cover
Contact Name
Nurindah
Contact Email
buletintas@gmail.com
Phone
+628123101407
Journal Mail Official
buletintas@gmail.com
Editorial Address
Balittas Jl. Raya Karangploso KM-4 Malang Indonesia
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri
ISSN : 20856717     EISSN : 24068853     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri merupakan jurnal ilmiah nasional yang dikelola oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk menerbitkan hasil penelitian dan pengembangan, serta tinjauan (review) tanaman pemanis, serat buah, serat batang/daun, tembakau, dan minyak industri, dengan bidang ilmu pemuliaan tanaman, plasma nutfah, perbenihan, ekofisiologi tanaman, entomologi, fitopatologi, teknologi pengolahan hasil, mekanisasi, dan sosial ekonomi. Buletin ini membuka kesempatan kepada para peneliti, pengajar perguruan tinggi, dan praktisi untuk mempublikasikan hasil penelitian dan reviewnya. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang disajikan pada setiap nomor penerbitan atau di http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober, satu volume terdiri atas 2 nomor.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013" : 5 Documents clear
Analisa Usaha Tani Budi Daya Tebu Intensif: Studi Kasus di Kabupaten Purbalingga Syakir, M.; Deciyanto, S.; Damanik, S.
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.51-57

Abstract

Peningkatan produktivitas tebu akan berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan petani dan juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani dalam berusaha usaha tani tebu. Studi kasus di lahan tebu tegalan di Desa Lambur, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga bertujuan mengetahui pengaruh budi daya intensif, semi-intensif, dan non-intensif terhadap nilai usaha tani tebu. Hasil studi menunjukkan bahwa budi daya tebu intensif melalui penggunaan pupuk organik lima ton per ha, pengairan yang memadai dan sistem tanam overlapping, dan klenthekan yang memadai, mampu menghasilkan produktivitas tebu varietas Bululawang rerata 150 ton tebu per ha, rendemen 7,16% dan pendapatan bersih petani sebesar Rp32,38 juta per ha. Perlakuan budi daya semi-intensif (budi daya intensif tanpa pupuk organik) mampu meng-hasilkan 100 ton tebu per ha, rendemen yang sama dan menghasilkan pendapatan bersih Rp16,45 juta. Sedangkan areal tebu dengan budi daya non intensif (tanpa pupuk organik, tanpa pengairan dan sistem tanam end to end) pada rendemen yang sama hanya mampu menghasilkan produktivitas 45–75 ton per ha. Perla-kuan terakhir ini juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik yang memadai tanpa pupuk organik tidak menghasilkan produktivitas yang optimum. Pada tingkat produktivitas tebu 45 ton per ha, petani akan mengalami kerugian sebesar Rp2,78 juta per ha. B/C ratio untuk usaha tani intensif, semi-intensif, non-intensif dengan bantuan program ekstensifikasi dan non-intensif perlakuan petani umumnya, masing-masing berturut 1,68; 1,44; 1,25; dan 0,89. Untuk mensuplai pupuk organik pada pertanaman tebu disarankan kelompok petani tebu yang lokasinya jauh dari pabrik gula (PG) dapat mengembangkan model pengem-bangan tebu ternak, agar pupuk organik dapat selalu tersedia di dekat areal pengembangan. Sedangkan kelompok tani tebu di sekitar PG, diharapkan membangun kerja sama dengan PG untuk dapat memanfaatkan blothong sisa penggilingan sebagai bahan baku pupuk organik. Increasing productivity of sugar cane would give a direct impact on increasing farmer income, as well as farmer motivation. Case study in dry land sugar cane plantation at Lambur Village, Mrebet District of Pur-balingga Region was aimed to show the effect of intensive, semi-intensive, and non-intensive cultivation to economic value of sugar cane. Result of this study showed that intensive planting cane cultivation of sugar cane by applicating cow manure 5 ton per ha, sufficient irrigation, with overlapping planting system, and old leaves detrashing, as well as implemented extensification aid program, was achieving approximately 150 tons productivity of Bululawang sugar cane variety, with rendement level of 7.16%. This was giving farmer income Rp32.38 million per ha. While semi-intensive cultivation of sugarcane (without cow manure) was yielding 100 ton sugar cane, by the same level of rendement and was giving Rp16.45 million per ha. How-ever, non-intensive sugar cane (without irrigation, without cow manure, end to end planting system) only achieved 45–75 ton sugar cane per ha. The last implementation also showed that the use of an-organic fer-tilizer without organic ferlizer was not an optimal productivity of dry land sugarcane at this area. Besides, the 45 ton yield of sugar cane would cause detriment of Rp2.78 million per ha. B/C ratio of intensive, semi inten-sive, non-intensive1, and non-intensive2 cultivations, were 1,68; 1,44; 1,25; and 0,89 respectively. To imple-ment the use of organic fertilizer on farmer’s fields are suggested for group of farmers, where their planta-tion is closed from sugar manufacture, to have cooperation and collaboration in using organic waste material as blothong of the manufacture for fertilizing their farms. Meanwhile for those that are far from the sugar manufacture, are suggested to rear cow and using the cow manure for fertilize their plantation.
Pengaruh Cekaman Air Terhadap Karakter Fisiologis Tembakau Temanggung dan Kaitannya dengan Hasil dan Kadar Nikotin Rajangan Kering . Djumali; Sri Mulyaningsih
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.78-90

