cover
Contact Name
Agus Prayitno
Contact Email
agussprayitno09@sttimanuelpacet.ac.id
Phone
+6285259879525
Journal Mail Official
agussprayitno09@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sumberan No.3 Des. Sajen Kec. Pacet Kab. Mojokerto Jawa Timur
Location
Kab. mojokerto,
Jawa timur
INDONESIA
Filadelfia : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Core Subject : Religion, Education,
Teologi dan Pendidikan Agama Kristen FILADELFIA merupakan wadah publikasi hasil penelitian di bidang teologi dan Pendidikan Agama Kristen bagi dosen di lingkungan Sekolah Tinggi Imanuel Pacet, bahkan semua pihak yang berkompeten di bidang ini dari institusi mana pun.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 69 Documents
Pengenalan Gereja Yang Terlihat, Tidak Terlihat dan Gereja Surgawi Menurut St. Efraim: Gereja Dapat Dilihat Dalam Bentuk Tubuh Jasmani Manusia yaiut: Doa, Puasa Dan Babtisan nursanti waruwu
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.86

Abstract

AbsrakGereja tidak pernah lepas dari kehidupan orang percaya terutama orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai pendiri gereja. Pertumbuhan gereja yang begitu pesat membuat makna gereja yang sesungguhnya mulai memudar. Sebab gereja sekarang lebih fakus pada pembangunan gedung yang megah. Bahkan sampai saat ini gereja masih menjadi sebuah perdebatan yang tiada henti dibacarakan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kembali tentang makna gereja berdasarkan pandangan dari seorang bapa gereja yaitu St. Efraim dari syrian. St. Efraim melihat gereja dalam bentuk tubuh jasmani manusia seperti doa, puasa dan babtisan. Tiga hal ini menuntun orang kristen menghidupkan kembali spiritual yang mati kesipritual yang hidup. Metode yang di gunakan dalam penulisan ini adalah berelaborasi dengan pandangan dari buku-buku sekunder lainnya. Dari hasil penelitain yang ditemukan mengatakan bahwa gereja tidak bisa dipisahkan dari makna yang sesunggunya atau gereja yang terlihat tidak dapat dipisahkan dari spiritual dari gereja tersebut. Sehingga orang percaya mengetahui fungsinya sebagai gereja. Umat Allah yang di panggil keluar dari kegelapan menuju terang.Kata kunci: Gereja yang terlihat, gereja tidak terlihat, Gereja Surgawi
KIAT AYAH MENGHARMONISKAN HUBUNGAN DENGAN ANAK DI ERA DIGITAL Kosma Manurung
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.87

Abstract

The harmony of a true relationship is the dream of everyone, both those who are building relationships and those who are going to build relationships. Even fathers deep down crave a harmonious relationship with their children. Unfortunately, due to various reasons or actions that were born from a lack of understanding, the father and son's relationship was not harmonious. This article intends to offer tips that fathers can apply in harmonizing relationships with their children in the digital era. By using a qualitative narrative method and supported by literature review, it is hoped that it will be able to provide a careful and in-depth picture of narratives about the harmony of fathers and children in the Bible, the existence of children in the digital era, and father's tips in harmonizing relationships with their children. It was concluded that in order to harmonize the relationship with their children, fathers need to introduce harmony in their family, make their family an example of this harmony, make this a entrenched habit in the family, and the father becomes the main instrument in teaching and exemplifying harmony.Keharmonisan hubungan sejatinya menjadi dambaan setiap orang baik yang sedang membangun hubungan maupun yang akan membangun hubungan. Para ayah pun jauh di kedalaman hatinya mendambakan hubungan yang harmonis dengan anak-anaknya. Sayangnya karena berbagai alasan ataupun tindakan yang lahir dari kurangnya pemahaman menyebabkan hubungan ayah dan anaknya menjadi tidak harmonis. Artikel ini bermaksud menawarkan kiat yang bisa ayah terapkan dalam mengharmoniskan hubungan dengan anaknya di era digital. Dengan menggunakan metode kualitatif naratif dan dukungan kajian literatur diharapkan mampu memberikan gambaran yang cermat dan mendalam terkait narasi tentang keharmonisan ayah dan anak di Alkitab, keberadaan anak di era digital, serta kiat ayah dalam mengharmoniskan hubungan dengan anaknya. Disimpulkan bahwa untuk mengharmoniskan hubungan dengan anaknya maka para ayah perlu memperkenalkan keharmonisan di tengah keluarganya, menjadikan keluarganya contoh keharmonisan tersebut, menjadikan hal ini kebiasaan yang membudaya di keluarga, serta sang ayah menjadi istrumen utama dalam mengajarkan maupun mencontohkan keharmonisan.
IMAN YANG BERTANGGUNG JAWAB: IMPLIKASINYA BAGI KEHIDUPAN UMAT PERCAYA vinus zai
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i1.89

