cover
Contact Name
David Alinurdin
Contact Email
veritas@seabs.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
veritas@seabs.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan
ISSN : 14117649     EISSN : 26849194     DOI : -
Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanan is a peer-reviewed and open-access journal published semiannually (June and December) by Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary), Malang City, East Java, Indonesia. The journal specializes in evangelical theology that focuses on the novelty in biblical studies, systematic theology, and practical theology, contributing to theological studies and ecclesial ministry. Manuscripts submitted for publication in this journal include quantitative or qualitative field research findings, conceptual and critical studies, exegesis or exposition material, case studies, and other forms of original thought in the broad scope of theological research, supported with academic references that are adequate, robust, and accurate.
Articles 413 Documents
Anugerah dalam Pelayanan Penggembalaan Nathanael Channing
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.204 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.93

Abstract

Ada hal yang mungkin sangat mengejutkan kita pada saat Tuhan Yesus bertemu dengan Petrus setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Tuhan Yesus melakukan pendekatan penggembalaan yang sangat jitu ketika berhadapan dengan sosok seorang pengkhianat, yakni Petrus. Tuhan Yesus tahu dengan pasti apa yang terjadi di dalam diri Petrus. Beban dan pergumulan hidup, tekanan dan ketakutan, bahkan pengharapan akan masa depan yang suram, semuanya Ia kenal dengan baik. Tuhan Yesus menyapa Petrus dengan bahasa penggembalaan yang sangat halus, bahasa yang dibutuhkan setiap insan, yang menyentuh hakikat diri dalam relasi antarsesama, yaitu: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?” (Yoh. 21:15). Pertanyaan Tuhan Yesus ini bukan saja menyentak seluruh sanubari Petrus, tetapi juga mendongkrak eksistensi relasi antara dirinya dengan Tuhannya. Apa yang telah diperbuat oleh Petrus dan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus, semuanya terjawab melalui penggembalaan-Nya, dengan ungkapan dan tekad, “Benar, Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” (Yoh. 21:15). Dari jawaban itu Tuhan Yesus memberikan wujud konkret bagaimana Petrus mengasihi-Nya, yakni: “Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh. 21:15). Tugas dan perintah ini jelas ada dalam konteks anugerah Allah yang besar yang dialami Petrus secara pribadi, sekalipun itu merupakan wujud konkret bagaimana ia mengasihi Tuhannya melebihi mereka. Ia kemudian menjalani seluruh hidupnya dengan mempersembahkan dirinya sebagai rasul pilihan-Nya, hamba Tuhan yang menggembalakan dengan anugerah-Nya, yang belajar bersama dengan Tuhannya. Pada akhirnya ia mampu memberikan nasihat kepada para penatua untuk menggembalakan domba-domba-Nya, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu” (1Ptr. 5:2-3). Dengan kebenaran firman Tuhan ini, kita akan belajar bersama-sama untuk memahami pelayanan pastoral yang merupakan panggilan kita bersama.
Sekolah Teologi dan Gerakan Penginjilan Albert Konaniah
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.94

Abstract

Artikel ini membahas kaitan antara sekolah teologi dan penginjilan.
Penderitaan dan Kesaksian : Sebuah Perspektif Misiologis dari 1 Petrus Hidalgo Ban Garcia
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.806 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.95

