cover
Contact Name
Jurnal Artefak
Contact Email
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Artefak
Published by Universitas Galuh
ISSN : 23555726     EISSN : 25800027     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal ARTEPAK, diterbitkan olah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Jurnal ini memuat hasil penelitian atau kajian teoritis yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan profesi guru IPS, kajian Sejarah Lokal & Nasional, Kebudayaan, dan Pendidikan. Diterbitkan secara berkala Dua kali dalam setahun yaitu pada Bulan April dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)" : 10 Documents clear
PERKEMBANGAN POLITIK PARTAI KOMUNIS INDONESIA (1948-1965) Uung Runalan Soedarmo
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.678 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1061

Abstract

Hasil penelitian ini membahas tentang gambaran umum pemberontakan PKI tahun 1948 pada saat PKI di pimpin oleh Musso, membahas aksi penumpasan pemberontakan PKI 1948 oleh pemerintah, selain itu juga membahas tentang usaha-usaha yang dilakukan PKI untuk menguatkan kembali PKI yang melemah setelah terjadinya pemberontakan di Madiun dengan melakukan Konsolidasi Partai, Kondisi setelah Konsolidasi Partai, dan menyusun program Partai Komunis. Selanjutnya membahas mengenai eksistensi Partai Komunis pada tahun 1950-1965, dimna PKI mulai memperkuat basis keanggotaan dengan mendekati kaum buruh dan mulai melaksanakan kerjasama dengan kaum non Komunis, Usaha PKI ini membawa hasil yang sangat besar dibuktikan padasaat pemilihan umum 1955 PKI mendapat peringkat ke empat terbesar. Danjuga PKI setelah pemilihan umum 1955 mulai mengembangkan kekuatannya dengan cara melakukan pengembangan ideologi Partai, meluaskan pengaruh Partai, pengembangan anggota partai. Disamping itu juga PKI dibahas mengenai peranan PKI dalam persiapan gerakan 30 September. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bangsa Indonesia dan diharapkan bangsa Indonesia dapat bercermin dari kejadian masalalu dan dijadikan suatu pembelajaran.Kata Kunci: Partai Politik dan KomunisABSTRACTResults of this study discusses general overview PKI rebellion in 1948 at the time of the PKI led by Musso, discuss a crackdown on the PKI rebellion in 1948 by the government, but it also discusses the efforts undertaken to reinforce PKI PKI weakened after the uprising in Madiun by doing Consolidation Party, condition after the Consolidation of the Party, and preparing the program of the Communist Party. Further discussing the existence of the Communist Party in 1950-1965, dimna PKI began to strengthen the membership base by approaching the workers and began to implement the cooperation with the non-Communist, Enterprise PKI brings tremendous results proved padasaat 1955 elections PKI was ranked fourth largest, Danjuga PKI after the 1955 general election began to develop its power in a way to the development of the ideology of the Party, extend the influence of the Party, the development of party members. Besides, it also discussed the role of PKI PKI in preparation of 30th September movement. This research is expected to be useful for the people of Indonesia as the reflection of events and learning problems.Keywords: Political Party and the Communist
TRADISI NYEPUH DI DESA CIOMAS KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Yeni Wijayanti; Ai Wulan
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.824 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1066