Abstract

Iman (pi'stis) adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ibrani 11:1. Iman orang percaya merupakan karya Allah Roh kudus yang telah dianugerahkan Allah terhadap umat pilihannya yang harus dipertanggung jawabkan. Iman yang bertanggungjawab tidak berpusat kepada keingianan diri sendiri namun berpusat kepada Allah sang pemberi iman.Selain anugerah Allah yang dikerjakan oleh Roh kudus dalam diri orang percaya, iman yang bertanggung jawab merupakan kepastian keselamatan di dalam diri Yesus Kristus. Iman yang bertanggung jawab tidak hanya sebatas iman semata namun harus bertumbuh, berbuah dan berkualitas. Tentunya hal ini terwujud jikalau seseorang ada kesadaran diri kepada Allah dengan kepercayaan yang berdasar pada kebenaran mutlak sehingga mampu meyakini akan kuasa, kebijaksanaan, dan kebaikan-Nya. Kesadaran akan Allah akan dituntun secara sukarela menyerahkan diri sepenuhnya untuk dipimpin oleh Tuhan.
BERTEKUN MEMBANGUN IMAN DALAM 1 TIMOTIUS 4:13 DAN SIKAP PERCAYA DIRI Mila Delpia
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i2.66

Abstract

Ketekunan adalah kunci keberhasilan. Bertekun artinya rajin dan bersungguh-sungguh. Orang yang percaya kepada Tuhan harus bertekun didalam iman. Percaya dan beriman kepada Tuhan dengan menyadari bahwa diri adalah milikNya Tuhan, berarti percaya pada kemampuan diri sendiri dan tetap mengandalkan Tuhan. Percaya diri merupakan suatu keyakinan untuk menjalani kehidupan, mempertimbangkan pilihan dan membuat keputusan dan mampu untuk melakukan sesuatu. Masalah yang sering terjadi bahwa ketika seseorang masih ragu, tidak yakin akan iman percaya kepada Kristus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bertekun membangun iman dalam 1 Timotius 4:13 dan sikap percaya diri. Maka Percaya dan beriman kepada Tuhan bahwa diri adalah milikNya Tuhan. Maka akan Terlihat dari kehidupan sehari-hari, tidak bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala aspek kehidupan, ada keragu-raguan dan kekhawatiran didalam hidupnya. Demikian perlu setiap orang yang percaya kepada Kristus membangun iman yang sungguh-sungguh. Sehingga ketika menghadapi setiap aspek kehidupan tetap percaya kepada diri sendiri dan percaya dengan mengandalakan Tuhan. Membangun iman kepada kristus dapat dibuktikan dengan tindakan yang nyata yaitu dengan rajin beribadah, bersekutu dengan Tuhan, membangun mezbah doa, rajin mebaca Alkitab atau merenungkan Firman Tuhan dan tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.
Tetap Kuat Berdasarkan 2Timotius 2:1-2 Dalam Masa Pendidikan Sekolah Tinggi Rosdiana Magi Ina; Dr. dra sih Wartini M. Psi
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i2.68

