MediaTor: Jurnal Komunikasi
Mediator: Jurnal Komunikasi focuses on communication studies and media. Although centered on communication, Mediator is open and welcomes the contribution of many disciplines and approaches that meet at crossroads with communication studies. Type of writing is in the form of scientific articles (the results of field research, conceptual articles, or desk studies). This journal is intended as a medium of scientific study to communicate vision, reflection, conceptual thinking, research results, interesting experiences in the field, and critical analysis-studies on contemporary communication issues.
Articles
15 Documents
Search results for
, issue
"Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)"
:
15 Documents
clear
Memahami Komunikasi Antarbudaya
Ema Khotimah
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.680
Setiap hari, setiap dari kita berkomunikasi. Tetapi, tidak dengan sendirinya setiap orang akanterampil melakukan komunikasi yang efektifdengan orang lain. Terlebih, bila orang yang terlibat dalam komunikast itu berbeda budaya. Sejarah telah membuktikan, dari masa Ice masa, kesalahpahaman memahami pesan, perilaku .atau peristiwa komunikasi; telah menyebabkan suasana yang tidak diharapkan, mulai dari penilaian yang merendahkan terhadap orang lain, cemoohan; cercaan, isolasi, sampai kepada tindakan-tindakan kekerasan. Bahkan, beberapa peperangan antarbangsa; antamegara, dan antarsuku, diakibatkan perbedaan dan kekeliruan dalam mempersepsi pesan, perilaku, dan peristiwa komunikasi. Oleh karena itu, kajian komunikasi antarbudaya sangat relevan dengan berbagaipersoalan kekinian, di mana setiap orang, disengaja atau tidak; suka atau tidak; akan semakin intensifterlibat dalam kontak sosial dengan orang-orangyang berbeda budaya.
Kebenaran Sebagai Prasyarat Etis Pers
Alex Sobur
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.775
Kredo seorang insan pers (wartawan) adalah mengabdi kepada kebenaran dan kepada publik. Maka itu, seorang wartawan memerlukan iklim kebebasan untuk bisa bekerja secara professional, memenuhi tugasnya menyampaikan informasi yang benar dan berharga. Dalam hubungan ini, paham pers mengenai kebebasan, mengandung pelbagai unsur substansial: kebebasan untuk mencari dan mengungkapkan kebenaran, namun sekaligus juga tanggung jawab tentang kadar kebenaran yang berhasil ditemukan oleh pers, serta tanggung jawab mengenai apakah implikasi dan konsekwensi dari kebebasan berita tersebut, apalagi diterbitkan secara umum dan terbuka.
Implikasi Perkembangan Pertelevisian Pascaderegulasi terhadap Media Cetak
Askurifai Baskin
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.685
Dasar pemikiran tulisan ini dilandasi perkembangan siaran televisi swasta yang semakinberkembang, dalam arti beragamnya pilihan stasiun tv swasta dengan acara yang bervariasi,di samping dukungan kebijakan pemerintah me/alui UU Penyiaran. Permasalahannya adalahbagaimana hubungan antara media cetakyang sudah lebih dahulu muncul dengan masuknyamedia elektronika dan broadcasting house? Kedua jenis media ini sebetulnya memilikikelebihan, sekaligus kekurangan. Ketika budaya televisi tumbuh dengan pesat, munculkekhawatiran dari sementara pengelola surat kabar akan semakin surutnya pembaca yangmenjadi surut. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa masing-masing mediamemiliki tingkat efisiensi tertentu yang tergantung dari message dan target khalayaknya.Da/am mengatasi persaingan, media cetak terus berupaya meningkatkan produksi danprofesionalismenya selain dengan mempertahankan segmen pembaca tertentu. Namun,pada perkembangan selanjutnya ternyata antarkedua media tersebut terjadi hubungankerja sama positif Masing-masing media saling memanfaatkan dan mendukungkelebihannya masing-masing
Telaah Buku: Revitalisasi Ilmu Komunikasi Melalui Riset
Santi Indra Astuti
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.692
Telaah Buku: Paradigma klasik mendominasi penelitian ilmiah komunikasi di Indonesia. Model-model komunikasi yang linier dari Schramm, Laswell, juga Shannon dan Weaver, masih dipertahankan untuk mengkaji efek-efek komunikasi. Dalamrisetsosial, terdapat banyak perspektif untuk menjelaskan objek penelitian berupa realitas sosial, yang salah satunya adalah peristiwa komunikasi. Yang pertama adalah emprisisme. Pendekatan kedua yang perlu diperkenalkan lebih meluas lagi adalah realisme. Perspektifketiga adalah subjektivisme. Idealisme adalah perspektif sosial lain yang belum begitu populer di kalangan periset komunikasi. Posmodernisme adalah istilah, sekaligus perspektif penelitian, yang sangat populer saatt ini. Pendekatan feminisme, dalam riset,juga bisa diterapkan sebagai panduan etis yang diharapkan bisa mencegah terulangnya fenomena "the age-oldfallacy of woman". Multiparadigma, sama halnya dengan multi-opinion dalam demokrasi, akan melahirkan dialektika yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu yang bersangkutan. Tulisan ini mencoba memperkenalkan sejumlah alternatif di luar maupun di dalam paradigm klasik yang mendominasi studi ilmu komunikasi di Indonesia selama ini. Tidak semuanya merupakan pendekatan baru dalam riset-riset sosial, namun di Indonesia, alternatif ini iperkirakan merupakan sesuatu yang menyegarkan karena belum banyak disentuh oleh para peneliti kajian komunikasi.