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi nyepuh adalah bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa dalam menyebarkan agama islam di desa Ciomas. Agar dapat diteladani oleh para generasi muda untuk menghormati generasi yang lebih tua dan menjadi contoh bagi generasi penerus. Tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun setiap satu tahun sekali pada pertengahan bulan rewah atau seminggu sebelum menjelang bulan suci ramadhan. Supaya mendapatkan kemudahan, kekuatan dan keberkahan selama melaksanakan ibadah puasa serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Proses pelaksanaan dari tradisi nyepuh terdiri dari beberapa acara, yaitu sehari sebelum melaksanakan tradisi nyepuh dan acara ketika pelaksanaan berlangsung. Dalam upaya melestarikan tradisi nyepuh ini di tentukan oleh adanya pewarisan kebudayaan yang berada dilingkungan masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dapat melestarikan dan menjaga dari masuknya budaya asing dari luar.Kata Kunci: Pelestarian dan Tradisi nyepuhABSTRACTThe result of this research showed that the ritual tradition of nyepuh is a form of homage to the ancestors who had been instument in spreading the islamic religion in the ciomas village. In order to be emulated by the younger generation to respect the older generation, and became an example for the future generations. This tradition was held for generation annually In mid rewah or a week before the holly month of ramadhan. So get ease, strenght and blessing during fasting and increase faith and devotion to God Almighty. The process of implementation of the ritual tradition of nyepuh consist of several events, namely the day before carrying out ritual tradition of nyepuh and events when the execution took place. In the effort to conservate the ritual tradition of nyepuh is determined by their culture inheritance which is within the community from one generation to the next generation and can preserve and safeguard of the influx of foreign culture from the outside.Keywords: Preservation and Tradition Nyepuh
KEBUDAYAAN NGABUNGBANG DARI TAHUN 1915-2009 DI KOTA BANJAR Wulan Sondarika
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.551 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.336

Abstract

Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1) pelaksanaan ritual Ngabungbang dari tahun 1915-1968 yang banyak dipengaruhi oleh hal-hal mistik. Dan hal itu pula yang menyebabkan ritual Ngabungbang sempat padam selama 35 tahun. 2) pelaksanakan ritual Ngabungbang dari tahun 2004-2009 mengalami perubahan-pembahan mendasar. Waktu, tahapan ritual, sampai tujuan dan makna simbol yang digunakannya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh tokoh-tokoh adat yang memimpin ritual memiliki keragaman berfikir. Serta terdapat makna-makna simbol ritual setelah perubahan dan, 3) sebagai wujud peran serta masyarakat dan pemerintahan Kota Banjar dalam upaya pelestarian ritual Ngabungbang sejak tahun 2005 pemerintah Pemkot Banjar telah mendeklarasikan ritual Ngabungbang sebagai jati diri Kota Banjar dalam bidang kebudayaan dan pariwisata dan menyarankan supaya tradisi ini dikemas dengan hal-hal yang lebih menarik yang akan menghasilkan aset pariwisata budaya Kota Banjar.Kata Kunci: Ngabungbang, tradisi, dan pelestarianABSTRACTThe result of research obtained: l) execution of Ngabungbang ritual of year 1915-1968 which influenced many by mystique things. And that thing also causing Ngabungbang ritual have time to extinguish during 35 year; 2) executor of Ngabungbang ritual of year 2004-2009 experiencing of elementary changes. Time, steps of ritual until the target of and used symbol meaning. Because of influence of costum figures matter leading ritual think have variation. And also there are symbol meanings of ritual atier and change; 3) As role form and also society and municipal administration of Banjar in the effort continuation of Ngabungbang ritual since year 2005 government of Banjar have Ngabungbang ritual as spirit of kota Banjar in the field of tourism and culture and suggest so that this tidy tradition with more interesting things to yield cultural tourism asset town of Banjar.
EKSISTENSI PELABUHAN KALIPUCANG SEBAGAI SALAH SATU JALUR ALTERNATIF PENYEBERANGAN JAWA BARAT - JAWA TENGAH Sudarto Sudarto
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.486 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1068