Abstract

Mahasiswa tidak kuat dan bahkan ada yang ingin mengundurkan diri dalam masa pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi karena adanya tuntutan yang harus dijalani diantaranya harus mengikuti peraturan yang sudah tentukan dari kampus dengan melakukan kegiatan baik akademik maupun non akademik. Kurang lebih dari sebgaian mahasiswa mengeluh dengan tuntutan dari kampus, tugas yang menumpuk bahkan ada yang ingin mengundurkan diri karena nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tidak bagus. Mahasiswa teologi adalah orang-orang yang sedang menempuh pendidikan di suatu Perguruan Tinggi. Pembelajaran utamanya dalam Sekolah Tinggi Teologi adalah Alkitab atau Firman Tuhan dan kehidupan berasrama berlandaskan Firman Tuhan. Penelitian berdasarkan 2Timotius 2:1-2 akan menjadi tolak ukur bagi mahasiswa agar tetap kuat dalam masa pendidikan sekolah tinggi teologi. Dengan satu kata kunci di dalam 2Timotius 2:1-2, Paulus memulai dengan kata kuat dan mempercayakan. Kata di dalam bahasa Yunani ἐνδυναμόω yang mengandung arti kekuatan yang berasal dari Tuhan..Penelitian kualitatif ini mengunakan wawancara dari informan yang terkait dengan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedalamam atau makna respon ataupun informasi yang diberikannya sedangkan kuantitatif adalah mengumpulan data melalui angka-angka untuk mengetahui seberapa banyak mahasiswa yang tetap kuat di masa pendidikan. Hasil penelitian yang telah diimplikasikan kepada mahasiswa Sekoalah Tinggi Teologi Imanuel Pacet sejumlah 85% mahasiswa meyakini bahawa tetap kuat di dalam kasih karunia karena Allah bukan karena dirinya sendiri. Dilanjutkan dengan meregenerasikan kepada orang lain agar pengajaran tidak hilang dan berita kasih karunia terus berlanjut. Bukan dengan bersantai melainkan dengan kerja keras, tekun, taat serta setia. Maka keberhasilan akan digapai oleh mahasiswa.Dibuktikan 38 mahasiswa meyakini bahwa dikuatkan oleh kasih karunia Allah yang tetap kuat dalam menuntaskan masa pendidikannya dari tahun ajaran 2014 sampai dengan 2022 ada yang menjadi gembala, guru, dosen, majelis, aktifis pelayan gereja dan lain sebagainya.Kata kunci: masa pendidikan, Tetap kuat
PERKAWINAN SIMSON DALAM HAKIM-HAKIM 14:1-4: IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBINAAN PRANIKAH DI LINGKUNGAN GEREJA BATAK Ana Budi Kristiani
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i2.91

Abstract

Abstract:             This study aims to analyze the story of Samson's marriage in Judges 14:1-4 and identify its implications for premarital formation in the Batak Church environment. The story of Samson's marriage is important because it provides valuable insights into marriage and the principles associated with a successful marriage relationship. This study used qualitative research methods, in the research conducted, a Biblical research approach and a case study approach on premarital coaching in the Batak Church environment were used.It was found that children involve their parents when determining their choice of life partner. Parents provide guidance to children to choose friends who are like-minded. Then God is sovereign over the decision to choose a life partner that has been taken. Premarital material is based on the Word of God. The Batak culture of marriage is still respected by prioritizing the perspective of God's Word. Premarital coaching is given for children and parents and the Batak Church can do premarital coaching well according to the truth of God's Word.The implementation of the story of Samson's marriage in premarital coaching within the Batak Church is the importance of premarital coaching in building a solid foundation for marriage based on the principles of trust, loyalty, and commitment to God and one's spouse. This research provides a valuable contribution in the context of premarital coaching in the Batak Church environment by exploring the wisdom and lessons that can be drawn from the story of Samson's marriage. Through a deeper understanding of the values contained in this story, it is hoped that it can prepare prospective husband and wife to build a healthy and successful marriage relationship.Keywords: Samson's Marriage, Premarital Coaching, Batak Church
Memahami Konsep Penggilan Bagi Seorang Hamba Menurut Rasul Paulus Berdasarkan Surat 1 Korintus 9:16-19 Hizkia Ananda Putirulan
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i2.103

Abstract

This article discusses the duties and rewards for a servant according to the apostle Paul in 1 Corinthians 9:16-19. The purpose of this study is to understand what are the duties and rewards of a servant according to Paul. In general, being a servant of God is often seen as a job that has no profit, because the wages earned are not much. This research was developed using the literature study method by collecting and reading journals, books and others that can help the author complete this paper properly. Then the results of this study state that being a servant is quite a difficult task, because being a servant of God is not only limited to preaching the truth of God's word. But also to provide an example of his life for every congregation of God as a roll model to be applied in their lives. The duty of a servant of God is to serve, because the service they do is a tangible manifestation of their faith in Christ. A servant of God must also be ready to leave their personal rights. And of course there is no ministry that runs without problems, and in facing problems there certainly needs to be sacrifice because, God will continue to take into account the sacrifice.
MEMBACA NARASI NAZAR YEFTA DARI CARA PANDANG KAUM PENTAKOSTAL Manurung, Kosma
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v4i2.105

