cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
ISSN : 14103680     EISSN : 25411233     DOI : -
Core Subject : Engineering,
MIPI, Majalah ilmiah Pengkajian Industri adalah wadah informasi bidang pengkajian Industri berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun tulisan ilmiah terkait dalam bidang industri teknologi proses rekayasa manufaktur, industri teknologi transportasi dan kelautan, serta industri teknologi hankam dan material. Terbit pertama kali pada tahun 1996 frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan April, Agustus, dan Desember. MIPI diterbitkan oleh Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa-BPPT
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri" : 10 Documents clear
Penguatan Industri Kendaraan Bermotor Ibrahim, Irwan
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2558.996 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3647

Abstract

Produksi industri mobil terus mobil meningkat dalam beberapa tahun ini. Pada tahun 2012 mencapai 1,065 juta unit. Peraturan Presiden No. 28/2008 menetapkan sasaran produksi tahun 2015 sebanyak 1,6 juta unit yang terdiri dari mobil jenis MPV, truk ringan, kendaraan bermotor hemat energi dan bersahabat dengan lingkungan. Sasaran ekspor juga ditetapkan 386 ribu unit. Namun peran potensi lokal dalam bidang teknologi masih sangat terbatas. Upaya harus dikembangkan untuk memperkutan struktur industri mobil dengan melibatkan kapasitas dalam negeri. Tulisan ini mencoba mengemukakan sebuah alternatif pendekatan dan strategi untuk membuat industri mobil menjadi lebih kuat.Kata kunci: Mobil, Industri, Kapasitas Dalam NegeriAbstractThe production volume of automobile industries increases over the years. In 2012 it reached 1.065 million units. The Presidential Regulation No. 28/2008 stipulates the production target of 1.6 million units in 2015 of MPV’s type, light trucks and energy saving & environmentally friendly vehicles. The export target in 2015 is set for 386,000 units. However, the role of local potential in technology is very limited. Effort has to be assessed to strengthening the structure of automobile industry taking into account local capacities. This paper tries to present an alternative approach and strategy to make the automobile industry stronger.Key words: Car, Local Capacity, Industry12
Metode Perhitungan Satuan Unit Produksi (SUP) dan Indeks Konversi -, Yulianta
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2604.531 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3648

Abstract

Kebijakan tarif jasa angkutan Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan (ASDP) harus diterapkan secara proporsional dan seadil-adilnya kepada setiap muatan berupa penumpang maupun kendaraan dan barang yang ada di atasnya. Prinsipnya adalah semakin banyak sebuah muatan menggunakan sumberdaya maka akan semakin tinggi charge yang dikenakan. Indeks konversi yang dijadikan dasar perhitungan tarif perlu dikaji ulang setelah berlangsung lebih dari 10 tahun. Hal ini dilakukan karena adanya perubahan dimensi kendaraan yang berpengaruh terhadap penerapan tarif. Selain itu sistem tarif dan satuan yang dipakai di ASDP berbeda dari moda angkutan lain yang berlaku di dunia jasa angkutan. Untuk itu agar selaras perlu dilakukan dasar perhitungan dengan metode yang baru. Penyusunan indeks konversi untuk perhitungan tarif ini dilakukan dengan menganalisis hasil pengumpulan data pengukuran fisik langsung terhadap dimensi/ukuran kapal dan fasilitas untuk penumpang serta muatan berupa penumpang dan kendaraan didukung dengan data sekunder terkait. Dari analisis data dihasilkan perhitungan Satuan Unit Poduksi (SUP) penumpang dewasa kelas ekonomi sebagai SUP ‘dasar’ yang bernilai indeks 1 (satu) dalam satuan kubik (m3). Muatan berupa kendaraan berdasar dimensi/ukuran masing-masing diformulasikan kemudian dikonversikan terhadap SUP ‘dasar’ tersebut guna memperoleh besaran SUP masing-masing. Hasilnya dari kendaraan terkecil golongan I besaran SUPnya = 2,36 hingga kendaraan golongan IX dengan besaran SUP = 171,68 (kosong) dan 289,77 (isi). Indeks konversi dengan metode ini bisa mengurangi sisi lemah dari metode sebelumnya sekaligus bisa selaras dengan sistem tarif yang lazim diterapkan pada dunia jasa pengangkutan oleh perusahaan- perusahaan multinasional.Kata kunci : Satuan Unit Produksi (SUP), Indeks Konversi, TarifAbstractASDP freight tariff policy should be applied proportionately and fairly as possible to each passenger and a cargo vehicle and the items on it . The principle is that the more a resource loads using the higher charge will apply. The conversion Index that is used as the basis for calculating tarifhas to be reviewed the last more than 10 years. This is because of vehicle dimension charge that effects tarif. In addition to the tariff system and the unit used in ASDP different from other transport modes prevailing in world freight services. For that to be done in harmony with the basic calculation that the new method. Indexing the conversion rate for the calculation is done by analyzing the results of a direct physical measurement data collection on dimensions/sizes of ships and facilities for passengers and cargo in the form of passengers and vehicles powered by the relevant secondary data . From the analysis of the data calculation generated production Unit (SUP), adult passengers in economy class as SUP 'base' value- index 1 (one) in a cubic unit (m3). A charge based on vehicle dimensions/size of each of them later converted to SUP 'base' in order to obtain the magnitude of SUP, respectively. The results of the smallest vehicle class I have SUP of 2.36 to vehicle classes IX to scale SUP of 171.68(empty) and 289.77 (loaded) . Conversion index with this method can reduce the weak side of the previous methods could well aligned with a common tariff system applied to the world's transportation services by multinational corporationsKey Words : Production Unit, conversion index, Tariff
Fenomena Patah Lelah Batang Torak Mesin Kendaraan Niaga Sunandrio, Hadi
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2570.805 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3649