Abstract

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Pelabuhan Penyeberangan Kalipucang dibangun melalui Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 176 tahun 1986, pembangunan tersebut dilatarbelakangi oleh perlunya sarana transportasi air terhadap masyarakat Kalipucang untuk menyeberang ke daerah Laguna Segara Anakan Jawa Tengah begitupun sebaliknya. Selain digunakan oleh masyarakat kedua daerah tersebut, Pelabuhan Penyeberangan Kalipucang juga digunakan sebagai alternative bagi wisatawan asing dan local untuk berwisata bahari ke daerah Laguna Segara Anakan dan sekitarnya. Dampak sosial dari pendirian Pelabuhan Penyeberangan Kalipucang bergeraknya kegiatan masyarakat baik di Kalipucang maupun daerah seberang sungai Citanduy khususnya di Laguna Segara Anakan Jawa Tengah untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Dampak ekonomi bagi masyarakat kedua daerah tersebut yaitu sebagai jalur utama keluar-masuknya bahan-bahan pokok seperti sayur-mayur, ikan dan kebutuhan lainnya. Kesimpulan dari uraian di atas yang dapat ditarik oleh penulis, dimana pembangunan memang penting, namun harus doperhatikan dampak dari pembangunan tersebut terhadap masyarakat, baik secara sosial maupun ekonomi.Kata Kunci: Pelabuhan Kalipucang, Objek Wisata dan Sosial-EkonomiABSTRACTIn this study concluded that the Port Crossing Kalipucang built through the Minister of Transportation number KM 176 in 1986, the construction is motivated by the need to transport water to the community Kalipucang to cross over to Chicks Segara Laguna area of Central Java and vice versa. Besides being used by people of both the regions, the Port Crossing Kalipucang also be used as an alternative for local and foreign tourists to travel to the local marine lagoon and surrounding Segara Chicks. The social impact of the establishment of the Port Crossing Kalipucang activity movement both in the community and the area across the river Kalipucang Citanduy especially in Laguna Segara Puppies Central Java to perform daily activities. Economic impact for the people of both the regions as the main exit-entry point staples such as vegetables, fish and other needs. Conclusions from the above description that can be drawn by the author, where development is important, but should doperhatikan impact of these developments on society, both socially and economically.Keywords: Kalipucang harbor, attractions and Socio-Economic
UPACARA ADAT “MERLAWU” DI GUNUNG SUSURU DESA KERTABUMI KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS Sri Pajriah; Mia Sumiari Dewi
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.88 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.331

Abstract

ABSTRAKHasil penelitian ini secara garis besar menggambarkan bahwa upacara adat merlawu terbagi dalam tiga kegiatan inti yaitu berziarah ke makam Prabu Dimuntur, beber sejarah dan balaecrakan. Upacara adat merlawu selalu dilaksanakan pada bulan Rewah, 7 hari sebelum bulan Ramadhan pada hari Senin atau Kamis. Upacara adat Merlawu ini merupakan bentuk perwujudan dari rasa sosial yang tinggi dikalangan masyarakat Kertabumi. Rasa menghormati kepada para Leluhur dan senantiasa menjalin kerukunan dalam hidup bermasyarakat menciptakan keselarasan, keakraban dan eratnya solidaritas antar warga. Bentuk pelestarian yang dilakukan oleh berbagai pihak diharapkan tetap menjaga keberadaan cagar budaya serta peninggalan sejarah berupa benda-benda sejarah ataupun tradisi yang diwariskan oleh para leluhur. Kawasan Kertabumi yang memiliki berbagai bukti peninggalan sejarah dan berpotensi sebagai aset wisata sejarah di Kabupaten Ciamis memang masih memerlukan tatanan manajemen yang lebih baik lagi, agar manfaatnya lebih terasa khususnya bagi masyarakat Desa Kertabumi dan umumnya bagi wilayah Kabupaten Ciamis.Kata Kunci: Adat Merlawu dan Upacara AdatABSTRACTThe research results outline illustrates that traditional ceremonies merlawu divided into three core activity is to visit the tomb of King Dimuntur, beber history and balaecrakan. Merlawu traditional ceremonies are always held in Rewah, 7 days before the month of Ramadan on Monday or Thursday. Merlawu traditional ceremony is a form of embodiment of a high sense of social responsibility among the community Kertabumi. Sense of honor to the Patriarchs and fosters harmony in social life creates harmony, intimacy and the close solidarity between citizens. Shape preservation conducted by the various parties are expected to keep the existence of cultural heritage and historical relics in the form of historical objects or traditions handed down by their ancestors. Kertabumi region which has a variety of evidence of the history and potential as a tourism asset history in Ciamis regency are still requires better management order again, so that the benefits are felt particularly for the village Kertabumi and generally for the district of Ciamis.Keywords: Adat Merlawu and Traditional Ceremony
KEARIFAN BUDAYA SUNDA DALAM PERALIHAN KEPEMIMPINAN KERAJAAN SUNDA DI KAWALI SETELAH PERANG BUBAT Rusyai Padmawijaya; Siti Khodijah
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.189 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1063