Abstract

Tembakau temanggung ditanam pada akhir musim penghujan sehingga sering mengalami cekaman air dan berakibat pada penurunan hasil dan kadar nikotin rajangan kering. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman air terhadap karakter fisiologis tembakau temanggung serta kaitannya dengan hasil dan kadar nikotin rajangan kering. Penelitian dilakukan di rumah kaca Balittas Malang pada Maret–Oktober 2010 dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi dan diulang 3 kali. Petak utama terdiri atas 3 jenis tanah yakni Komplek Eutrudepts-Hapludalfs, Komplek Dystrudepts-Hapludalfs, dan Vitraquands. Anak petak terdiri atas 5 tingkat kelembapan tanah (60, 70, 80, 90, dan 100% dari kapasitas lapangan). Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa cekaman air pada tiga jenis tanah berpengaruh negatif terhadap konduktivitas stomata, laju fotosintesis, hasil dan kadar nikotin rajangan kering, serta berpengaruh positif terhadap bobot spesifik daun. Pengaruh cekaman air terhadap hasil rajangan kering terjadi melalui penurunan konduktivitas stomata dan laju fotosintesis selama fase setelah pemangkasan. Pengaruh cekaman air terhadap kadar nikotin terjadi me-lalui penurunan konduktivitas stomata sebelum pembungaan dan setelah pemangkasan, penurunan laju fotosintesis setelah pemangkasan, dan peningkatan bobot spesifik daun setelah pemangkasan. Temanggung tobacco is grown at the end of wet season which so often experience water stress. Water stress can decrease dry slice yield and nicotine content. The study was aimed to determine the effect of water stress on physiological characteristics of temanggung tobacco and its relation to dry slice yield and nicotine content. Research was conducted in greenhouse of Indonesian Sweetener and Fibre Crops Research Institute, Malang from March to October 2010 using splitplot design and repeated three times. The main plot consisted of three types of soil (Complex Eutrudepts-Hapludalfs, Complex Dystrudepts-Hapludalfs, and Vitraquands). The Subplot consisted of five soil moisture levels (60, 70, 80, 90, and 100% of field capacity). The results showed that water stress on the third series of the soil negatively affect stomatal conductivity, the photosynthesis rate, dry slice yield and nicotine content, as well as the positive effect on specific leaf weight. Effect of water stress on dry slice yield occurred through the decrease of stomata conductivity and photosynthetic rate during the phase after topping. The effect of water stress on nicotine content occurred through a reduction in stomatal conductivity before flowering and after topping, decrease of photosynthetic rate after topping, and increase of specific leaf weight after topping.
Prospek Ekstrak Daun Tembakau Sebagai Nematisida Nabati . Wiratno; . Siswanto; I.M. Trisawa
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.91-98