Abstract

Penderitaan yang disebabkan oleh penganiayaan karena agama bukanlah pengalaman yang asing bagi gereja. Sejak abad-abad pertama bahkan pada sepanjang zaman, banyak orang Kristen telah menderita hanya karena mereka adalah orang Kristen. Penganiayaan terhadap orang Kristen berkaitan dengan kesalahpahaman tentang kekristenan. Banyak orang non- Kristen belum melupakan masa lalu ketika kekristenan bertumbuh dan tersebar luas di bawah kolonialisme dan imperialisme. Hingga kini, para misionaris Kristen dianggap sebagai perusak kebudayaan-kebudayaan pribumi. Dalam artikel ini saya tidak bermaksud menguji anggapan-anggapan ini, dan menurut saya juga tidak ada gunanya untuk menyangkalnya. Penganiayaan terhadap orang Kristen saat ini jauh lebih komplikatif dari yang disadari kebanyakan orang. Pemikiran bahwa karena orang Kristen berbagian dalam gerakan-gerakan nasional dan pertumbuhan kekristenan di kalangan penduduk pribumi dunia ketiga yang fenomenal belakangan ini akan serta-merta menyingkirkan ancaman terhadap kekristenan, menurut saya, adalah pemikiran yang naif. Sementara gereja seharusnya berjuang keras untuk menghindari kesalahan pada masa lampau dan ikut serta secara positif dan konstruktif dalam membangun bangsa, harus disadari bahwa penderitaan adalah bagian dari eksistensi gereja, dan penderitaan bukanlah pengalaman yang asing dalam kehidupan gereja (1Ptr. 4:12). … Dalam artikel ini saya mencoba memberikan beberapa refleksi tentang pengalaman penderitaan gereja yang diakibatkan oleh penganiayaan. Saya memilih 1 Petrus karena saya yakin situasi penerima surat ini pada saat itu serupa dengan situasi gereja sekarang. Dalam 1 Petrus firman Allah berbicara tentang perjuangan gereja dalam menjalani kehidupan dan kesaksiannya dalam lingkungan yang bermusuhan. Saya percaya pesan 1 Petrus tidak saja dapat menguatkan gereja saat ini dalam menahan penganiayaan, tetapi juga dapat memperdalam pemahaman gereja tentang dirinya sendiri, hidup dan panggilannya.
Track Record Sekolah Teologi : Anugerah Karya Allah Mulai dari Keterbatasan Mendidik Calon Rohaniwan sampai Penerimaan Lulusannya oleh Gereja dan Lembaga Kristen  Jahja Elia Pilimon
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.164 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.96

Abstract

Trinity Evangelical Divinity School (TEDS) yang berdiri sejak tahun 1897 adalah lembaga pendidikan teologi berakreditasi yang bertaraf internasional. Track record untuk lulusan TEDS yang “terpakai” oleh lembaga-lembaga Kristen adalah: 85% dari lulusannya, dalam waktu setengah tahun, telah menduduki posisi pelayanan di gereja dan berbagai lembaga Kristen.1 TEDS yang mempunyai reputasi internasional ini, diinformasikan oleh Rick Kalal,2 mendapat kritikan dari para pendeta “gereja-gereja besar pemakai lulusan TEDS.” Kritikannya adalah: Para lulusan TEDS hanya bisa mengeksegesis Alkitab tetapi kurang mampu mengeksegesis budaya; tahu membaca bahasa Yunani dan Ibrani, tetapi kurang matang dalam spiritual, keterampilan keorganisasian dan penggembalaan untuk dapat menjadi pemimpin rohani yang efektif. Tindakan kritik tersebut dilanjutkan dengan “ancaman”: jika lulusan TEDS berikutnya tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, maka mereka akan mendirikan sekolah teologi sendiri, alias tidak akan menerima lagi “pasokan” rohaniwan lulusan TEDS. … Paparan selanjutnya akan menunjukkan catatan pelayanan para rohaniwan di lembaga-lembaga “pemakai,” khususnya gereja, yang kelemahan-kelemahannya selalu dikembalikan pada lembaga yang mendidiknya, yaitu sekolah teologi. Setelah itu akan ditunjukkan catatan keterbatasan-keterbatasan proses pendidikan mulai dari penyaringan peserta didik baru, proses pendidikan, magang, sampai kegiatan evaluasinya.
Kesaksian Internal Roh Kudus menurut John Calvin Thio Christian Sulistio
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.97