Abstract

Batang torak (connecting rod) mesin kendaraan niaga mengalami patah di daerahconnecting rod shank, pada saat kendaraan tersebut sedang berjalan.Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan dan pengujian di laboratorium terhadap patahan batang torak tersebut, meliputi : pemeriksaan fraktografi, pemeriksaan metalografi, pengujian kekerasan, analisa komposisi kimia dan pemeriksaan dengan SEM. Dari hasil pemeriksaan dan pengujian diketahui bahwa patahnya connecting rod shankdisebabkan karena mengalami patah lelah (fatigue fracture). Bila dilihat dari luasan area lelah (fatigue area) yang lebih besar dibandingkan dengan sisa patahannya (final fracture), maka dapat diketahui bahwa connecting rod shanktelah mengalami patah lelah akibat beban unidirectional bending, dengan tegangan nominal yang rendah (low nominal stress) tanpa adanya konsentrasi tegangan (no stress concentration). Struktur mikro connecting rod shank adalah ferrite dan pearlite, Dari hasil pemeriksaan komposisi kimia dan pengujian kekerasan menunjukkan jenis materia daril connecting rod shank sesuai dengan spesifikasi yang digunakan, yaitu JIS G 4051 Grade S 20 C.Kata kunci : Batang torak, Patah lelah, Beban tekuk searah, Tegangan nominal rendah, Tanpa konsentrasi teganganAbstractThe connecting rod engine of commercial vehicle was suffering damage on the coneecting rod shank area, while its running. To determine the cause of the damage, it is necessary to do inspection and test on the connecting rod fracture in the laboratory, includes: fractography examination, metallography examination, hardness testing, chemical composition analysis and SEM examination. From the results of inspection and testing are known that the fracture of connecting rod shank caused by fatigue fracture. By observing that extent of fatigue area is larger than the final fracture, shows that the connecting rod shank has suffered unidirectional bending fatigue due to load, with nominal low stress and no stress concentration. Connecting rod shank microstructure is ferrite and pearlite, From the results of the chemical composition and hardness testing indicates the type of connecting rod shank material is in accordance with the specification, JIS G 4051 Grade S 20 C.Keywords : Connecting rod, Fatigue fracture, Unidirectional bending, Low nominal stress, No stress concentration
Permintaan Perjalanan Angkutan Umum Massal Kota Surabaya Utomo, Djoko Prijo
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2602.208 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3650