Abstract

A father must educate, protect, nurture, provide a sense of security and comfort to his children. However, what the Bible says regarding the narrative of Jephthah's vows does not indicate such a thing. Because of the impact of this vow, Jephthah finally had to offer his only daughter as a burnt offering to God. In fact, God, as explained in the Bible, never wanted his burnt offering to be a human. This article attempts to read the narrative of Jephthah's vows from a Pentecostal perspective. It is hoped that the use of qualitative narrative methods and elaborating them with literature studies will provide an in-depth insight into Jephthah's life, providing a strong picture regarding the narrative of Jephthah's vow in Judges 11: 29-40, and the way Pentecostals view this vow. In conclusion, Pentecostals consider the narrative of Jephthah's vows to be an ambition that takes its toll, a picture of a man who failed to carry out his fatherly function, a warning to be careful in his words, and a useless story of regret.Seorang ayah semesti mendidik, melindungi, mengayomi, memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak-anaknya. Namun, apa yang Alkitab ceritakan terkait narasi nazar Yefta tidaklah menunjukan hal yang demikian. Karena dampak dari nazar itu, akhirnya Yefta harus mempersembahkan putri semata wayangnya sebagai korban bakaran untuk Allah. Padahal, Allah melalui yang digambarkan Alkitab tidaklah pernah menginginkan korban bakarannya adalah seorang manusia. Artikel ini berupaya membaca narasi nazar Yefta dari cara pandang kaum Pentakostal. Pengunaan metode kualitatif naratif dan mengelaborasikannya dengan kajian literatur diharapkan sanggup memberikan tilikan yang mendalam tentang kehidupan Yefta, memberikan gambaran yang kuat terkait narasi nazar Yefta dalam Hakim-hakim 11: 29-40, dan cara kaum Pentakostal memandang nazar ini. Disimpulkan, kaum Pentakostal menilai narasi nazar Yefta ini merupakan ambisi yang memakan korban, gambaran seorang pria yang gagal menjalankan fungsi keayahan, sebagai peringatan untuk berhati-hati dalam perkataan, dan kisah penyesalan yang tidak berguna.   
Rekonstruksi Misi Kristen Dalam Dunia Pendidikan: Mendaratkan Konsep Pendidikan Yang Membebaskan Paulo Freire Bagi Misi Pendidikan Masa Kini. Meti, Anna Paila
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 5, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v5i1.131

Abstract

Rekonstruksi Misi Kristen dalam dunia Pendidikan dapat dicapai dengan mengeksplorasi konsep pendidikan yang membebaskan menurut pemikiran Paulo Freire dan relevansinya dalam misi pendidikan masa kini. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber yang terkait dengan konsep pendidikan yang membebaskan Paulo Freire dan perkembangan pendidikan saat ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan pemahaman yang komprehensif tentang konsep pendidikan yang membebaskan Paulo Freire dan bagaimana konsep tersebut dapat diimplementasikan dalam konteks pendidikan masa kini. Yaitu dengan Menilik Konsep Pendidikan Yang Membebaskan Membebaskan Paulo Freire, Rekonstruksi Misi Kristen Dalam Dunia Pendidikan dan Mendaratkan Konsep Pendidikan Yang Membebaskan Pada Masa Kini.
PERAN PEMBELAJARAN MUSIK BAGI PELAYANAN MAHASISWA TEOLOGI Waruwu, Natalis Warni; M.Th, Berlina Lumban Gaol
FILADELFIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 5, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Imauel Pacet

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55772/filadelfia.v5i1.74

Abstract

Belajar musik merupakan salah satu modal bagi mahasiswa-mahasiswi dalam melakukan pelayanan di gereja. Dan memiliki bakat bermain musik adalah karunia yang diberikan Tuhan kepada manusia. Oleh karena pelayan musik diperlukan dalam gereja maka, membagikan pengetahuan kepada yang lain dapat membantu yang tidak bisa untuk menjadi bisa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif Metode kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan metode kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan kepada objek atau kelompok atau salah satu yang mewakilinya.Tujuan dari peran pembelajaran musik yaitu dalam pembelajaran musik diperlukan minat, bakat, dan kesungguhan serta potensi. Dan untuk mengembangkannya diperlukan kesabaran, ketekunan, disiplin waktu, motivasi, komitmen atau kesungguhan dan lain sebagainya. Sedangkan hasil pelayanan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi Jl. Sumberan No.3 Dsn Pacet Kab. Mojokerto, Jawa Timur adalah pelayanan merupakan tindakan pemenuhan kebutuhan orang lain atau tindakan yang dapat meringankan beban orang lain. Pelayanan dalam gereja merupakan bentuk penyerahan diri kepada Tuhan sebagai respon terhadap kasihNya. Dan dalam hal ini mahasiswa terpanggil untuk melayani Tuhan, sungguh-sungguh, dan memberikan segenap hidupnya untuk Tuhan.