cover
Contact Name
Ervina Indrayani
Contact Email
acroporapapua@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
acroporapapua@yahoo.com
Editorial Address
Sekretariat Acropora, Gd. Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Uncen Waena. Jl. Kamp Wolker WAENA, Jayapura, Papua
Location
Kota jayapura,
P a p u a
INDONESIA
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua
ISSN : 26225476     EISSN : 26851865     DOI : https://doi.org/10.31957/
Core Subject : Agriculture,
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua adalah terbitan berkala ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Cenderawasih. Ruang lingkup jurnal fokus pada kajian ilmu kelautan dan perikanan.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2019)" : 6 Documents clear
Kelimpahan Plankton di Perairan Pantai Kampung Enggros, Kota Jayapura Albida Rante Tasak; Popi Ida Laila Ayer
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.695 KB) | DOI: 10.31957/acr.v2i1.991

Abstract

The aim of this research is to determine the abundance of plankton. This abundance has a tendency to explain the level of fertility in the sea waters of Enggros Village. The study was undertaken in April 2018.  The method of this study is using random sampling in four stations and these samples were analyzed in the Laboratory of Management of Coastal Resources, Ottow Geisler University, Jayapura.  The data from samples were analyzed by using excel software to describe the result from each station. The result showed that 7 genera of plankton consisting of 5 genera phytoplankton, namely Thalassionema, Pleurosigma, Skeletonema, Ceratium and 3 genera zooplankton they are Calanus sp, Clausocalanus sp, Acatia sp. The abundance of Thalassionema (177 sel/L) has significant at station I, while the abundance of Ceratium (22 sel/L) has lowest values at station III.  The total abundance of the plankton has fluctuated in each station. It was found that the total abundance of plankton was linear with the availability of nutrients and vice versa in the waters of Enggros villages.Keywords: Plankton abundance; Random sampling; Enggros Villages
Analisis Tingkat Kesejahteraan Keluarga Nelayan Bubu Lipat di Desa Suradadi Kabupaten Tegal Shiffa Febyarandika Shalichaty; Kurnia Sada Harahap
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.064 KB) | DOI: 10.31957/acr.v2i1.981

Abstract

Nelayan bubu lipat merupakan nelayan yang melakukan penangkapan rajungan (Portunus pelagicus). Rajungan merupakan biota yang berskala eksport dan sangat diminati oleh masyarakat lokal maupun internasional. Nilai tukar nelayan merupakan indikator dari tingkat kesejahteraan nelayan. Pendapatan nelayan sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah hasil tangkapan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis tingkat kesejahteraan nelayan berdasarkan nilai tukar nelayan, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai tukar nelayan sebagai indikator kesejahteraan. Analisis yang digunakan adalah analisis Nilai Tukar Nelayan, analisis regresi, analisis parsial (t) dan analisis simultan (F). penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara dengan jumlah responden yang diambil adalah 30 juragan dan 30 Anak Buah Kapal. Nilai tukar nelayan juragan berada pada kategori tinggi (105–156) dan Nilai tukar nelayan anak buah kapal berada pada kategori sedang hingga tinggi (104–170), Nilai tukar nelayan juragan 98,2% dipengaruhi oleh pendapatan usaha perikanan dan non perikanan memberikan nilai positif sedangkan pengeluaran operasional, konsumsi rumah tangga dan keperluan lain memberikan nilai negatif terhadap nilai tukar nelayan juragan. Nilai tukar nelayan anak buah kapal 92,2% dipengaruhi oleh pendapatan usaha perikanan utama, sampingan dan non perikanan memberikan nilai positif untuk nilai tukar anak buah kapal sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan keperluan lain memberikan nilai negatif terhadap nilai tukar nelayan anak buah kapal.Kata Kunci: Kesejahteraan nelayan; Bubu lipat; Nilai Tukar Nelayan; Suradadi
Komposisi Vegetasi dan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove di Kawasan Wisata Alam Teluk Youtefa Kota Jayapura Hendrikus Randongkir; Henderite L. Ohee; John D. Kalor
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (941.016 KB) | DOI: 10.31957/acr.v2i1.982