Abstract

Sebagaimana kota–kota metropolitan di dunia, kemacetan menjadi permasalahan utama dalam bidang transportasi perkotaan. Kemacetan terjadi pada umumnya karena ketidakseimbangan antara penyediaan (supply) dengan permintaan (demand). Usaha untuk menekan jumlah kendaraan di jalan, salah satunya, adalah dengan mempromosikan pengunaan angkutan umum kota. Oleh karena itu diperlukan sebuah perencanaan penyediaan fasilitas angkutan umum. Untuk memperkirakan permintaan angkutan umum dibangun model lalu lintas yang mereplikakan bangkitan, pola dan pembebanan perjalanan. Hasil kalibrasi model distribusi perjalanan menggunakan gravity model diperoleh fungsi impedance yang terbentuk dari fungsi waktu perjalanan dengan faktor  sebesar 0.063. Perbedaan mean trip length model (dengan observed adalah -5,4%. Mean trip length (MTL) model dengan angkutan umum adalah 17,04 menit dan hasil survai 18,02 menit. Model yang terbangun validasinya cukup baik dengan indikator R2 terhadap data observed sebesar 0,88. Hasil dari seluruh tahapan proses pemodelan diperoleh total permintaan perjalanan dengan angkutan umum tahun 2030 diperkirakan mencapai 67.800.434 penumpang/tahun.Kata kunci: Angkutan umum masal, Distribusi perjalanan, Gravity model.AbstractAs metropolitan cities in the world, congestion becomes a major problem in the field of urban transport. Congestion occurs generally due to an imbalance between supplyand demand. Attempts to reduce the number of vehicles on the road, one of which, is to promote the utilization of public transport. Therefore we need a plan for the provision of public transport facilities. To estimate the demand for public transport, it is built transport model which is replicating the trip generation, trip distribution and trip assignment. The results of the trip distribution model calibration using a gravity model obtained impedance function which is formed from travel time functionby a factor of 0.063. Mean trip length difference between model and observed is equal -5,4%.Mean trip length (MTL) model utilizing public transportsis about 17.04 minutes whereasMTL resulted from traffic survey is about 18.02 minutes.The model validation is quite well with observed data by showing the R2 indicatorof about 0.88.The results fromall stages modeling process obtained total travel demand by public transport in the year of 2030 is estimated at about 67,800,434 passengers/year.Keywords: Mass transit, Trip distribution, Gravity model.
Penerapan Metode AHP dalam Proses Pemilihan Alat Angkut Berat pada Konstruksi Terowongan Layang Bawah Laut Purnomo, Dwi Agus
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2590.943 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3651

Abstract

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970an. Metode ini adalah merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. Pemanfaatan dari metode AHP ini akan dapat membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria. Dalam sistem pengelolaan kinerja yang dimaksud dengan kriteria tersebut, yang selanjutnya disebut Kinerja Pengelolaan Indikator (KPI). Penerapan metode AHPdalam proses pemilihan alat angkut berat diaplikasikan pada proyek pembangunan terowongan layang bawah laut di Kepulauan Seribu dengan mengidentifikasi atribut kriteria dan alternatif untuk, menentukan besar prioritas atribut dan alternative. Proses analisis melalui pendekatan AHP dengan atribut kriteria- Level 1 dan alternatif-Level 2 terhadap tujuan-Level 0; maka dipilih jenis alat angkut berat sebagai alternatif dengan unsur kriteria tertentu.Kata kunci : AHP, Konstruksi Terowongan Layang Bawah Laut.AbstractAnalytic Hierarchy Processherein after referred as AHP is a method that has developed by Thomas L. Saaty in year 1970. This method is likely a decision making system within using mathematic model. Utilization of AHP method that can help people to decide several criteria priority by pare analysis of each criteria. In managing system of performance mentioned with these criteria that can referred as Indicator Management Performance. Application of AHP method in processing of heavy equipment selection will be applied in submerged floating tunnel construction project at Kepulauan Seribu by identify criteria attribute and alternative to decide priority vector of these attribute and alternative. Analyzing process thorough AHP nearby within attribute criteria-Level1 and alternative criteria-Level2 face to objective criteria-Level 0, therefore it can be selected the heavy equipment as the alternative with the element criteria.Key words : AHP, Submerged Floating Tunnel Construction.
Penguatan Industri Kendaraan Bermotor Irwan Ibrahim
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3647