Abstract

Pemerintahannya, Bunisora Suradipati cenderung sebagai raja yang berkarakteristik religius. Kepiawaian Bunisora Suradipati dalam mengolah kerajaan sangat bagus dan sangat bijaksana. Beliau memegang penuh kestabilan aturan dan norma-norma kenegaraan. Konsep kepemimpinan di Sunda pada waktu pemerintahan Bunisora Suradipati tidak bisa lepas dari dua hal. Pertama, kitab Watang Ageung (satu kitab yang selalu digunakan oleh orang Sunda yang mengadopsi atau meyakini ageman atau kepercayaan Sunda Wiwitan. Yang kedua yaitu dari Siksakandang Karesian. Salah satunya konsep kepemimpinannya ialah dengan menggunakan konsep Tri Tangtu (tiga kunci atau tiga titik pemerintahan). Ketiga kunci tersebut yaitu Resi, Ratu, dan Rama. Tipe kepemimpinan Bunisora Suradipati adalah tipe kepemimpinan demokratis. Pada tahun 1371 Masehi, Bunisora Suradipati menyerahkan tahtanya kepada Niskala Wastu Kancana. Hal itu terjadi karena keluhuran budi Bunisora Suradipati, khususnya kejujurannya, sehingga Bunisora Suradipati menganggap bahwa tahta tersebut merupakan sebuah titipan, sebagai amanat sambil menunggu pewaris tahta yang sebenarnya dewasa, yaitu Niskala Wastu Kancana. Budaya Sunda berdampak besar terhadap kepemimpinan dan tatanan pemerintahan, serta berdampak juga terhadap kehidupan masyarakatnya. Salah satu dampak besar yang terjadi di Kerajaan Sunda setelah terjadinya tragedi Perang Bubat, yaitu “Dilarangnya keluarga Keraton atau kerabat keraton Kerajaan Sunda menikah dengan keluarga atau kerabat keraton Majapahit”. Hebatnya lagi dalam hal pemerintahan, keluhuran Budi Bunisora suradipati itu ditiru dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Niskala Wastu Kancana sebagai anak asuhnya. Sewaktu Niskala Wastu Kancana memegang tahta kerajaan, itu tidak terlepas dari ingatannya yaitu dari amanat-amanat sang paman, Bunisora Suradipati.Kata Kunci: Budaya Sunda, Kepemimpinan dan Perang BubatABSTRACTGovernment, Bunisora Suradipati tend to be characterized by religious king. Bunisora Suradipati’s skill into manage the kingdom was very good and so wise. He was kept the stability of arrangment and the norm of state. The Concept of the leadership in sundanic even Bunisora suradipati government was never be apart from two items. First, is kitab Watang Ageung (one kitab which always used by sundanese who adopt or be sure about certainty or believing Sunda Wiwitan). Second, Siksakandang Karesian. One of them leadership concept is used Tri Tangtu (the three key or the three drip government). And the three key was Resi, Ratu, dan Rama. Bunisora Suradipati type of leadership is the type of democratic leadership. In the year 1371 AD, Bunisora Suradipati gives his throne to Niskala Wastu Kancana. That’s was happened because of Bunisora Suradipati’s kindness, especially his honesty, so Bunisora Suradipati consider that the trone it was a deposit, as a mandate while waiting trone hairs, is Niskala Wastu Kancana. Sundanese culture have a major impact on the leadership and governance structure, and also have an impact on the lives of its people. One of the major impacts that occurred in the Kingdom of Sunda after tragedy Bubat War, namely "prohibiting family or relatives Kraton Kraton Kingdom of Sunda married with families or relatives Majapahit palace". Remarkably again in terms of governance, the kindness of Bunisora suradipati was applied on Niskala Wastu Kancana as his foster care. While Niskala Wastu Kancana hold the kingdom throne, it was never be apart from his memory about hid uncle’s mandate, Bunisora Suradipati.Keywords: Sundanese culture, Leadership and War of Bubat
EKSISTENSI PEDAGANG ASONGAN DI LOKASI OBYEK WISATA PANTAI PANGANDARAN Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.358 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1067