Abstract

Nematisida nabati adalah salah satu jenis nematisida alami yang saat ini sedang banyak dipelajari peranan-nya dalam mengendalikan nematoda. Nematisida ini relatif aman bagi lingkungan dan organisme hidup karena bahan aktifnya berasal dari senyawa metabolit sekunder tanaman yang mudah terurai. Pemanfaatan senyawa metabolit sekunder tanaman sebagai bahan aktif nematisida nabati didasarkan pada fungsinya bagi tanaman, di antaranya sebagai sarana untuk perlindungan diri dari serangan hama dan penyakit. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tembakau (Nicotiana tabacum). Daun tembakau mengandung senyawa nikotin dan secara in vivo mampu membunuh nematoda Meloidogyne incognita dengan nilai LC50 dan LC90 berturut-turut sebesar 1,9 dan 3,6 mg ekstrak/ml air. Nematoda yang mati terpapar ekstrak daun tembakau berbentuk keriting (curly), menyerupai bentuk nematoda yang mati terpapar insektisida organo-fosfat dan karbamat yang menghambat pembentukan senyawa acetylcholine dalam sistem syaraf organisme hidup. Fenomena ini dapat dijadikan salah satu indikator untuk mendeteksi cara kerja berbagai senyawa se-kunder tanaman dalam membunuh hama yang hingga kini masih belum banyak diketahui. Tujuan dari penu-lisan tinjauan ini adalah untuk mengkaji prospek ekstrak daun tembakau sebagai nematisida nabati, juga sebagai alternatif diversifikasi pemanfaatan tembakau selain untuk bahan baku rokok. Botanical nematicide is one type of natural pesticide, which is currently being studied for its role in the control of nematodes. This nematicide is safer for the environment and living organisms as the active ingredient de-rived from secondary metabolite of plants is biodegradable. Utilization of this compound as active ingredients of botanical nematicide is based on naturally used as a mean of self-protection against pests and diseases. One plant that potentially to be used as nematicide is tobacco (Nicotiana tabacum). Tobacco leaves extract is able to kill the root knot nematode, Meloidogyne incognita, with LC50 and LC90 values are 1.9 and 3.6 mg extract/ml of water, respectively. Body of the dead nematodes exposed by this extract shows curly shape similar to that of exposed by an organophosphate and carbamate groups, which acts as acetyl cholinesterase inhibitors. Meanwhile the body of naturally dead nematode shows straight shape. This phenomenon can be used as an indicator to detect the mode of action of plant secondary metabolite compounds that have not been widely known. This paper would discuss about possibility of using extracted tobacco leaf as botanical nematicide, and also alternatife of tobacco diversification usage except cigarette.
Pengaruh Macam Tanaman Sela Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Hasil Rehabilitasi Tahun Ketiga Sri Mulyaningsih; Budi Hariyono
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.69-77

Abstract

Pada pertanaman jarak pagar yang masih muda (umur 1–2 tahun) dengan jarak tanam 2 m x 2 m ada lahan kosong yang tidak termanfaatkan. Upaya optimalisasi pemanfaatan lahan adalah menanam tanaman sela, sehingga petani mempunyai pendapatan dari tanaman sela sebelum jarak pagar menghasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil jarak pagar dan men-dapatkan macam tanaman sela yang sesuai pada jarak pagar hasil rehabilitasi (penyambungan) pada tahun ketiga. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Muktiharjo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mulai bulan Januari hingga Desember 2011, menggunakan rancangan acak kelompok diulang enam kali. Perlakuan yang diuji adalah: 1) jarak pagar + kacang tanah, 2) jarak pagar + kedelai, 3) jarak pagar + kacang hijau, 4) jarak pagar + wijen, dan 5) jarak pagar tanpa tanaman sela. Ukuran petak 8 m x 8 m, jarak tanam jarak pagar 2 m x 2 m. Jarak tanam tanaman sela kacang tanah, kedelai, dan kacang hijau masing-masing 25 cm x 25 cm, sedangkan jarak tanam wijen 50 cm x 25 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil biji kering tanaman jarak pagar dengan tanaman sela kedelai, kacang hijau, dan wijen tidak berbeda nyata dengan hasil biji kering jarak pagar monokultur kecuali dengan kacang tanah. Hasil biji kering jarak pagar + kedelai 655,87 kg/ha + 1.316,07 kg/ha; jarak pagar + kacang hijau 644,70 kg/ha + 1.557,5 kg/ha; jarak pagar + wijen 511,49 kg/ha + 1.416,67 kg/ha; jarak pagar + kacang tanah yaitu 358,31 kg/ha + 1.015,28 kg/ha; dan hasil biji kering tanaman jarak pagar tanpa tanaman sela 602,27 kg/ha. Tumpang sari jarak pagar dengan keempat macam tanaman sela (kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dan wijen), efisien dalam pemanfaatan lahan dan layak secara ekonomi untuk ditanam dan dikembangkan bersama dengan tanaman jarak pagar rehabilitasi tahun ketiga dengan nilai NKL masing-masing: 1,32; 1,64; 1,98; 1,72 dan B/C ratio 4,79; 1,88; 5,71; 7,03. In young jatropha plantation (1–2 years aged) with 2 m x 2 m spacing there is fallow land. The effort to optimize of land use was by planting intercrops, so that the farmers get income before the jatropha plant produce. This study aimed to determine the effect of intercrops on growth and yield of jatropha and get suitable intercrops in the jatropha rehabilitated plantation (by grafting) in the third year. Research was conducted at Muktiharjo Research Station, Pati, Central Java from January to December 2011. The experiment was arranged in randomized block design with 6 replications. Treatments were 1) intercropping physic nut + peanut, 2) intercropping physic nut + soybean, 3) intercropping physic nut + mungbean, 4) intercropping physic nut + sesame, and 5) physic nut monoculture. Plot size was 8 m x 8 m, plant distance of physic nut were 2 m x 2 m, and plant distances for peanut, soybean, and mungbean were 25 cm x 25 cm and for sesame was 50 cm x 25 cm. Result showed that intercropping was not significantly effect on seed yield of physic nut, however intercropping physic nut with peanut decreased the physic nut seed yield. Seed yield of intercropping physic nut + soybean 655.87 kg/ha + 1,316.07 kg/ha; physic nut + mungbean 644.70 kg/ha + 1,557.55 kg/ha; physic nut + sesame 511.49 kg/ha + 1,416.67 kg/ha; physic nut + peanut 358.31 kg/ha + 1,015.28 kg/ha; and physic nut monoculture 602.27 kg/ha. Intercropping physic nut with four kinds of intercrop plant (peanut, soybean, mungbean, and sesame), efficient land use and economically viable for the grown and developed along with physic nut rehabilitation third year with the value of each land equi-valent ratio (LER) 1.32; 1.64; 1.98; 1.72 intercropping and B/C ratio 4.79; 1.88; 5.71; and 7.03.
Keefektifan Nematoda Patogen Serangga Steinernema sp. Terhadap Achaea janata L., Serangga Pemakan Daun Jarak Kepyar (Ricinus communis) Heri Prabowo; I.G.A.A. Indrayani
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 5, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v5n2.2013.58-68