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi vegetasi dan pemanfaatan ekosistem mangrove di Kawasan Wisata Alam Teluk Youtefa, Kota Jayapura. Pengumpulan data lapangan dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2015 yang terdiri dari tiga stasiun penelitian, yaitu Kampung Enggros, Kampung Tobati, dan Kampung Nafri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survey, wawancara, dan point center quarter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangrove yang ditemukan di Kampung Enggros, Kampung Tobati dan Kampung Nafri adalah 10 jenis mangrove yang terdiri dari 7 jenis mangrove sejati (Acrosticum spesiosum, Avicennia alba, Bruguiera cylindrica, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Xylocarpus menkongensis) dan 3 jenis mangrove asoasiasi (Casuarina sp., Derris trifolia, Pandanus tectorius). Kerapatan relatif R. apiculata tertinggi di Kampung Enggros dan Tobati (42,5% dan 75,0%), sedangkan kerapatan relatif A. alba tertinggi di Kampung Nafri (45,95%). R. apiculata memiliki frekuensi tertinggi di Kampung Enggros, Tobati dan Nafri (42,5%, 75,0% dan 45,95%). A. alba dan R. apiculata memiliki frekuensi relatif tertinggi di Kampung Nafri (45,95%). Tingkat dominansi tertinggi adalah R. apiculata di Kampung Enggros (49,69%) dan Kampung Tobati (73,03%), sedangkan A. alba di Kampung Nafri (52,21%). Indeks nilai penting tertinggi ditemukan di Kampung Tobati untuk jenis R. apiculata 223,03%. Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat di Kampung Enggros Tobati dan Nafri sebagai kayu bakar, bahan bangunan, bahan obat-obatan, bahan pengawet jaring, serta bahan dempul dan cat perahu. Biota laut yang dimanfaatakan sebagai bahan makanan yaitu ikan (4 jenis), kepiting (3 jenis) dan kerang (5 jenis).Kata Kunci: Komposisi vegetasi; Pemanfaatan mangrove; Masyarakat lokal Papua; Taman Wisata Alam; Teluk Youtefa
Kelimpahan dan Keanekaragaman Teripang Pada Daerah Sasisen dan Non-Sasisen Di Perairan Pulau Numfor Natan Baransano; Lisiard Dimara; Herlina Menufandu
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1091.214 KB) | DOI: 10.31957/acr.v2i1.983

Abstract

Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan dan kelestarian sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut adalah dengan diterapkannya wilayah-wilayah yang dilindungi, baik secara hukum maupun adat istiadat. Sasisen merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Biak dalam usaha perlindungan kawasan dan sumberdaya laut. Sasisen sudah lama dikenal oleh masyarakat adat Biak, namun pada umumnya sasisen yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Biak adalah sasisen dusun kelapa, dusun pinang, dan tumbuh-tumbuhan lainnya dalam rangka kegiatan-kegiatan adat dan gereja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis teripang, kelimpahan dan keanekaragaman teripang di ekosistem padang lamun yang merupakan daerah sasisen (Kampung Pakreki) dan non-sasisen (Kampung Manggari) di Pulau Numfor. Metode yang digunakan dalam inventarisasi dan pengambilan data teripang adalah transek garis dengan panjang 100 m dan lebar 25 m, dimana di setiap stasiun terdapat 3 transek. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah sasisen ditemukan 2 jenis teripang, yaitu Holothuria atra dan Holothuria argus. Sedangkan di daerah non-sasisen ditemukan 8 jenis teripang yaitu Holothuria atra, Holothuria argus, Holothuria scabra, Bohadschia scabra, Agtinopyga miliaris, Bohadschia vitiensis, Holothuria nobilis, dan Agtinopyga lecanora. Jumlah individu teripang tertinggi adalah jenis H. atra di daerah sasisen. Kelimpahan teripang di daerah sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,333 ind/m2, sedangkan di daerah non-sasisen berkisar antara 0,017 ind/m2 sampai 0,167 ind/m2. Tingkat keanekaragaman di daerah sasisen 0,191 dan di daerah non-sasisen 1,808. Keanekaragaman teripang di daerah sasisen tergolong rendah, sedangkan di daerah non-sasisen tergolong sedang.Kata Kunci: Kelimpahan; Keanekaragaman; Teripang; Ekosistem lamun; Sasien dan non-sasisen
Tutupan Terumbu Karang di Perairan Teluk Tanah Merah, Kabupaten Jayapura Robert Munua; Baigo Hamuna; John D. Kalor
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1229.266 KB) | DOI: 10.31957/acr.v2i1.984