The Role of Media Education in Developing Children's Critical Thinking Toward TV Programs
Antar Venus
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.681
Pengaruh televisi terhadap anak masih menjadi isu hangat yang diperdebatkan hingga saat ini. Sebagian pakar komunikasi berpendapat bahwa televisi memiliki pengaruh negatif yang bersifat langsung terhadap pembentukkan kepribadian anak. ahli lainnya meyakini bahwa pengaruh tersebut bersifat tidak langsung dan cenderung positif. Sementara, pakar komunikasi lainnya lagi berdiri di tengah-tengah kedua kubu ekstrem tersebut. Namun apapun bentuk pengaruh yang ditimbulkan televisi terhadap anak, sebagian besar pakar komunikasi sependapat bahwa sebaiknya anak di bekali kemampuan berpikir kritis ketika menonton televisi. Salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan daya berpikir kritis tersebut adalah dengan melibatkan anak pada propgram edukasi media. Tulisan ini bermaksud menganalisis benarkah program edukasi media tersebut mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak ketika menonton televisi. Hasil-hasil studi tentang program edukasi media di beberapa negara yang dipaparkan di sini memberikan kesimpulan yang berbeda. Hal ini mengindikasikan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut.
Komunikasi dan Praksis Kebebasan
Teguh Ratmanto
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.686
His paper concerns with communication and praxis of freedom. Communication in wider perspective is not just transftring a message but more than that. It is not just a process but involves many aspects of human lift such as culture and language. Culture and language reflect an understanding of reality. We can only perceive reality through language,whilelanguage can not be separated from culture. Language, basicly, is symbolization of reality using meaningful sign. That symbolization reducts reality into single aspect perceived by signs, however they want to represent it in one-ta-one correspondence. So the reality we perceive through language is not the real reality. It means that the communication we do is a complex action. The process of establishing meaning has something to do with people, because sign (language) . by itself has no meaning. Words do not mean but people mean. In relating with power, the meaning ofsign (languange) is determined by who holds the power. Whoever they are, they will have a dominant interpretation of meaning. Communication (as far as relate to culture, language, reality, and sign)is no longer free because it is not reflecting reality anymore, but symbolizing the power. Communication. naturally, is reflecting reality, that what we call free communication. But the(political)power has canged communication being just a tool for their interest. Communication reflects reducted reality. That is a chained communication. Communication has to be placed again in its natural place (reflecting reality) sowe can interpretate reality freely.
Mengapa Wacana Teks Jurnalistik Itu Unik: Sebuah Esai
Septiawan Santana Kurnia
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.764
Teknologi media massa membawa kompleksitas hubungan komunikasi manusia. Setiap manusia menjadi memakai wacana pesan yang berbeda dari sifat personal dan kelompok. Ruang sosial peristiwa-berita berkembang selaras dengan kebutuhan masyarakat dalam membuat pola interaksi sosialnya melalui media massa. Media massa, dalam perkembangannya, kemudian menginstitusikan wacana teks yang unik. Karakterisik pesan jurnalistik, sebagai bagian dari komunikasi massa, menjadi memiliki keunikan dalam sampaian dan muatannya.