Abstract

Penggunaan pestisida kimia yang cukup tinggi pada akhir-akhir ini telah menimbulkan dampak negatif ter-hadap lingkungan, sehingga pengendalian hama yang ramah lingkungan sangat diperlukan. Saat ini, peng-gunaan nematoda entomopatogen terutama Steinernema sp., membuka peluang untuk digunakan sebagai pengendalian Achaea janata. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keefektifan Steinernema sp. ter-hadap A. Janata , dilaksanakan di laboratorium patologi serangga Balai Penelitan Tanaman Pemanis dan Serat pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2011. Penelitian menggunakan rancanagan acak lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Setiap ulangan menggunakan 25 larva A. janata instar 2. Larva diekspose de-ngan berbagai variasi konsentrasi Steinernema sp. dan kematian larva diamati setiap hari sampai 120 jam setelah infeksi. Konsentrasi Steinernema sp. yang digunakan adalah 0, 50, 100, 200, 300, dan 400 JI/larva. Hasil penelitian pemberian Steinernema sp. pada konsentrasi 200, 300, dan 400 JI/larva cukup efektif untuk membunuh A. janata dengan persentase berkisar antara 80–94% mulai 48–120 jam setelah perlakuan. Se-makin tinggi konsentrasi nematoda, semakin tinggi mortalitas A. janata. Steinernema sp. dengan konsen-trasi 400 JI/larva paling efektif membunuh larva, menurunkan bobot larva, bobot pupa, jumlah telur yang dihasilkan, dan fertilitas telur. High intensity of chemical pesticide application has become a serious concern of environmentalists in recent years, because of various negative impacts of it. Therefore, environmentally friendly techniques of controlling insect pest are needed. Recently, the use of entomopathogenic nematodes, especially Steinernema sp., has created new possibilities of promising control techniques against insect pests. The aim of this study was to evaluate the effectiveness of Steinernema sp. to A. janata larvae in laboratory. This research was conducted at the Laboratory of Insect Pathology Laboratory of Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Insti-tute from March to August 2011. Tests used the 2nd stage larvae of Achaea janata, the leaf eater of castor (Ricinus communis). Treatment arranged in a completely randomized design (CRD) with 4 replicates. For each test used 25 larvae which were exposed to various concentrations of Steinernema sp. Concentration of Steinernema sp. used was 0, 50, 100, 200, 300, and 400 infective juvenile/larvae. Daily mortality A. janata larvae, larval and pupal weight, the number of eggs laid, and number of hatch eggs were recorded. Steinernema sp. on concentration of 200; 300; and 400 IJ/larvae was effective to cause mortality of A. janata larvae (80–94% mortality after 48–120 hours). The higher the concentration of the nematode the higher larval mortality. Steinernema sp. with concentration of 400 IJ/ larvae was effective decreasing larval and pupal weight, the number of eggs laid, and fertility of the eggs produced.

Page 1 of 1 | Total Record : 5