cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuatika
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika" : 8 Documents clear
Studi Kebiasaan Makan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) yang dipelihara pada Karamba Jaring Apung di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. Dian Ekawati; Sri Astuty; Yayat Dhahiyat
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.432 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010, yang bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan ikan nilem tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen pada tiga stasiun pengamatan dimana ikan nilem dipelihara dalam Karamba Jaring Apung (KJA) yaitu KJA-1 (Ikan nilem yang dipelihara tidak diberi pakan buatan), KJA-2 (Ikan nilem yang dipelihara diberi pakan buatan sebanyak 2%) dan  KJA-3 (Ikan nilem yang dipelihara diberi pakan buatan sebanyak 4%). Sampling perifiton dan kualitas air dilakukan setiap minggu atau lima kali selama penelitian. Sampling ikan dilakukan satu kali pada akhir penelitian, untuk mengetahui jenis pakan yang dimakan oleh ikan nilem atau kebiasaan makan ikan nilem, serta pertumbuhan mutlak ikan nilem. Berdasarkan hasil penelitian ini, nilem dapat dikategorikan sebagai pemakan tumbuhan (herbivora) dengan cara memakan perifiton yang melekat pada jaring. Bacillariophyceae dan Chlorophyceae merupakan pakan utama bagi nilem, dengan indeks proponderan Bacillariophyceae sebesar 44,09%, Chlorophyceae sebesar 40,06% dan Cyanophyceae sebagai pakan pelengkap dengan indeks proponderannya 15,85%.  Hasil pengukuran parameter kualitas air yaitu suhu, DO, pH, dan nitrat, menunjukkan bahwa perairan waduk Ir. H. Djuanda masih layak untuk budidaya nilem. Nilem yang dipelihara di KJA tanpa diberi pakan buatan hanya memakan pakan alami perifiton dan plankton di air, menunjukkan pertambahan bobot yang relative hampir sama dengan yang diberi pakan buatan sebanyak 2 %.
Studi Karakterisasi Pengolahan Terasi Cirebon Dalam Upaya Mendapatkan Perlindungan Indikasi Geografis Junianto -
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.987 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah mempelajari, mengkarakterisasi mutu dan  pengolahan terasi Cirebon dalam upaya mendapatkan perlindungan indikasi geografis.  Metode survey digunakan dalam penelitian ini .  Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka:  Semua data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dianalis secara deskriptif baik dalam bentuk narasi  maupun tabel.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan baku terasi Cirebon terdiri dari rebon, garam, dan gula merah.  Prosedur pembuatan terasi Cirebon terdari dari pengeringan, pencampuran, pencetakan dan fermentasi.  Mutu terasi Cirebon memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk terasi.  Rasionalisasi dilakukan pada tahapan pra pengeringan, pengeringan, perbandingan bahan pada pencampuran dan fermentasi.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUPLEMEN DALAM BIOPROSES BUNGKIL KELAPA SAWIT OLEH KAPANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP KECERNAAN IKAN NILA Kiki Haetami; Junianto -
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.295 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mencari jenis suplemen terbaik dalam bioproses bungkil kelapai sawit untuk menghasilkan bahan pakan alternatif pada ikan nila.  Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu tahap Bioproses, dan tahap Uji Kecernaan sebagai pakan tunggal. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap 4 perlakuan 5 ulangan. Perbedaan pengaruh perlakuan diuji dengan Analisis Ragam dan Uji Duncan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa  kandungan Protein Produk Biomos tertinggi diperoleh pada bioproses dengan penambahan suplemen urea, kemudian suplemen mineral dan tanpa suplemen dalam bioproses menggunakan mikroba Phanerochaete crysosporium .  Produk Biomos hasil bioproses oleh Phanerochaete crysosporium tanpa suplemen, dengan suplemen urea dan suplemen mineral masing-masing menghasilkan protein sebesar 20,67%; 24,5%, dan 22,02% dengan nilai kecernaan masing-masing sebesar 67,26%; 70,92%; dan 69,66%.  Produk biomos hasil bioproses kapang Phanerochaete crysosporium dengan suplemen urea-mineral dan suplemen urea mempunyai nilai kecernaan protein kasar yang lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan suplemen, yaitu berkisar 71,01%-72,18%.
PENGARUH JENIS DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DALAM KARAMBA JARING APUNG DI BALAI BUDIDAYA LAUT LAMPUNG Donny Juliandri Prihadi
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.783 KB)

Abstract

Penelitian mengenai pengaruh jenis pakan dan waktu pemberian pakan terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) dalam karamba jaring apung, telah dilaksanakan di Teluk Hanura, Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian yang berbeda yaitu pelet, kombinasi pelet dan ikan rucah dengan waktu pemberian yang berbeda dan ikan rucah yang diberikan sebanyak 5% dari bobot biomassa. Ikan kerapu macan yang digunakan berukuran 15-16 cm dengan berat 90-100 g sebanyak 3200 ekor. Penelitian ini dilaksanakan dalam 12 karamba jaring apung yang berukuran (3m x 3m x 3.5m) dan setiap karamba jaring apung di tebar 220 ekor. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pakan pelet menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang paling rendah yaitu 76,67% dibandingkan dengan pemberian ikan rucah dan kombinasi antara pelet dan ikan rucah. Pemberian pelet pagi hari dan ikan rucah sore hari dengan pemberian ikan rucah pagi hari dan pelet sore hari, jugga pemberian ikan rucah saja menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang sama. Pertumbuhan mutlak tertinggi dihasilkan oleh pemberian ikan rucah pagi hari dan pelet sore hari yaitu 173,97 g, sedangkan dengan pemberian pakan yang berbeda menghasilkan laju pertumbuhan harian yang sama.
FAKTOR PENENTU KEUNTUNGAN DAN PENGUKURAN SKALA USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) DI KABUPATEN PESAWARAN, LAMPUNG Tajerin -; Asep Agus Handaka Suryana
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.522 KB)