Abstract

Terumbu karang memiliki fungsi, peranan dan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Secara ekologi terumbu karang bermanfaat sebagai sumber makanan, habitat, tempat berkembang biak dan tempat hidup bagi berbagai oarganisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lifeform tutupan karang, persentase terumbu karang dan parameter fisik-kimia perairan Teluk Tanah Merah Distrik Depapre. Pengambilan data selama 7 bulan dari bulan Oktober 2017 sampai April 2018.  Metode pengamatan terumbu karang yang digunakan adalah observasi dan Point Intercept Transect (PIT) pada kedalaman 3 m dan 10 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 tipe lifeform karang Acropora di perairan Teluk Tanah Merah yaitu Acropora encrusting (ACE), Acropora submassive (ACS), Acropora digitate (ACD), Acropora branching (ACB,) dan Acropora tabulate (ACT), serta 9 jenis non-Acropora yaitu Coral branching (CB), Coral massive (CM), Coral submassive (CS), Coral encrusting (CE), Coral foliose (CF), Coral mushroom (CMR), Heliopora (CHL), Tubipora (CTU), dan Millepora (CME). Rentang tutupan terumbu karang hidup berkisar antara 42,00% sampai 56,67% di kedalaman 3 m dan berkisar antara 39,33% sampai 62,67% di kedalaman 10 m.Kata Kunci: Acropora; Non-Acropora; Tutupan karang hidup; Point Intercept Transect; Teluk Tanah Merah
Analisis Rancang Bangun Trammel Net (Jaring Tiga Lapis) Ratu Sari Mardiah; Tyas Dita Pramesthy
ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : ACROPORA: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.947 KB) | DOI: 10.31957/acr.v2i1.980

Abstract

Trammel net dirancang dan dirakit menggunakan perhitungan yang matematis. Kajian tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuannya adalah merancang kebutuhan bahan perakit trammel net dan menganalisis hanging ratio, gaya tenggelam dan gaya apung pada trammel net. Penelitian dilakukan pada Oktober 2018 sampai dengan Februari 2019 di Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai, Riau. Trammel net dibagi menjadi 2, yaitu trammel net yang dibuat nelayan disebut jaring TNA dan trammel net yang dibuat oleh peniliti disebut jaring TNB. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Kebutuhan konstruksi trammel net dalam satu piece dianalisis dan dibandingkan dengan ukuran baku perakitan trammel net (SNI 01-7237-2006). Hasilnya, jaring TNA dalam satu piece panjangnya 25,3 m memiliki jumlah pelampung 48 buah, pemberat 117 buah, panjang tali PE 25 m. Kemudian, jaring TNB dengan panjang 32,1 m membutuhkan pelampung 66 buah, pemberat 156 buah, panjang tali PE 32 m. Hanging ratio, gaya tenggelam dan gaya apung pada kedua tipe jaring memiliki hasil yang sesuai dengan ukuran baku perakitan trammel net.Kata Kunci: Hanging ratio; Konstruksi; Trammel net

Page 1 of 1 | Total Record : 6