Abstract

Hasil Penelitian ini secara garis besar dapat disimpulkan bahwa para pedagang asongan kebanyakan mereka berasal dari penduduk yang ada di sekitar wilayah pantai Pangandaran mereka tergabung dalam sebuah wadah yang bernama Paguyuban Pedagang Aksesoris Pangandaran (PPAP) dengan tujuan agar terjalin solidaritas diantara para pedagang asongan. Jenis dagangan yang mereka pasarkan bervariasi mulai dari oleh-oleh berupa souvenir ciri khas pantai Pangandaran, makanan yang sudah jadi sampai pada jenis-jenis ikan yang berasal dari laut. Melalui wadah PPAP (Paguyuban Pedagang Aksesoris Pangandaran) dan HPAP (Himpunan Pedagang Asin Pangandaran) telah memberikan kontribusi kesejahteraan bagi para pedagang asongan utamanya dalam pemberian modal untuk berdagang, sehingga mereka bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan anak-anaknya bersekolah. Keberadaan pedagang asongan telah meramaikan wilayah Pangandaran dengan menjajakan dagangannya kepada para wisatawan yang memerlukan oleh-oleh dari Pangandaran, mereka mendatangi para wisatawan utamanya ke penginapan dikala mereka sedang nyantai beristirahat sehingga terjalin hubungan baik diantara mereka. Pemerintah setempat berupaya menertibkan para pedagang asongan ini agar tertib tidak merusak suasana kenyamanan para wisatawan melalui penyuluhan yang insidental mereka lakukan. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan adanya upaya dari aparat pemerintah setempat agar memberikan bantuan rutin kepada PPAP dn HPAP serta melakukan penyuluhan secara rutin kepada para pedagang asongan agar mereka dalam menjajakan barang dagangannya secara baik dan membuat nyaman para pembeli dalam hal ini para wisatawan di Pangandaran.Kata Kunci: Pedagang Asongan, Paguyuban dan Sosial EkonomiABSTRACTThis research result marginally inferential that tradesmans asongan majority they come from citizen exist in around coast area Pangandaran they be  merged into a container that named accesories tradesman society Pangandaran with a purpose to so that intertwin solidarity between tradesmans asongan. Merchandise kind whom they market to vary to begin from souvenir shaped souvenir coast individuality Pangandaran, food that ready made come up with fish kinds that come from sea. Pass container Accesories Tradesman Society Pangandaran and Salty Tradesman Collection Pangandaran give welfare contribution to all tradesman asongan predominantly in capital gift to trade, so that they can earn life to fulfill family alive need and the children goes. Tradesman existence asongan enliven area pangandaran with peddle the merchandise to tourists that need souvenir from pangandaran, they are visiting tourists predominantly to when are they nyantai taking so that intertwining good connection between they. Local government copes to put in order tradesmans asongan this so that orderly doesn't botch freshment atmosphere tourists passes elucidation insidental they do. As to benefit from this research result is efforts existence supposed from local government apparatus so that give routine aid to ppap dn hpap with does elucidation routinely to tradesmans asongan so that they are in peddle the merchandise goods well and make pleasant purchases in this case tourists at Pangandaran.Keywords: Hawkers, Society and Social Economy
EKSISTENSI MAKAM EYANG DALEM BRATADIKUSUMAH DI DUSUN PASIR AMIS DESA SUKANAGARA KECAMATAN JATINAGARA KABUPATEN CIAMIS Agus Gunawan; Rizka Noorsyamsiah
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.485 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1062

