cover
Contact Name
Asri Hidayat
Contact Email
asri.hidayat@kemdikbud.go.id
Phone
+628114118474
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan Jl. Sultan Alauddin Km. 7 Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya
ISSN : 19073038     EISSN : 25022229     DOI : https://doi.org/10.36869/wjsb
Core Subject : Social,
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya is an open access, a peer-reviewed journal published by Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan. We publish original research papers, review articles and case studies on the latest research and developments in the field of : oral tradition; manuscript; customs; rite; traditional knowledge; traditional technology; art; language; folk games; traditional sports; and history. Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya is published twice a year and uses double-blind peer review. All submitted articles should report original, previously unpublished research results, experimental or theoretical that are not published and under consideration for publication elsewhere. The publication of submitted manuscripts is subject to peer review, and both general and technical aspects of the submitted paper are reviewed before publication. Manuscripts should follow the style of the journal and are subject to both review and editing. Submissions should be made online via Pangadereng journal submission site. Accepted papers will be available on line and will not be charged a publication fee. This journal is published by Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan Direktorat jenderal Kebudayaan Republik Indonesia, Kementerian Pendidikan Dan Pendidikan.
Articles 170 Documents
STRATEGI ADAPTIF DAN JARINGAN SOSIAL MIGRAN FLORES DI KOTA MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT Raodah, Raodah
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.707 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.27

Abstract

Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang menjelaskan dan mendeskripsikan strategi adaptif migran Flores di Kota Mamuju untuk tetap bertahan hidup di perantauan. Banyak orang Flores melakukan migrasi ke provinsi lain di Indonesia untuk mencari pekerjaan agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan sumber daya alam yang kurang potensial di daerah asal menyebabkan mereka bermigrasi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi lapangan dan diskusi terpumpun (Focus Group Discussion/FGD). Dari hasil penelitian, diketahui bahwa migran Flores dengan daerah tujuan Kota Mamuju berasal dari berbagai kabupaten yang ada di Pulau Flores. Kedatangan mereka pada umumnya memanfaatkan jaringan sosial melalui hubungan kekerabatan, pertemanan, kerukunan masyarakat Flores, dan tetangga yang sudah terlebih dahulu bermukim di Kota Mamuju. Di daerah tujuan, mereka menerapkan strategi adaptif sosial dan ekonomi. Strategi adaptif sosial meliputi mempertahankan sikap sosial dan menghindari konflik, menjalin komunikasi antaretnik, membangun solidaritas, dan sebagainya. Sementara itu, strategi adaptif ekonomi meliputi bekerja di sektor jasa, menjadi penjaga toko, pembantu rumah tangga, dan karyawan perhotelan. Migran usia muda melakukan migrasi untuk melanjutkan pendidikan sambil bekerja. Bentuk strategi adaptif sosial dan ekonomi tersebut dinilai cukup efektif oleh migran Flores.
KAJIAN STRUKTUR ANYAMAN DAN MAKNA SONGKOK GURU DI KABUPATEN TAKALAR Rakhmat, Muh. Aulia
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.697 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i2.58

Abstract

terkandung pada anyaman helaian benang emas songkok guru di Kabupaten Takalar. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis struktur yang diterapkan pada songkok tersebut, yakni struktur anyaman helaian emas setengah songkok, struktur anyaman helaian emas seperempat songkok ditambah dua bassi, dan struktur anyaman helaian emas seperempat songkok ditambah satu bassi. Makna simbolik Songkok Guru dengan helaian emas setengah adalah penggunanya disebut Karaeng Ti’no’ (bangsawan tertinggi ), songkok guru dengan helaian emas seperempat ditambah dua bassi adalah penggunanya disebut keturunan yang duduk di pemerintahan, dan songkok guru dengan helaian emas seperempat ditambah satu bassi adalah penggunanya memiliki jabatan sebagai panglima perang.
MODAL SOSIAL PADA MASYARAKAT MULTIETNIK DI DESA TOMMO, MAMUJU TENGAH Rahman, Abdul
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.325 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i2.49

Abstract

Permasalahan pokok yang dikaji adalah modal sosial dapat menjadi perekat pada masyarakat multietnik sehingga dapat hidup secara harmonis di Desa Tommo, Mamuju Tengah. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan elemen-elemen modal sosial yang menjadi faktor pendukung terwujudnya kehidupan yang harmonis antarsuku dan agama di Desa Tommo. Metode yang digunakan ialah pengamatan langsung, wawancara mendalam, dan kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial yang ada pada masyarakat Desa Tommo yang mendukung terwujudnya pola hubungan sosial yang harmonis ialah gotong royong, kepercayaan, kohesifitas, dan kearifan lokal yang masing-masing ada pada kelompok suku.
PERLAWANAN SAWITTO TERHADAP BELANDA DI SULAWESI SELATAN PADA 1905-1906 Amir, Muhammad
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.149 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.18