Abstract

Dewasa ini usaha budidaya ikan kerapu bebek dalam keramba jaring apung semakin berkembang serta menunjukkan peranannya dalam perekonomian, antara lain sebagai komoditas penyumbang devisa. Kajian ini bertujuan untuk menelaah faktor-faktor penentu keuntungan usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung, tingkat keuntungan maksimum jangka pendek dan kondisi skala usaha. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Kabupaten Pesawaran, Lampung sejak September hingga Desember 2010. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja di Perairan Runggung, Desa Punduh Pidada, Kecamatan Padang Cermin, Pesawaran dan responden pembudidaya ikan dipilih menggunakan metoda sensus.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama benih ikan, pakan ikan, tenaga kerja manusia, luas areal dan modal investasi merupakan faktor penentu yang berpengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan yang diterima pembudidaya ikan. Usaha budidaya ikan kerapu bebek di lokasi penelitian belum memberikan tingkat keuntungan maksimum dan berada pada kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil yang tetap.  Strategi pengembangan usaha budidaya kerapu di Propinsi Lampung disarankan untuk dilakukan melalui cara ekstensifikasi usaha.
Kajian Perempuan Pesisir dalam Mendukung Konservasi Sumber Daya Pesisir di Kabupaten Raja Ampat Handayani -
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.294 KB)

Abstract

The Regency Raja Ampat is an archipelago area with great of coastal resources potency. These potencies affected by human activity,  and need to be followed with development strategy of coastal resources.  One of the social potency  development is woman of coastal area. Research objectives are to analyse social factors woman of coastal area and issues expanding in management of coastal area resource. The result from this research  woman of dominant coastal area and comprehend information concerning coastal area resource conservation besides  woman of coastal area have readiness, caring and compliance to conservation.  Woman in coastal area have enteraction on the continuation of the coastal resources.
PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK DETEKSI DINI KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Yuniar Mulyani; Agus Purwanto; Isni Nurruhwati
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.051 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam memperoleh konsentrasi dan kemurnian DNA serta efisiensi waktu pengerjaan dari metode isolasi DNA dengan membandingkan beberapa metode isolasi DNA diantaranya ektraksi DNA dengan Kit (Promega), CTAB dengan phenol, modifikasi CTAB, dan ekstraksi DNA dengan thermal lysis. Parameter yang digunakan adalah nilai kemurnian dan kualitas DNA hasil isolasi yang diperoleh dari analisis spektrofotometri dan analisis elektroforesis serta efisiensi waktu pengerjaan. Sampel yang digunakan adalah jaringan insang dan sirip ikan mas. Konsentrasi DNA dan kemurniannya diukur dengan metode spektrofotometri, sedangkan untuk visualisasi DNA hasil isolasi menggunakan metode elektroforesis serta pengujian keberadaan KHV dideteksi dengan bantuan PCR dengan menggunakan Primer pendeteksi KHV. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa metode modifikasi CTAB memberikan hasil isolasi DNA dengan konsentrasi yang tertinggi yaitu 70,10 μg/ml dengan nilai kemurnian berkisar antara 1,9-2,0. Namun waktu yang dibutuhkan untuk pengerjaannya cukup lama. Metode ekstraksi DNA dengan thermal lysis memiliki waktu pengerjaan yang singkat. Namun konsentrasi DNA yang diperoleh cukup rendah yaitu 9,25 μg/ml dengan nilai kemurnian berkisar antara 1,6-1,8.
TINGKAH LAKU INDUK BETINA SELAMA PROSES PENGERAMAN TELUR DAN PERKEMBANGAN LARVA LOBSTER PASIR (Panulirus homarus Linneaus, 1785) M. Junaidi Junaidi; N. Cokrowati; Z. Abidin
Jurnal Akuatika Vol 2, No 1 (2011): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2530.765 KB)

Abstract

This study aims to determine the behavior of female brooodstock on sipny lobsters when incubating their eggs until they hatch and the larvaldevelopment. Reared of the female broodstock and hatch eggs made at the aquarium. Observation of broodstock behavior during egg incubation with visualization in the form of photos and video. Eggs that have hatched transferred to larval rearing container and given a feed Chaetocerossp, Tetraselmissp and Artemiasalina. Observation of larval development  by using a microscope and visualized in the form of photographs.Broodstock  behavior during lay eggs are always bent and telson body covering eggs, and when the eggs begin to hatch pereiopod always shaken. Filosoma larval growth stage I to the next level, marked by the addition of setae on the pereiopodThe 1st and 2nd pereiopod, where from 5 pairs at the level I to 6 pairs at level II. At level III, increased to 7 pairs of setae, and there are 3 pairs of setae on the pereiopod the 3rd and 4th pereiopod began to grow. Filosoma larval development is only to a level III, with a time of maintenance in the laboratory for 27 days.

Page 1 of 1 | Total Record : 8