Abstract

Doktrin kesaksian internal Roh Kudus merupakan doktrin yang sangat penting bagi kekristenan terutama kalangan Reformed, terutama dalam membentuk epistemologi Kristen. Mengapa kita menerima kekristenan sebagai pengajaran yang benar dari Allah? Mengapa kita menerima Alkitab sebagai firman Allah? Jawabannya ada pada kesaksian internal Roh Kudus. Di dalam artikel ini kita akan membahas doktrin kesaksian internal Roh Kudus menurut salah seorang tokoh Reformator, yaitu John Calvin. Dibandingkan Luther, Calvin mengajarkan doktrin ini lebih jelas. Setiap kali orang berbicara mengenai otoritas Alkitab maka ia juga akan berbicara tentang kesaksian internal Roh Kudus menurut Calvin. Doktrin ini juga penting bagi kita untuk memahami seluruh doktrin pengetahuan akan Allah dan seluruh sistem teologi Calvin. Bagi Calvin sendiri doktrin ini merupakan dasar dari seluruh pengetahuan akan Allah. B. B. Warfield mengatakan demikian, “His doctrine of the testimony of the Holy Spirit is the keystone of his doctrine of the knowledge of God.” Meski demikian doktrin ini bukan tanpa kritikan. David Friedrich Strauss, misalnya, pernah mengatakan bahwa doktrin ini merupakan titik lemah dari teologi Protestan. Karena tidak ada dasar rasional bagi seseorang untuk percaya kepada Alkitab sebagai firman Allah ketika seseorang hanya menunjuk kembali kepada Allah.2 Argumen demikian diangap argumen sirkular dan lemah. Bagaimana sebenarnya doktrin ini menurut Calvin? Apa kaitan antara doktrin ini dan otoritas Alkitab? Apakah doktrin ini mengabaikan “pembuktian rasional”? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Untuk itu yang pertama-tama akan dibahas adalah konteks historis doktrin ini dan konteksnya di dalam Institutio. Setelah itu akan dibahas kaitan doktrin ini dengan otoritas Alkitab kemudian kaitannya dengan “pembuktian rasional” menurut Calvin.
Anugerah Demi Anugerah Tuhan sebagai Respons atas Kegagalan Demi Kegagalan Manusia : Suatu Upaya untuk Mengerti Berita Kitab Hakim-Hakim Berdasarkan 2:6 - 3:6 Martus Adinugraha Maleachi
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.032 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.98

Abstract

Puji syukur kepada Tuhan yang telah memimpin Seminari Alkitab Asia Tenggara selama 50 tahun ini. Dalam rangka peringatan Jubileum ini kita akan mempelajari satu bagian yang mengungkapkan anugerah Tuhan dalam Perjanjian Lama, yaitu kitab Hakim-hakim. Lebih khusus lagi kita akan meneliti Hakim-hakim 2:6-3:6 yang merupakan bagian penting untuk mengerti berita kitab ini. Mark O’Brien menulis, “The abiding issue in the book of Judges seems to be the relationship between the individuality of the stories and the formulaic quality of 2:1-3:6 and the framework passages. Whether one approaches the text from a diachronic or a synchronic perspective, these differences have to be acknowledges and an explanation offered.” Melalui artikel ini saya ingin mengusulkan bahwa berita kitab Hakim-hakim adalah: Anugerah demi anugerah TUHAN sebagai respon atas kegagalan demi kegagalan manusia. Kata “anugerah” dan “kegagalan” memang sengaja diulang. Hal ini menekankan kegagalan yang terus berulang dari bangsa Israel untuk tetap setia kepada TUHAN di tanah perjanjian. Sebaliknya, TUHANpun terus menerus meresponi kegagalan ini dengan anugerahnya. Artikel ini dibagi dalam dua bagian besar. Pertama, kita akan melihat bagaimana kitab Hakim-hakim menggambarkan kegagalan umat Israel. Kedua, barulah kita meneliti Hakim-hakim 2:6-3:6.
Kemurahan Allah kepada Kita (Matius 20:1-16)  Bastian Maximilian Ticoalu
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 4 No 1 (2003)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.442 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v4i1.99

Abstract

Naskah Khotbah
Anugerah dan Disiplin Gerejawi  Caleb Soo
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 4 No 1 (2003)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.61 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v4i1.100

Abstract

-
Dasar-Dasar Alkitabiah Pengembangan Kepemimpinan Bob Jokiman
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 4 No 1 (2003)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.871 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v4i1.102