Abstract

Kajian ini mengungkap dan menjelaskan perlawanan Kerajaan Sawitto terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905-1906. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, yang menjelaskan suatu persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Prosedurnya terdiri atas heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi dalam bentuk kisah. Hasil kajian menunjukkan bahwa perlawanan Kerajaan Sawitto terhadap pemerintah Hindia Belanda, bukan hanya dilatari oleh kepentingan ekonomi yang berkaitan kebijakan pelabuhan wajib pajak, melainkan juga kepentingan politik yang berkaitan dengan campur tangan pemerintah Belanda terhadap urusan dalam negeri Kerajaan Sawitto, bahkan ingin menguasai Sawitto secara langsung. Hal tersebut ditandai dengan diajukannya suatu tuntutan terhadap Kerajaan Sawitto agar tunduk, taat, dan patuh sepenuhnya kepada pemerintah Belanda dengan menandatangani pernyataan pendek (korte verklaring). Karena menolak tuntutan itu, pemerintah Belanda memutuskan untuk melancarkan serangan militer terhadap Kerajaan Sawitto, namun serangan tersebut mendapat perlawanan dari laskar Sawitto di bawah pimpinan La Sinrang. Pada akhirnya, pasukan Belanda berhasil mengalahkan laskar Sawitto.
PENGETAHUAN LOKAL PETANI DALAM TRADISI BERCOCOK TANAM PADI OLEH MASYARAKAT TAPANGO DI POLEWALI MANDAR P, Fatmawati
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.474 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v10i1.41

Abstract

Pengetahuan lokal merupakan salah satu unsur penting dalam setiap aktivitas kehidupan manusia. Artikel ini menjelaskan tentang pengetahuan lokal petani padi di Tapango Polewali Mandar. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif. Tujuan penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan pelaksanaan tradisi bercocok tanam padi pada masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat dan nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam tradisi bercocok tanam padi mayarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam memulai bercocok tanam padi, terlebih dahulu masyarakat menjadikan tanda-tanda alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya. Selain itu, berbagai perlakuan yang diwujudkan dalam bentuk simbol merupakan hal yang bermakna dan mengandung nilai. Aktivitas bertani di masyarakat Tapango, Polewali Mandar merupakan ekspresi nilai budaya lokal seperti, nilai keyakinan, nilai kerja keras, nilai persatuan dan kerja sama, dan nilai kebersamaan.
TUDANG SIPULUNG SEBAGAI MEDIA INTEGRASI MASYARAKAT AMPARITA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG, PROVINSI SULAWESI SELATAN P, Fatmawati
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.815 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.32

Abstract

Tulisan ini mengungkapkan dan menjelaskan tentang tudang sipulung sebagai media integrasi oleh masyarakat di Kelurahan Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan di lapangan, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tudang sipulung merupakan suatu tradisi penting dan sudah menjadi budaya turun-temurun oleh masyarakat di Kelurahan Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang. Tudang sipulung juga berfungsi sebagai media silaturahmi dan mengakrabkan beberapa kelompok sosial yang ada di Amparita, baik kelompok sosial yang menganut aliran kepercayaan Towani Tolotang, kelompok sosial Tolotang Benteng, maupun kelompok sosial Islam pada umumnya. Dalam pelaksanaan tudang sipulung, ketiga kelompok sosial tersebut berbaur satu sama lain untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah pertanian.
HUBUNGAN POLITIK ANTARKERAJAAN: GOWA DENGAN BONE, SOPPENG, WAJO (TELLUMPOCCO) Bahtiar, Bahtiar
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.183 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v10i2.12