Abstract

Produksi industri mobil terus mobil meningkat dalam beberapa tahun ini. Pada tahun 2012 mencapai 1,065 juta unit. Peraturan Presiden No. 28/2008 menetapkan sasaran produksi tahun 2015 sebanyak 1,6 juta unit yang terdiri dari mobil jenis MPV, truk ringan, kendaraan bermotor hemat energi dan bersahabat dengan lingkungan. Sasaran ekspor juga ditetapkan 386 ribu unit. Namun peran potensi lokal dalam bidang teknologi masih sangat terbatas. Upaya harus dikembangkan untuk memperkutan struktur industri mobil dengan melibatkan kapasitas dalam negeri. Tulisan ini mencoba mengemukakan sebuah alternatif pendekatan dan strategi untuk membuat industri mobil menjadi lebih kuat.Kata kunci: Mobil, Industri, Kapasitas Dalam NegeriAbstractThe production volume of automobile industries increases over the years. In 2012 it reached 1.065 million units. The Presidential Regulation No. 28/2008 stipulates the production target of 1.6 million units in 2015 of MPV’s type, light trucks and energy saving & environmentally friendly vehicles. The export target in 2015 is set for 386,000 units. However, the role of local potential in technology is very limited. Effort has to be assessed to strengthening the structure of automobile industry taking into account local capacities. This paper tries to present an alternative approach and strategy to make the automobile industry stronger.Key words: Car, Local Capacity, Industry12
Metode Perhitungan Satuan Unit Produksi (SUP) dan Indeks Konversi Yulianta -
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3648

Abstract

Kebijakan tarif jasa angkutan Angkutan Sungai, Danau dan Penyebrangan (ASDP) harus diterapkan secara proporsional dan seadil-adilnya kepada setiap muatan berupa penumpang maupun kendaraan dan barang yang ada di atasnya. Prinsipnya adalah semakin banyak sebuah muatan menggunakan sumberdaya maka akan semakin tinggi charge yang dikenakan. Indeks konversi yang dijadikan dasar perhitungan tarif perlu dikaji ulang setelah berlangsung lebih dari 10 tahun. Hal ini dilakukan karena adanya perubahan dimensi kendaraan yang berpengaruh terhadap penerapan tarif. Selain itu sistem tarif dan satuan yang dipakai di ASDP berbeda dari moda angkutan lain yang berlaku di dunia jasa angkutan. Untuk itu agar selaras perlu dilakukan dasar perhitungan dengan metode yang baru. Penyusunan indeks konversi untuk perhitungan tarif ini dilakukan dengan menganalisis hasil pengumpulan data pengukuran fisik langsung terhadap dimensi/ukuran kapal dan fasilitas untuk penumpang serta muatan berupa penumpang dan kendaraan didukung dengan data sekunder terkait. Dari analisis data dihasilkan perhitungan Satuan Unit Poduksi (SUP) penumpang dewasa kelas ekonomi sebagai SUP ‘dasar’ yang bernilai indeks 1 (satu) dalam satuan kubik (m3). Muatan berupa kendaraan berdasar dimensi/ukuran masing-masing diformulasikan kemudian dikonversikan terhadap SUP ‘dasar’ tersebut guna memperoleh besaran SUP masing-masing. Hasilnya dari kendaraan terkecil golongan I besaran SUPnya = 2,36 hingga kendaraan golongan IX dengan besaran SUP = 171,68 (kosong) dan 289,77 (isi). Indeks konversi dengan metode ini bisa mengurangi sisi lemah dari metode sebelumnya sekaligus bisa selaras dengan sistem tarif yang lazim diterapkan pada dunia jasa pengangkutan oleh perusahaan- perusahaan multinasional.Kata kunci : Satuan Unit Produksi (SUP), Indeks Konversi, TarifAbstractASDP freight tariff policy should be applied proportionately and fairly as possible to each passenger and a cargo vehicle and the items on it . The principle is that the more a resource loads using the higher charge will apply. The conversion Index that is used as the basis for calculating tarifhas to be reviewed the last more than 10 years. This is because of vehicle dimension charge that effects tarif. In addition to the tariff system and the unit used in ASDP different from other transport modes prevailing in world freight services. For that to be done in harmony with the basic calculation that the new method. Indexing the conversion rate for the calculation is done by analyzing the results of a direct physical measurement data collection on dimensions/sizes of ships and facilities for passengers and cargo in the form of passengers and vehicles powered by the relevant secondary data . From the analysis of the data calculation generated production Unit (SUP), adult passengers in economy class as SUP 'base' value- index 1 (one) in a cubic unit (m3). A charge based on vehicle dimensions/size of each of them later converted to SUP 'base' in order to obtain the magnitude of SUP, respectively. The results of the smallest vehicle class I have SUP of 2.36 to vehicle classes IX to scale SUP of 171.68(empty) and 289.77 (loaded) . Conversion index with this method can reduce the weak side of the previous methods could well aligned with a common tariff system applied to the world's transportation services by multinational corporationsKey Words : Production Unit, conversion index, Tariff
Fenomena Patah Lelah Batang Torak Mesin Kendaraan Niaga Hadi Sunandrio
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3649