Revitalisasi Ilmu Komunikasi Melalui Riset
Santi Indra Astuti
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.682
Paradigma klasik mendominasi penelitian ilmiah komunikasi di Indonesia. Model-model komunikasi yang linier dari Schramm, Laswell, juga Shannon dan Weaver, masih dipertahankan untuk mengkaji efek-efek komunikasi. Dalamrisetsosial, terdapat banyak perspektif untuk menjelaskan objek penelitian berupa realitas sosial, yang salah satunya adalah peristiwa komunikasi. Yang pertama adalah emprisisme. Pendekatan kedua yang perlu diperkenalkan lebih meluas lagi adalah realisme. Perspektifketiga adalah subjektivisme. Idealisme adalah perspektif sosial lain yang belum begitu populer di kalangan periset komunikasi. Posmodernisme adalah istilah, sekaligus perspektif penelitian, yang sangat populer saatt ini. Pendekatan feminisme, dalam riset,juga bisa diterapkan sebagai panduan etis yang diharapkan bisa mencegah terulangnya fenomena "the age-oldfallacy of woman". Multiparadigma, sama halnya dengan multi-opinion dalam demokrasi, akan melahirkan dialektika yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu yang bersangkutan. Tulisan ini mencoba memperkenalkan sejumlah alternatif di luar maupun di dalam paradigm klasik yang mendominasi studi ilmu komunikasi di Indonesia selama ini. Tidak semuanya merupakan pendekatan baru dalam riset-riset sosial, namun di Indonesia, alternatif ini iperkirakan merupakan sesuatu yang menyegarkan karena belum banyak disentuh oleh para peneliti kajian komunikasi.
Menimbang Positivisme
O Hasbiansyah
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.687
Harus diakui, pengaruh positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu komunikasi. masih sangat kuat dan luas. Hal ini, misalnya, bisa dilihat dalam rumusan-rumusan metodologipenelitian. Masalah generalisasi. objektivitas. deskripsi sebab-akibat, yang sederhana, kerap ditemukan. Tak bisa dipungkiri, memang. bahwa positivisme berjasa dalam mengembangkan metodologi ilmiah. di samping dosa-dosanya yang juga cukup besar. Karena itu, pemahaman asumsi-asumsi positivisme. dan kritik-kritik terhadapnya, cukup penting bagi para ilmuwan. Sebab, hal ini, secara filosofis, sangat pendasar. Penting disadari, positivisme telah memberikan landasan sistematis, dan membantu cara berpikir dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Positivisme telah memberikan bimbingan. melalui verifikasi dalam proses penelitian,misalnya. Tetapi juga,dengan memahami kritik-kritik tadi. penting juga disadari bahwa penalaran ilmu pengetahuan positivisme. telah memperkerdil realitas. Padahal realitas itu sangat kaya dan penuh nuansa. Realitas direduksi ke dalam gambaran yang kering dan miskin, sehingga realitas sesungguhnya (yang diungkap) bisa keliru. dan menyesatkan. Dengan demikian. betapapun serangan bertubi-tubi dilancarkan pada positivisme. masih ada sejumlah manfaat yang bisa dipetik. Kritik-kritik tajam itu. mungkin. tak bisa menghapus seluruh penalaran yang didasarkan pemahaman positivisme. Kritik-kritik demikian harus dipandang sebagai proses dialektis. untuk menemukan pendekatan yang dianggap lebih baik.
Landasan Ilmiah Komunikasi: Sebuah Pengantar
Santoso S Hamijoyo
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.29313/mediator.v1i1.676
llmu komunikasi merupakan ilmu terapan. Artinya ia menerapkan asas-osas ilmiah teori, generalisasi, dan penemuan ilmiah dari empat ilmu sosial dasar yang telah melandasinya. Tidak bisa dibayangkan seorang ilmuwan atau pakar komunikasi yang bergerak pada dataran praktis sekalipun,jika ia tidak memahami atau menguasai prinsip-prinsip ilmu sosial dasar, karena yang menjadi inti perhatian sehari-hari adalah perilaku manusia dan perubahan sosial. 1idak berarti bahwa sebagai ilmu terapan ia lantas menjadi pasif. ia justru harus aktif berkreasi. berinovasi, dan berimajinasi, melalui penelitian, pengembangan, dan penyebaran dalam situasi riil. Dalam hal ini ia akan dibimbing oleh masalah-masalah implementasi praktis maupun masalah-masalah konsepsional teoritik.