Abstract

Makam Eyang Dalem Bratadikusumah merupakan makam leluhur Dusun Pasir Amis yang dikeramatkan yang berasal dari Kesultanan Cirebon sekitar abad ke-18 Masehi. Makam tersebut terbagi ke dalam tiga kompleks dengan nama; keramat Raden Undakan, keramat Eyang Dalem Bratadikusumah, dan Keramat Ceker Kidang yang masing-masing keramat dianggap memiliki pengaruh terhadap siapa saja yang mempercayainya. Masyarakat di sekitar lokasi makam Eyang Dalem Bratadikusumah secara umum menganggap bahwa makam tersebut adalah lokasi untuk melakukan pendekatan diri Tuhan Yang Maha Esa. Namun, tidak jarang sering disalahgunakan sebagai tempat untuk melakukan pemujaan dan meminta-minta. Berbeda halnya dengan pengunjung (peziarah), mereka menganggap bahwa makam Eyang Dalem Bratadikusumah adalah tempat ritual untuk melakukan pemujaan terhadap para roh leluhur, sehingga apa yang dicita-citakan bisa terwujud. Secara religi dampak dari keberadaan makam keramat tersebut baik bagi masyarakat maupun bagi pengunjung ialah; Mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kelompok-kelompok aliran kepercayaan tertentu yang berada di Dusun Pasir Amis. Namun dengan pemahaman yang salah dari tempat tersebut, diduga menjadi penyebab munculnya kembali kepercayaan animisme dan dinamisme jika tidak diimbangi dengan keimanan yang kuat terhadap Tuhan. Keberadaan makam Eyang Dalem Bratadikusumah adalah sebuah jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu baik rizki, kesehatan, maupun kelanggengan jabatan. Berbekal dari kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan mistik yang ada di makam Eyang Dalem Bratadikusumah, peziarah menyandarkan harapan di dalam batin mereka.Kata Kunci: Bratadikusumah dan ZiarahABSTRACTThat Eyang Dalem Bratadikusumah’s Grave is the glorious grave in Dusun Pasir Amis respected come from Kesultanan Cirebon about eighteenth century. This grave divided into three complexes in the name; Keramat Raden Undakan, Keramat Eyang Dalem Bratadiksumah, and keramat Ceker Kidang that each keramat regarded have an influence for everybody who believes in that. The people who live in location Eyang Dalem Bratadikusumah’s grave in generally regarding that the grave is a location to bring self with God. However, it is seldom accused as place of sacrifice. Different with the visitor (peziarah), they regard that Eyang dalem Bratadikusumah’s grave is a place of ritual worship for soul of glorious, so the passion can be true. In religious the impact of the location of respected grave for the people who live in there or the visitor as follows; to increase faith and piety with God. It shows with many sure faith groups which there in Dusun Pasir Amis. How ever with misunderstanding from this place, estimated become a cause of back appear animism and dynamism if not balance with a strong faith for God. The location of Eyang Dalem Bratadikusumah’s grave is the short way for get something such livelihood, health, and also eternity of duty. In a strong faith for a mystical anxiety in Eyang Dalem Bratadikusumah’s grave, the visitors realize the hopes in their soul.Keywords: Bratakusumah and Ziarah
KEBERADAAN RONGGENG GUNUNG DI DESA CIKALONG KECAMATAN SIDAMULIH KABUPATEN PANGANDARAN DARI TAHUN 1950-2014 Kuswandi Kuswandi; Dwi Novi Carolin
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.834 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1064