Abstract

Batang torak (connecting rod) mesin kendaraan niaga mengalami patah di daerahconnecting rod shank, pada saat kendaraan tersebut sedang berjalan.Untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan dan pengujian di laboratorium terhadap patahan batang torak tersebut, meliputi : pemeriksaan fraktografi, pemeriksaan metalografi, pengujian kekerasan, analisa komposisi kimia dan pemeriksaan dengan SEM. Dari hasil pemeriksaan dan pengujian diketahui bahwa patahnya connecting rod shankdisebabkan karena mengalami patah lelah (fatigue fracture). Bila dilihat dari luasan area lelah (fatigue area) yang lebih besar dibandingkan dengan sisa patahannya (final fracture), maka dapat diketahui bahwa connecting rod shanktelah mengalami patah lelah akibat beban unidirectional bending, dengan tegangan nominal yang rendah (low nominal stress) tanpa adanya konsentrasi tegangan (no stress concentration). Struktur mikro connecting rod shank adalah ferrite dan pearlite, Dari hasil pemeriksaan komposisi kimia dan pengujian kekerasan menunjukkan jenis materia daril connecting rod shank sesuai dengan spesifikasi yang digunakan, yaitu JIS G 4051 Grade S 20 C.Kata kunci : Batang torak, Patah lelah, Beban tekuk searah, Tegangan nominal rendah, Tanpa konsentrasi teganganAbstractThe connecting rod engine of commercial vehicle was suffering damage on the coneecting rod shank area, while its running. To determine the cause of the damage, it is necessary to do inspection and test on the connecting rod fracture in the laboratory, includes: fractography examination, metallography examination, hardness testing, chemical composition analysis and SEM examination. From the results of inspection and testing are known that the fracture of connecting rod shank caused by fatigue fracture. By observing that extent of fatigue area is larger than the final fracture, shows that the connecting rod shank has suffered unidirectional bending fatigue due to load, with nominal low stress and no stress concentration. Connecting rod shank microstructure is ferrite and pearlite, From the results of the chemical composition and hardness testing indicates the type of connecting rod shank material is in accordance with the specification, JIS G 4051 Grade S 20 C.Keywords : Connecting rod, Fatigue fracture, Unidirectional bending, Low nominal stress, No stress concentration
Permintaan Perjalanan Angkutan Umum Massal Kota Surabaya Djoko Prijo Utomo
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3650

Abstract

Sebagaimana kota–kota metropolitan di dunia, kemacetan menjadi permasalahan utama dalam bidang transportasi perkotaan. Kemacetan terjadi pada umumnya karena ketidakseimbangan antara penyediaan (supply) dengan permintaan (demand). Usaha untuk menekan jumlah kendaraan di jalan, salah satunya, adalah dengan mempromosikan pengunaan angkutan umum kota. Oleh karena itu diperlukan sebuah perencanaan penyediaan fasilitas angkutan umum. Untuk memperkirakan permintaan angkutan umum dibangun model lalu lintas yang mereplikakan bangkitan, pola dan pembebanan perjalanan. Hasil kalibrasi model distribusi perjalanan menggunakan gravity model diperoleh fungsi impedance yang terbentuk dari fungsi waktu perjalanan dengan faktor  sebesar 0.063. Perbedaan mean trip length model (dengan observed adalah -5,4%. Mean trip length (MTL) model dengan angkutan umum adalah 17,04 menit dan hasil survai 18,02 menit. Model yang terbangun validasinya cukup baik dengan indikator R2 terhadap data observed sebesar 0,88. Hasil dari seluruh tahapan proses pemodelan diperoleh total permintaan perjalanan dengan angkutan umum tahun 2030 diperkirakan mencapai 67.800.434 penumpang/tahun.Kata kunci: Angkutan umum masal, Distribusi perjalanan, Gravity model.AbstractAs metropolitan cities in the world, congestion becomes a major problem in the field of urban transport. Congestion occurs generally due to an imbalance between supplyand demand. Attempts to reduce the number of vehicles on the road, one of which, is to promote the utilization of public transport. Therefore we need a plan for the provision of public transport facilities. To estimate the demand for public transport, it is built transport model which is replicating the trip generation, trip distribution and trip assignment. The results of the trip distribution model calibration using a gravity model obtained impedance function which is formed from travel time functionby a factor of 0.063. Mean trip length difference between model and observed is equal -5,4%.Mean trip length (MTL) model utilizing public transportsis about 17.04 minutes whereasMTL resulted from traffic survey is about 18.02 minutes.The model validation is quite well with observed data by showing the R2 indicatorof about 0.88.The results fromall stages modeling process obtained total travel demand by public transport in the year of 2030 is estimated at about 67,800,434 passengers/year.Keywords: Mass transit, Trip distribution, Gravity model.
Penerapan Metode AHP dalam Proses Pemilihan Alat Angkut Berat pada Konstruksi Terowongan Layang Bawah Laut Dwi Agus Purnomo
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BRIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/mipi.v8i2.3651