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana hubungan antar Kerajaan Gowa dengan Wajo. Kemudian kajian ini menggunakan metode sejarah dengan melalui empat tahap, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, penjelasannya dengan menggunakan deskriptif analitis. Dari hasi penelitian menunjukkan hubungan Gowa dengan Wajo dimulai dimana Gowa merupakan kerajaan yang cukup besar, sehingga dengan kekuatan dan kebesarannya berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan lainnya termasuk Kerajaan Wajo. Dengan demikian status Wajo sebagai palili bagi Gowa. Wajo sangat setia dan taat dalam  menjalin hubungan dengan Gowa, karena baginya Gowa lebih baik dan lebih jelas dibanding dengan Bone. Meskipun pada awalnya Wajo melakukan perlawanan terhadap Gowa dengan dibantu Bone, dan Soppeng namun Gowa tidak terkalahkan. Bahkan Bone Soppeng Wajo membentuk persekutuan (tellumpoccoe) untuk menghadapi Gowa, namun tidak berhasil, sehingga Wajo menjadi ata (budak) bagi Gowa. Bahkan ketiga kerajaan ini diserang (musu selleng) untuk memeluk Islam. Hubungan keduanya terjalin sangat baik berbagai perjanjian antar kedua kerajaan ini, demikian juga dengan peperangan Gowa dengan Bone, Wajo, ikut membantu Gowa.
MEMPERTAHANKAN IDENTITAS ETNIS: KASUS ORANG JAWA DI DESA LESTARI, KECAMATAN TOMONI KABUPATEN LUWU TIMUR Iriani, Iriani
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.449 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.23

Abstract

Tulisan ini mendeskripsikan dan menganalisis identitas etnis orang Jawa di tengah keberagaman budaya. Proses pengumpulan data menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri atas proses observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Jawa di permukiman transmigrasi sudah lama berinterkasi dengan berbagai macam etnis, seperti Bali, Lombok, Bugis, Luwu, dan Toraja yang berada di Desa Lestari, Kecamatan Tomoni, Kabupaten Luwu Timur. Keberagaman etnis di permukiman transmigrasi tersebut tidak membuat orang Jawa kehilangan identitas. Mereka selalu berusaha mempertahankan identitas kejawaannnya, seperti bahasa yang mereka gunakan, kepercayaan kepada hal-hal gaib, dan makanan tradisional yang mereka miliki. Dalam perkembangannya, orang Jawa mengadopsi adat-istidat orang Bugis yang dianggap tidak bertentangan dengan budaya dan keyakinan mereka, sehingga turut memperkaya budaya orang Jawa yang ada di Desa Lestari.
ORANG MELAYU DI SULAWESI SELATAN Bahtiar, Bahtiar
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.126 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i2.54

Abstract

Kajian ini bertujuan menjelaskan kedatangan orang melayu di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, dengan melalui beberapa tahapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedatangan orang Melayu di Sulawesi Selatan dimulai tahun 1511, sejak Malaka jatuh ke tangan Portugis. Di sini mereka diperlakukan dengan baik, diperbolehkan menetap di sekitar pelabuhan.Selain berdagang, orang Melayu juga menyiarkan agama Islam di Sulawesi Selatan, sehingga seluruh kerajaan memeluk agama Islam. Beberapa dari orang Melayu menduduki tempat penting di Sulawesi Selatan.Orang Melayu juga menjalin hubungan baik dengan Kerajaan Gowa, bahkan membantu Kerajaan Gowa dalam perang. Orang Melayu hidup dengan membentuk suatu perkampungan di sekitar pelabuhan.
NAKODAI MARA’DIA ABANUA KAIYANG TOILOPI: SPIRIT NILAI BUDAYA MARITIM DAN IDENTITAS ORANG MANDAR Tahara, Tasrifin; Bahri, Syamsul
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 2 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.881 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i2.45

Abstract

Artikel ini membahas orang Mandar sebagai suku bangsa maritim yang tidak diragukan eksistensinya. Sebagai pemangku kebudayaan maritim dan religius yang taat, tidak dapat dimungkiri keandalan manusia Mandar dalam berbagai arena kehidupan dan selalu memiliki ciri khas yang dapat bernilai positif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan penelitian di Polewali Mandar dan Majene. Adapun teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai suku bangsa maritim, sangatlah urgen untuk melakukan penggalian nilai-nilai luhur masyarakat Mandar yang selalu menonjol dalam berbagai arena sosial, ekonomi dan politik. Orang Mandar memiliki nilai budaya yang khas yang selalu unggul dalam berbagai arena sosial, politik, hukum dan ekonomi. Bangsa Indonesia memiliki Baharuddin Lopa dan Basri Hasanuddin yang mewarnai peradaban Indonesia. Nilai-nilai luhur takkalai disombalang dotai lele rapu dadi na tuali di lolangan.” Orang Mandar menjunjung tinggi halhal yang baik, benar dan mulia. Nilai ini mengisyaratkan bahwa mereka bercita-cita menjadikan wilayahnya “Mandar masagena na mala bi” yang berarti “wilayah Mandar yang terpandang dan mulia.” Nilai-nilai inilah menjadi penopang kebudayaan Mandar sehingga melahirkan manusia Mandar yang selalu unggul dalam berbagai arena sebagai identitas suku bangsa maritim.

Page 5 of 17 | Total Record : 170