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kesenian Ronggeng Gunung merupakan pementasan tari yang berawal dari sejarah perjuangan Dewi Siti Samboja yang menyamar menjadi seorang Ronggeng demi membalas dendam terhadap para Bajo (bajak laut) yang membunuh suaminya. Dalam perkembangannya kesenian Ronggeng Gunung banyak mengalami perbaikan atau penyempurnaan dalam pementasannya. Dalam perkembangannya Ronggeng Gunung terbagi menjadi tiga bagian antara lain; (1) Ronggeng Gunung Asli (2) Ronggeng Modifikasi (3) Ronggeng Amen. Adapun upaya pelestarian Ronggeng Gunung yang dilakukan oleh seniman adalah berusaha semaksimal mungkin memperkenalkan kesenian ini terhadap generasi muda, sedangkan masyarakat harus mempunyai rasa memiliki dan mencintai terhadap kesenian serta mampu menjaga dan melestarikannya sebaik mungkin warisan budaya leluhur.Kata Kunci: Ronggeng Gunung dan Pelestarian kesenianABSTRACTThe result of this research are the Ronggeng Gunung dance is traditional dance that taken from history of Dewi Siti Samboja who struggle and disguise to be a Ronggeng dancer to revenge to Bajo (pirates) who killed her husband. The Ronggeng Gunung dance progress there was many changing or improvements in it shows. The progress of Ronggeng Gunung divided into three part are; (1) Ronggeng Gunung Asli (2) Ronggeng Modifikasi (3) Ronggeng Amen. As for conservation efforts of Ronggeng Gunung that has been done by artist is such as try to introduce this dance to the young generation, meanwhile society should have sense of belonging and love of the dance and capable to keep and conserve the heritage as well as you can.Keywords: Ronggeng Gunung and preservation of Art
TRADISI SAWAKA DI DESA ANDAPRAJA KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS Agus Budiman; Ade Restu Sri Rahayu
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.442 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1065

Abstract

Hasil penelitian ini secara garis besar menggambarkan tentang pelaksanaan tradisi yang merupakan warisan budaya dan masih diakui keberadaannya, karena dianggap penting dalam perjalanan hidup setiap orang yaitu Tradisi Sawaka. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ajaran dan pepatah leluhur masih dihormati dan dijunjung tinggi sampai generasi sekarang,seperti pantangan-pantangan yang masih tetap dilaksanakan sampai saat ini. Terlepas dari itu ada sebagian orang yang menganggap bahwa hal itu takhayul, akan tetapi dapat diambil hikmah dari setiap pantangan itu, karena masing-masing pantangan mengandung pepatah dan pesan yang tujuannya baik. Jadi, kita ambil sisi positifnya saja dan menjadikan semua itu sebagai kekayaan ragam budaya nusantara. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan agar generasi penerus dapat memelihara dan melestarikan tradisi tersebut, dan hendaknya dapat mengerti betul makna dan arti dari tradisi itu sendiri.Kata Kunci: Tradisi Sawaka dan PelestarianABSTRACTIn general, the result of this research describes about the realization of the tradition which is the cultural legacy and still avowed its existence, because Sawaka Tradition has the important reputation in everyone’s life. In this research, it is described that the doctrine and Ancestors aphorism still respected and revered until nowadays generation, such as something taboo that still happened until now. Beside that, there are some people who think that it is superstition, but they can take the wisdom from it. Because each prohibition contains of aphorism and messages which have a good purpose. So, we have to take the positive thing and make all of that tradition as our various culture. The advantages from this research result is we hope our next generation can keep and continue that tradition. They also should understand the meaning from that tradition.Keywords: Tradition Sawaka and Preservation

Page 1 of 1 | Total Record : 10