Abstract

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970an. Metode ini adalah merupakan sistem pembuat keputusan dengan menggunakan model matematis. Pemanfaatan dari metode AHP ini akan dapat membantu dalam menentukan prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari masing-masing kriteria. Dalam sistem pengelolaan kinerja yang dimaksud dengan kriteria tersebut, yang selanjutnya disebut Kinerja Pengelolaan Indikator (KPI). Penerapan metode AHPdalam proses pemilihan alat angkut berat diaplikasikan pada proyek pembangunan terowongan layang bawah laut di Kepulauan Seribu dengan mengidentifikasi atribut kriteria dan alternatif untuk, menentukan besar prioritas atribut dan alternative. Proses analisis melalui pendekatan AHP dengan atribut kriteria- Level 1 dan alternatif-Level 2 terhadap tujuan-Level 0; maka dipilih jenis alat angkut berat sebagai alternatif dengan unsur kriteria tertentu.Kata kunci : AHP, Konstruksi Terowongan Layang Bawah Laut.AbstractAnalytic Hierarchy Processherein after referred as AHP is a method that has developed by Thomas L. Saaty in year 1970. This method is likely a decision making system within using mathematic model. Utilization of AHP method that can help people to decide several criteria priority by pare analysis of each criteria. In managing system of performance mentioned with these criteria that can referred as Indicator Management Performance. Application of AHP method in processing of heavy equipment selection will be applied in submerged floating tunnel construction project at Kepulauan Seribu by identify criteria attribute and alternative to decide priority vector of these attribute and alternative. Analyzing process thorough AHP nearby within attribute criteria-Level1 and alternative criteria-Level2 face to objective criteria-Level 0, therefore it can be selected the heavy equipment as the alternative with the element criteria.Key words : AHP, Submerged Floating Tunnel Construction.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2014 2019


Filter By Issues
All Issue Vol. 16 No. 3 (2022): Majalah Ilmiah Pengkajain Industri Vol. 16 No. 2 (2022): Majalah Ilmiah Pengkajain Industri Vol. 16 No. 1 (2022): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 15 No. 2 (2021): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 15 No. 1 (2021): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 3 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 2 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 14, No 1 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 14 No. 1 (2020): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 3 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 3 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 2 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 2 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 1 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 1 (2019): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol 12, No 3 (2018): VOL 12, NO 3 (2018): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 12 No. 3 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 3 (2018): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol 12, No 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 12 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 12 No. 1 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 1 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 12, No 1 (2018): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 11 No. 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 2 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 11 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 2 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 11 No. 1 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 1 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 1 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 2 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 2 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 2 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 1 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 10 No. 1 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 1 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 9 No. 2 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 3 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 3 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 9 No. 3 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 2 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 2 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 1 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 9 No. 1 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 9, No 1 (2015): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 3 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 8, No 3 (2014): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol 8, No 2 (2014): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 8 No. 2 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 8 No. 1 (2014): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 8, No 1 (2014): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol 7, No 1 (2013): MAJALAH ILMIAH PENGKAJIAN INDUSTRI Vol. 7 No. 1 (2013): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri More Issue