air bersih, Sadang, pola pengaliran, akuifer, konservasi airtanah

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 2 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 23, No 1 (2025): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 22, No 3 (2024): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 22, No 2 (2024): Bulletin of Scientific Contribution:GEOLOGY Vol 22, No 1 (2024): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 21, No 3 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 21, No 2 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 21, No 1 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 20, No 3 (2022): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 20, No 2 (2022): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 20, No 1 (2022): Bulletins of Scientific Contribution : Geology Vol 19, No 3 (2021): Bulletins of Scientific Contribution : Geology Vol 19, No 2 (2021): Bulletins of Scientific Contribution : Geology Vol 19, No 1 (2021): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 18, No 3 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 18, No 2 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 18, No 1 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 17, No 3 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 17, No 2 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY Vol 17, No 1 (2019): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 16, No 3 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 16, No 2 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 16, No 1 (2018): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 15, No 3 (2017): Bulletin of Scientific Contribution:GEOLOGY Vol 15, No 2 (2017): Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY Vol 15, No 1 (2017): Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 3 (2016): Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 2 (2016): Bulletin of Scientific Contribution Vol 14, No 1 (2016): Bulletin of Scientific Contribution Vol 13, No 3 (2015): Bulletin of Scientific Contribution Vol 13, No 2 (2015): Bulletin of Scientific Contribution Vol 13, No 1 (2015): Bulletin of Scientific Contribution Vol 12, No 3 (2014): Bulletin of Scientific Contribution Vol 12, No 2 (2014): Bulletin of Scientific Contribution Vol 12, No 1 (2014): Bulletin of Scientific Contribution Vol 11, No 3 (2013): Bulletin of Scientific Contribution Vol 11, No 2 (2013): Bulletin of Scientific Contribution Vol 11, No 1 (2013): Bulletin of Scientific Contribution Vol 10, No 2 (2012): Bulletin of Scientific Contribution Vol 10, No 1 (2012): Bulletin of Scientific Contribution Vol 9, No 3 (2011): Bulletin of Scientific Contribution Vol 9, No 2 (2011): Bulletin of Scientific Contribution Vol 9, No 1 (2011): Bulletin of Scientific Contribution Vol 8, No 3 (2010): Bulletin of Scientific Contribution Vol 8, No 2 (2010): Bulletin of Scientific Contribution Vol 8, No 1 (2010): Bulletin of Scientific Contribution Vol 7, No 2 (2009): Bulletin of Scientific Contribution Vol 7, No 1 (2009): Bulletin of Scientific Contribution Vol 6, No 2 (2008): Bulletin of Scientific Contribution Vol 6, No 1 (2008): Bulletin of Scientific Contribution Vol 5, No 3 (2007): Bulletin of Scientific Contribution Vol 5, No 2 (2007): Bulletin of Scientific Contribution Vol 5, No 1 (2007): Bulletin of Scientific Contribution Vol 4, No 2 (2006): Bulletin of Scientific Contribution Vol 4, No 1 (2006): Bulletin of Scientific Contribution Vol 3, No 2 (2005): Bulletin of Scientific Contribution More Issue