Abstract

Alkitab merupakan buku yang mengagumkan. Bukan hanya karena buku ini meliputi rencana keselamatan, tetapi juga menjadi buku pegangan bagi kepemimpinan, terutama kepemimpinan Kristen. Saya berani mengatakan, sekalipun kita telah mempelajari berbagai teori kepemimpinan sekuler, kita tidak akan menjadi pemimpin yang efektif sebelum mempelajari prinsip-prinsip kepemimpinan dari Alkitab,. Alkitab bukan hanya merupakan kisah tentang karya Allah yang luar biasa, melainkan juga kisah para pemimpin pilihan Allah. Dalam Perjanjian Lama kita mengenal lusinan pemimpin besar seperti Abraham, Yusuf, Musa, Yosua, Gideon, Samuel, Elia, Elisa, Daud, Salomo, Daniel, Nehemia dan lain-lain. Jika kita menyelidiki Perjanjian Lama dengan sungguh-sungguh kita akan menemukan pada hampir setiap halamannya menampilkan biografi, karakter, kepribadian, pelayanan, karya dan tulisan para pemimpin tersebut. Kitab-kitab injil tidak kurang menariknya dibandingkan dengan PL sebab kitab-kitab ini menggambarkan kehidupan Sang Pemimpin Agung, yaitu Yesus Kristus. Siapa pun yang ingin berhasil dalam kepemimpinan-hamba, yang sangat dibutuhkan gereja, ia mutlak harus belajar dengan rendah hati dari Tuhan sendiri. Dalam kitab Kisah Para Rasul kita melihat karya-karya para pemimpin gereja mula-mula seperti Petrus dan Paulus yang mengikuti setiap langkah Tuhan kita dalam kepemimpinan. Kemudian dalam kitab-kitab PB selanjutnya, terutama surat-surat, tidak dapat disangkal tulisan para rasul memperlihatkan karakter, kemampuan dan keterampilan mereka sebagai pemimpin gereja dalam mengatasi segala permasalahan yang terjadi pada jemaat mula-mula. Artikel ini akan membahas secara singkat pola pengembangan kepemimpinan dalam Alkitab.
Penggalian Tulang-Belulang : Sebuah Kritik Injili terhadap Pembangunan Tugu di Tapanuli Utara Marojahan S. Sijabat
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 4 No 1 (2003)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.198 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v4i1.103

Abstract

Salah satu isu teologi misi abad kedua puluh adalah masalah perbenturan injil dan kebudayaan. Ada berbagai pandangan mengenai hubungan antara injil dan kebudayaan di sepanjang sejarah gereja yang masih menjadi perdebatan sampai abad dua puluh bahkan sampai abad dua puluh satu. Injil kerap kali tidak berdampak pada kehidupan padahal injil bersifat selalu membaharui dan mengubahkan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menulis artikel ini, khususnya berkaitan dengan kehidupan orang Batak Toba karena suku ini kerap meninggikan adat mereka. Secara lebih sempit artikel ini akan menyoroti dampak pelayanan gereja yang terjadi di antara orang Batak Toba yang 99% beragama Kristen, yakni pada peristiwa penggalian tulang-belulang leluhur. Penggalian tulang-belulang yang dalam bahasa Batak disebut mangongkal holi, mengandung kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek agamawi yang berhubungan dengan roh-roh nenek moyang yang telah mati. Upacara ini mengandung suatu keyakinan bahwa orang yang telah mati sebenarnya masih hidup dalam bentuk lain dan mempunyai hubungan sosial dengan orang-orang yang masih hidup, serta memiliki sifat ilahi yaitu selalu memperhatikan, memelihara keturunannya dan menerima permohonan dan pelayanan dari keturunannya. Sebagian besar orang Batak Toba Kristen menganggap mereka yang telah mati bisa menolong atau mencelakakan orang-orang yang masih hidup. Dengan melakukan penggalian tulang-belulang mereka menjaga hubungan dengan keluarga yang sudah meninggal. Memang, menurut ilmu agama fenomena hubungan leluhur dengan orang yang masih hidup dianggap sebagai suatu cabang yang besar dari agama manusia, dan merupakan sebuah kenyataan agamawi yang sangat penting. Hal ini tidak hanya ditemukan pada masyarakat Batak yang dianggap terbelakang atau bangsa primitif pada umumnya, tetapi juga ditemukan pada berbagai lapisan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Yang terjadi di antara orang Batak Toba adalah melakukan berbagai hal penyembahan nenek moyang atau iman sinkretis melalui pembangunan tugu bagi tulang-belulang nenek moyang mereka. Secara materi hal ini telah membuat orang Batak Toba menjadi miskin karena pembangunan tugu ini menghabiskan biaya besar. Namun lepas dari masalah miskin atau kaya, pertanyaannya sekarang adalah: apakah penggalian tulang-belulang dan segala yang tersangkut di dalamnya dapat dibenarkan dari sudut pandangan Alkitab? Bagaimanakah seharusnya gereja sebagai agen pembaharu Allah menyikapi keadaan ini? Hal praktis apakah yang dapat dilakukan oleh gereja untuk memulai pembaharuan sehingga iman Kristen menjadi fondasi bagi kehidupan orang Kristen Batak Toba? Hal inilah yang akan disorot dalam artikel ini, secara khusus ditinjau dari sudut pandang teologi injili.

Page 7 of 42 | Total Record : 413